Kota Batu
Kota Batu (Hanacaraka: ꦑꦸꦛꦨꦠꦸ) adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 15 km sebelah barat Kota Malang dan 98 km sebelah barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kota Batu berada di jalur Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat. Wilayah kota ini berada di ketinggian 680-1.200 meter dari permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 15-19 derajat Celsius. Bersama dengan Kabupaten Malang dan Kota Malang, Kota Batu merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya.
Kota Batu
ꦑꦸꦛꦨꦠꦸ Kota Apel | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Hakaryo Guno Mamayu Bawono (Berkarya Guna Memajukan Dunia) | |
Koordinat: 7°52′02″S 112°31′26″E / 7.8672°S 112.5239°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Tanggal berdiri | 8 November 2001 |
Dasar hukum | UU No. 12/2001 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Wali Kota | Eddy Rumpoko |
• Wakil Wali Kota | Punjul Santoso |
Luas | |
• Total | 136,74 km2 (5,280 sq mi) |
Peringkat | 36 |
Populasi (2013) | |
• Total | 182.392[1] |
• Peringkat | 55 |
• Peringkat kepadatan | 63 |
Demografi | |
• Agama | Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dll |
• Bahasa | Jawa, Indonesia, Tionghoa, Inggris |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0341 |
Pelat kendaraan | N |
Kode Kemendagri | 35.79 |
DAU | Rp374.362.261.000.- |
Situs web | www |
Sejarah
Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan.
Pada waktu pemerintahan Kerajaan Medang di bawah Raja Sindok, seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu Supo diperintah oleh Raja untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti.
Atas persetujuan Raja, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan serta dibangunnya sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.
Di tempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris yang bertuah sebagai benda pusaka dari Kerajaan Medang. Oleh karena sumber mata air yang sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural yang maha dahsyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk akhirnya berubah menjadi sumber air panas, dan sumber air panas itu sampai sekarang menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.
Wilayah Kota Batu yang terletak di dataran tinggi di kaki Gunung Panderman dengan ketinggian 700 sampai 1100 meter di atas permukaan laut, berdasarkan kisah-kisah orang tua maupun dokumen yang ada maupun yang dilacak keberadaannya, sampai saat ini belum diketahui kepastiannya tentang kapan nama "Batu" mulai disebut untuk menamai kawasan peristirahatan tersebut.
Dari beberapa pemuka masyarakat setempat memang pernah mengisahkan bahwa sebutan Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin yang selanjutnya masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu. Dari kebiasaan kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang, juga agar lebih singkat penyebutannya serta lebih cepat bila memanggil seseorang, akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau Batu sebagai sebutan yang digunakan untuk sebuah kota dingin di Jawa Timur.
Sedikit menengok ke belakang tentang sejarah keberadaan Abu Ghonaim sebagai cikal bakal serta orang yang dikenal sebagai pemuka masyarakat yang memulai babad alas dan dipakai sebagai inspirasi dari sebutan wilayah Batu, sebenarnya Abu Ghonaim sendiri adalah berasal dari wilayah Jawa Tengah. Abu Ghonaim sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang setia, dengan sengaja meninggalkan daerah asalnya Jawa Tengah dan hijrah ke kaki Gunung Panderman untuk menghindari pengejaran dan penangkapan dari serdadu Belanda (Kompeni).
Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya bersama dengan masyarakat yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa, pengetahuan dan ajaran yang diperolehnya semasa menjadi pengikut Pangeran Diponegoro. Akhirnya banyak penduduk dan sekitarnya dan masyarakat yang lain berdatangan dan menetap untuk berguru, menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu.
Awalnya mereka hidup dalam kelompok (komunitas) di daerah Bumiaji, Sisir dan Temas, namun akhirnya lambat laun komunitasnya semakin besar dan banyak serta menjadi suatu masyarakat yang ramai.
Geografis
Wilayah Kota Batu terletak di kaki dan lereng pegunungan dan berada pada ketinggian rata-rata 680-1.200 m di atas permukaan laut. Batu dikelilingi beberapa gunung, di antaranya adalah:[2]
- Gunung Anjasmoro (2.277 m)
- Gunung Arjuno (3.339 m)
- Gunung Banyak (1.306 m)
- Gunung Kawi (2.551 m)
- Gunung Panderman (2.045 m)
- Gunung Welirang (3.156 m)
Sebagai layaknya wilayah pegunungan yang subur, Batu dan sekitarnya juga memiliki panorama alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya hal ini akan menarik minat masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk itulah di awal abad ke-19 Batu berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya orang-orang Belanda, sehingga orang-orang Belanda itu ikut membangun tempat-tempat peristirahatan (villa) bahkan bermukim di Batu.
