Stasiun Jakarta Kota

stasiun kereta api di Indonesia
Revisi sejak 18 Agustus 2015 09.38 oleh Jedidiahmarada (bicara | kontrib) (Saya hanya menambahkan informasi umum mengikuti format artikel Grand Central Terminal berbahasa inggris)


Stasiun Jakarta Kota (JAKK), adalah stasiun kereta api terbesar di Indonesia yang terletak di Kelurahan Pinangsia, kawasan Kota Tua, Jakarta, Indonesia. Stasiun ini adalah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan awal/akhir), yang tidak memiliki jalur lanjutan.

Stasiun Jakarta Kota

Stasiun Jakarta Kota, halaman muka.
Lokasi
Koordinat6°08′15″S 106°48′53″E / 6.1375786°S 106.8146342°E / -6.1375786; 106.8146342
Ketinggian±4 m
Operator
LayananKA Commuter Jabodetabek, Patas Purwakarta.
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar A[1]
Sejarah
Dibuka1929
Nama sebelumnyaBatavia-Zuid, Batavia Centrum
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya     Stasiun berikutnya
Templat:KRL Jabodetabek linesTerminus
Templat:KRL Jabodetabek lines
Templat:KRL Jabodetabek lines
Templat:KRL Jabodetabek lines
  Layanan penghubung  
Stasiun sebelumnya   Transjakarta   Stasiun berikutnya
Koridor 1
Bersambung di: Kota
Terminus
Koridor 12
Bersambung di: Kota
Koridor 12
Bersambung di: Kota
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejak 2015, stasiun ini melayani rute komuter menuju daerah-daerah Jakarta dan sekitarnya Tanjung Priok, Depok, Nambo, Bogor, dan Bekasi.

Stasiun Jakarta Kota dikenal pula dengan sebutan Stasiun Beos. Walaupun stasiun ini dinamakan "Stasiun Jakarta Kota" dari semenjak berdiri, tetapi stasiun ini lebih dikenal dengan sebutan "Stasiun Kota". Nama "Stasiun Kota" juga dapat merujuk kepada Stasiun Surabaya Kota.

Keberadaannya pada saat ini diributkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang komersial. Padahal, stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, selain bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun tujuan terakhir perjalanan. Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut di Surabaya yang merupakan cagar budaya, namun juga terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.

Sejarah

Pada masa lalu, karena terkenalnya stasiun ini, nama itu dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi swasta. Hanya saja mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki banyak versi.

Yang pertama, Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, yang berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.[2]

Sebenarnya, masih ada nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia.[2]

 
Stasiun Kota (1929). Foto koleksi Tropenmuseum, Amsterdam.

Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.[3]

Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels.[2] Bersama teman-temannya seperti Hein von Essen dan F. Stolts, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft itu mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA). Karya biro ini bisa dilihat dari gedung Departemen Perhubungan Laut di Medan Merdeka Timur, Rumah Sakit PELNI di Petamburan yang keduanya di Jakarta dan Rumah Sakit Panti Rapih di Yogyakarta.

Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.[2]

Masa kini

Stasun Jakarta Kota akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. Walau masih berfungsi, di sana-sini terlihat sudut-sudut yang kurang terawat. Keberadaannya pun mulai terusik dengan adanya kabar mau dibangun mal di atas bangunan stasiun. Demikian pula kebersihannya yang kurang terawat, sampah beresrakan di rel-rel kereta. Selain itu, banyak orang yang tinggal di samping kiri kanan rel di dekat stasiun mengurangi nilai estetika stasiun kebanggaan ini. Kini Pihak KAI melalui Unit Pelestarian Benda dan bangunan bersejarah telah mulai menata stasiun bersejarah ini

Kereta api

Semua kereta api yang dahulu memiliki terminus ke Stasiun Jakarta Kota akhirnya dialihkan ke Stasiun Pasar Senen untuk optimalisasi KRL yang mengakhiri perjalanannya di stasiun ini. Kereta api yang mengawali dan mengakhiri perjalanan di Stasiun Jakarta Kota

KRL yang mengakhiri dan mengawali perjalanan di Jakarta Kota dan Bekasi, Bogor, Depok dan Cikarang

Angkutan umum yang terhubung

Insiden

  • Pada tanggal 26 Desember 2014 pukul 06.30, lokomotif CC201 89 07 menabrak peron di Stasiun Jakarta Kota, pada saat melangsir rangkaian kereta api Argo Parahyangan. Lokomotif tersebut melampaui batas aman berhenti, sehingga meloncat keluar rel kemudian menggerus lantai peron. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.[4]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  2. ^ a b c d Majalah KA Edisi Agustus 2014
  3. ^ Stasiun Batavia Selatan Genap 80 Tahun Kompas.com 23 Oktober 2009, diakses 2 November 2011.
  4. ^ Liputan 6.com: Lokomotif Kereta Tabrak Peron Hancurkan Ruang Tunggu Stasiun Kota
Stasiun sebelumnya:
---
Jalur kereta api Jakarta Kota-Kampung Bandan Stasiun berikutnya:
Stasiun Kampung Bandan
Stasiun sebelumnya:
---
Jalur kereta api Jakarta Kota-Manggarai Stasiun berikutnya:
Stasiun Jayakarta
Stasiun sebelumnya:
---
Jalur kereta api Jakarta Kota-Ancol Stasiun berikutnya:
Stasiun Kampung Bandan

6°08′15″S 106°48′53″E / 6.1375786°S 106.8146342°E / -6.1375786; 106.8146342