Desa Rengkam adalah salah satu desa di antara beberapa kabupaten yang ada di kecamatan Poco Ranaka Timur Kabupaten Manggarai Timur, Flores NTT.Desa ini memiliki belasan RT dan diapiti oleh tiga sungai. Di bagian timur sungai wae togong perbatasan dengan Desa Compang Raci dibagian utara sungai wae bakok perbatasan dengan Desa Wangkar Weli dan di bagian selatan ada sungai wae Pul perbatasan dengan Desa Wangkung Rowe. Di antara ketiga sungai ini sungai wae Togonglah yang paling besar dengan lebar 24M.
Sebagian besar penghasilan dari orang-orang Desa Rengkam adalah Bertani. Hasil pertaniannyapun beragam diantaranya ; Kopi,Padi,Cengkeh,Coklat,Vanili dan hanya sedikit orang yang menanam Kemiri. Selain menanam beberapa tanaman diatas ada pula hasil lain seperti : umbi2an, Pisang, Jagung dan juga kacang-kacangan, hanya saja hasilnya bukan sebagian tolak ukur untuk menjamin perekonomian di Desa ini. Karena hasil tani yang dikelola hanya untuk menjadi sumber dari Bantang ase kae,pang olo ngaung musi.bantang ase kae (mengajak berkumpul bersama keluarga dalam bentuk uang),sedangkan pang olo ngaung musi yaitu sebagian besar masyarakat yang mendiami desa tersebut) dan ini biasanya di adakan saat-saat musim panen kopi yaitu sekitar awal juli hinga pertengahan oktober. Acara kumpul inipun beragam entah 'jika anaknya mau diberangkatkan ke perguruan tinggi maka diadakan kumpul bersama, adapula yang hendak membayar Belis "salah satu adat Manggarai yang sudah turun temurun "jika seorang pria hendak menikah maka dia wajib membayar Belis kepada keluarga Perempuan berupa Uang dan Hewan. Dapat diartikan bahwa Belis merupakan Beli istri. Tapi acara bantang (Mengajak) ini sebenarnya bisa membantu kalau kita sering ikut terlibat didalamnya karena dengan begitu uang bantang"mengajak" itu seperti menabung, hanya saja kalau anak kita tidak kebelet menikah. Desa Rengkam masih berpegang teguh terhadap Budaya, tapi sejalan beriring waktu banyak sekali Perubahan-perubahan kecil yang sering kali adat malah menjadi salah satu faktur penyebab Perekonomian keluarga menurun, dan ini sering menjadi keluhan-keluhan dari mereka, seperti belis yang mencapai Rp.50 jt hingga sampai Ratusan juta rupiah. Selain itu bantang dari ase kae yang sering kali membatasi anggaran-anggaran lain untuk keperluan pribadi belum lagi sida dari ende ema ( kewajiban pria untuk membantu kelanjutan acara pengambilan istri baru, sekolah anak dari keluarga istri, sehingga masih dengan terpaksa meminjam uang bunga dari orang yang perekonomiannya lebih baik, sehingga separuh masyarakat desa ini melarikan ke Kalimantan, yang lebih menyedihkan janda duda perantau desa ini memiliki kesempatan BERSELINGKUH dan faktor ini juga disebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka tentang Teknologi, saling ngerjain orang dengan sms kenomor yang di tuju dengan diawali dengan isi sms "maaf ini dengan siapa" kata-kata ini sering kali muncul di setiap hp bahkan kata-kata sebagai kode jika ada yang penasaran maka siap untuk melanjutkan aksi-aksi selanjutnya sehingga terjadilah demikian! Saya hanya berdoa secepatnya masyarakat sadar akan pengetahuan dalam hal apapun karena besar kemungkinan rakyat yang Bodoh akan melahirkan berjuta manusia bodoh lainnya. Dan adat ini juga berlaku untuk seluruh masyarakat di kab.Manggarai flores NTT Ryan Thalla (bicara) 21 Juli 2015 11.59 (UTC)Balas