Situs dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa pemerintahan Hindia Belanda itu masih berbekas bahkan menjadi aset dan kunjungan wisata hingga saat ini. Begitu kagumnya bangsa Belanda atas keindahan dan keelokan Batu, sehingga bangsa Belanda mensejajarkan wilayah Batu dengan sebuah negara di Eropa yaitu Switzerland dan memberikan predikat sebagai De Klein Switzerland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa.
Peninggalan arsitektur dengan nuansa dan corak Eropa pada penjajahan Belanda dalam bentuk sebuah bangunan yang ada saat ini serta panorama alam yang indah di kawasan Batu sempat membuat Bapak Proklamator sebagai The Father Foundation of Indonesia yaitu Bung Karno dan Bung Hatta setelah Perang Kemerdekaan untuk mengunjungi dan beristirahat di kawasan Selecta, Batu.
Pemerintahan
Secara administrasi, pemerintahan Kota Batu dipimpin oleh seorang wali kota dan wakil wali kota yang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi desa dan kelurahan yang dikepalai oleh seorang kepala desa dan seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kota, sedangkan kepala desa dipilih oleh setiap warga desa setiap periode tertentu dan memiliki sebuah pemerintahan desa yang mandiri. Sejak 2007, wali kota Batu dan wakilnya dipilih langsung oleh warga kota dalam pilkada, setelah sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kota. Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu saat ini adalah Eddy Rumpoko dan Punjul Santoso yang berasal dari PDI Perjuangan.
Perwakilan
DPRD Kota Batu 2014-2019 | |
---|---|
Partai | Kursi |
Lambang PDI-P PDI-P | 5 |
Partai Gerindra | 4 |
PKB | 4 |
Lambang Partai Golkar Partai Golkar | 3 |
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat | 3 |
PAN | 3 |
Lambang PKS PKS | 1 |
Partai Hanura | 1 |
Partai NasDem | 1 |
Total | 25 |
Secara konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu (DPRD Kota Batu) merupakan lembaga perwakilan rakyat yang dipilih langsung oleh rakyat Batu pada pemilihan umum legislatif setiap lima tahun sekali. Anggota DPRD Kota Batu periode 2014-2019 adalah 25 orang yang didominasi oleh PDI Perjuangan (5 kursi), Partai Gerindra (4 kursi), dan PKB (4 kursi)[3]. Pimpinan DPRD Kota Batu periode 2014-2019 terdiri dari Cahyo Edi Purnomo (Ketua; PDI-P), Hari Danah Wahyono (Wakil Ketua; Partai Gerindra), dan Nurochman (Wakil Ketua; PKB), yang resmi menjabat sejak 8 Oktober 2014.[4]
Pembagian administratif
Kota Batu terdiri atas 3 kecamatan, yaitu:
Kecamatan-kecamatan tersebut dibagi lagi menjadi 20 desa dan 4 kelurahan. Kecamatan Batu pernah menjadi kota kecamatan bagian dari Kabupaten Malang, kemudian bersama dengan Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo yang juga bagian dari Kabupaten Malang, ketiga kecamatan tersebut digabung dan ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif pada tahun 1993. Sejak tanggal 21 Juni 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang dan hari jadinya kemudian ditetapkan pada tanggal 8 November 2001. Meski telah terpisah dari Kabupaten Malang, namun Kota Batu masih menjadi satu kesatuan dari wilayah Malang Raya.
Perekonomian
Perekonomian Kota Batu banyak ditunjang dari sektor pariwisata dan pertanian. Letak Kota Batu yang berada di wilayah pegunungan dan pembangunan pariwisata yang pesat membuat sebagian besar pertumbuhan PDB Kota Batu ditunjang dari sektor ini. Di bidang pertanian, Batu merupakan salah satu daerah penghasil apel terbesar di Indonesia yang membuatnya dijuluki sebagai kota apel. Batu juga dikenal sebagai kawasan agropolitan, sehingga juga mendapat julukan kota agropolitan. Seperti halnya kawasan Malang Raya dan sekitarnya, Batu banyak menghasilkan sayur mayur, dan bawang putih. Batu juga dikenal sebagai kota seniman. Ada banyak sanggar lukis dan galeri seni di kota ini.
Pariwisata
Kota Batu dijuluki sebagai Swiss Kecil di Pulau Jawa serta kawasan wisata pegunungan yang sejuk. Di obyek wisata Songgoriti terdapat Candi Songgoroto dan patung Ganesha peninggalan Kerajaan Singosari serta tempat peristirahatan yang dibangun sejak zaman Belanda.
