Cingge
Cingge, jengge, tsungge adalah sebuah festival tradisional Tionghoa yang dilakukan dalam periode hari-hari raya.[1][2] Perayaan Cingge yang berasal dari budaya Hokkian tersebut dapat disaksikan dalam komunitas Tionghoa di Asia Tenggara, antara lain di Singapura dan Malaysia.
Makna
Cingge dalam Bahasa Mandarin dibaca zhuāngyì "妆艺", artinya "panggung yang dihias" yang dibawa dalam arak-arakan. Cinggge dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai "perarakan orang Tionghoa dengan berpakaian bermacam-macam pada hari besar Tionghoa.[3]
Sejarah
Menurut Jan Jakob Maria de Groot, seorang sinolog Belanda, tradisi ini berasal dari zaman Dinasti Ming. Dalam catatan sejarah mengenai Kaisar Wanli disebutkan bahwa di Quanzhou, arak-arakan dewa-dewi terbuat dari kertas. Arak-arakan ini disebut ngiang-ting, atau "penerimaan lentera". Tempat pedupaan dan tempat duduk para muda-mudi dinamakan tsung-koh atau koh-ping di Xiamen, sementara di daerah Zhangzhou dinamakan tsung-ge. De Groot menyaksikan festival ini di Hokkian. Sekarang di sana sudah tidak ada lagi.
Cingge diselenggarakan pada malam Cap Go Meh di Batavia, dengan karnaval beserta arak-arakan kendaraan hias dengan kembang api, yang menggambarkan cerita-cerita klasik Tionghoa. Dengan penerangan lentera-lentera, anak-anak berdandan dan naik kereta yang ditarik pelayan. Cingge di Jakarta sekarang sudah tidak diselenggarakan lagi. Di Malaysia dan Singapura, cingge ditulis juga Chingay, kini masih diselenggarakan secara besar-besaran.[4]
Referensi
- ^ Salmon, Claudine (2003). Klenteng-klenteng dan masyarakat Tionghoa di Jakarta, Seri gedung-gedung ibadat yang tua di Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
- ^ (Indonesia)Beginilah Imlek Ala Batavia Tempo Dulu
- ^ (Indonesia)Arti kata cingge menurut KBBI, KBBI. 2015-07-31
- ^ About Chingay