Wisata gua
Air terjun
- Coban Rais
- Coban Talun
Pemandian
- Songgoriti (pemandian air dingin dan panas)
- Selecta (pemandian air dingin)
- Cangar (pemandian air panas mengandung belerang)
Agrowisata
- Kusuma Agrowisata (perkebunan apel, stroberi, jambu, dan jeruk, serta tempat outbound
Perkemahan
Keluarga
- Batu Secret Zoo (Jatim Park 2)
- Jatim Park 1
- Batu Night Spectacular
- Batu Wonderland
- Eco Green Park
- Kusuma Waterpark
Pendidikan
- Museum Angkut+
- Museum Satwa
- Museum Tubuh
Akomodasi
Di Kota Batu terdapat banyak tempat akomodasi mulai dari villa, losmen, hingga hotel berbintang yang tersebar di beberapa titik strategis kota. Beberapa hotel berbintang di Kota Batu adalah:
Hotel Bintang Lima
- Jambuluwuk Batu Resort
- The Singhasari Resort Batu
Hotel Bintang Empat
- Kartika Wijaya Batu Heritage Hotel
- Klub Bunga Batik Resort
- Kusuma Agrowisata Hotel
- Purnama Hotel
- Royal Orchids Garden Hotel
Hotel Bintang Tiga
- Batu Wonderland Water Resort Hotel
- Bunga Matahari Guest House and Hotel
- De View Hotel Batu
- Elhotel Batu
- Grand City Hotel Batu
- Kampung Lumbung Boutique Hotel
- Pohon Inn Hotel
- Pondok Jatim Park Hotel & Cafe
- UMM Inn
- Zam-Zam Hotel Resort & Convention
Hotel Bintang Dua
- Hotel Metropole
- Pondok Alamanda Hotel
- Sumber Hotel
- The Batu Villas
Hotel Bintang Satu
- Aster Hotel & Restaurant
- Baliku Guest House
Ada pula objek wisata terbaru di Kota Batu berupa wisata udara paralayang. Setiap hari Minggu, di alun-alun Batu diselenggarakan Pasar Wisata Minggu yang menjual makanan khas Batu serta berbagai macam kerajinan tangan. Jatim Park merupakan salah satu tempat wisata paling populer di Jawa Timur, serta Museum Satwa.
Di Batu juga terdapat Batu Night Spectacular, merupakan taman hiburan remaja dengan beberapa wahana mirip di Dunia Fantasi Ancol Jakarta. Tidak kalah menarik dari BNS / Batu Night Spectacular, ada juga tempat pariwisata pelajar dan keluarga yaitu Museum Satwa. Museum yang bertaraf internasional dan bergaya Yunani ini adalah museum dimana replika Satwa di seluruh dunia yang belum punah dan yang sudah punah ada di sini. Kita juga dapat melihat replika kerangka hewan purba. Di Museum Satwa ini juga pernah menjadi tempat pengambilan Video Clip lagu dari The Virgin dengan lagunya Belahan Jiwa. Berbagai sarana kegiatan luar ruang banyak tersedia, yang paling lengkap adalah BEJI outbound yang terletak di Desa Beji.
Kuliner khas Kota Batu
Masakan
Masakan khas Kota Batu, adalah:
- Pos Ketan Legenda
- Sate Kelinci
- Soto Batu
- Bakso Batu
- Sego Bancakan
- Lalap Ikan Wader
Jajanan pasar
Jajanan pasar khas Kota Batu, adalah:
- Ketan Manis (yaitu jajanan pasar, terdiri dari ketan, bubuk kelapa dan gula manis)
- Tape Ketan Hitam (yaitu bisa ditemukan di daerah Cangar, yang dapat menghangatkan tubuh)
- Tahu Kentaki Dhigadho (yaitu gorengan tahu alami, dengan rasa yang khas rempah-rempah pilihan)
Minuman
Minuman khas Kota Batu, adalah:
- Es Krim Milco (yaitu es krim buatan rumahan merk MILCO khas Batu)
- Angsle (sejenis kolak dengan ketan dan serabi juga petulo yang sangat nikmat dengan suasana dingin Kota Batu)
- Susu KUD Kota Batu
Oleh-oleh
Oleh-oleh khas Kota Batu, adalah:
- Berbagai produk apel, termasuk: sari apel, jenang dan dodol apel, cuka apel
- Berbagai keripik: keripik singkong, kentang, dan aneka buah lainnya
- Berbagai sari buah: Sari buah apel, dan lainnya
Stasiun radio
Di Kota Batu terdapat stasiun radio bernama Radio Mitra FM yang merupakan radio keluarga dengan jangkauan meliputi Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang. Radio ini mengudara di frekuensi FM 97.0 MHz sejak tahun 2007 dan dapat diakses melalui radio online atau live streaming di www
Referensi
- ^ "Buku Induk Kode Data Wilayah 2013 (Permendagri No.18-2013)". 6 Februari 2013. Diakses tanggal 17 Mei 2014.
- ^ Setiawan, Reza N., dkk. 2008. Kota Batu: Dahulu dan Kini. Hal. 1.
- ^ "Hari Libur, DPRD Malang Raya Tetap Dilantik". Agustus 8, 2014.
- ^ Hari Ini Tiga Pimpinan DPRD Kota Batu Dilantik
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi Pemerintah Kota Batu
- (Indonesia) Situs Humas Pemerintah Kota Batu
- (Indonesia) Arsip berita Kota Batu