Batik Papua

gaya batik khas kebudayaan Papua
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.

Batik Papua adalah Pakaian khas dari wilayah Papua ini juga berkembang selain di wilayah Papua itu sendiri, pada awal­-nya batik Papua banyak dipengaruhi oleh gaya batik dari Pekalongan karena perhitungan bisnis lebih menguntungkan batik motif dari Papua diproduksi di Pekalongan, kemudian dikirim ke Papua dan diperdagangkan sebagai batik Papua. Batik Papua mulai berkembang sekitar tahun 1985, motif yang berkembang merupakan perpaduan dua budaya antara Papua dan Pekalongan. Pekalongan merupakan etnis Jawa sebagai penghasil batik dipadukan dengan etnis Papua yang kaya akan ragam hias yang dikembangkan sebagai motif batik. Batik Papua hasil perpaduan dua budaya ini juga dikenal dengan julukan lain, yaitu: Batik Port Numbay. Batik Papua mempunyai keunikan tersendiri dari aspek motifnya, karena dikembangkan dari kekayaan budaya dan keunikan alam Papua yang eksotik.

Motif Batik Papua

Motif Batik Papua yang sudah dikenal antara lain, yaitu:

  • Asmat
  • Cenderawasih
  • Sentani
  • Tifa
  • Tambal Ukir
  • Matoa[1]
  • Pinang[1]
  • Honai[1]

Adapun selain itu motif yang mengandung nilai-nilai solidaritas antara lain, diantaranya:

  • Tifa

Motif Tifa memiliki suatu Makna bahwa manusia hidup harus mempunyai kekuatan untuk menghalau musuh-musuhnya, dapat didapatkan dengan berkumpul atau bersatu

  • Tambal Ukir

Motif Tambal Ukir secara visual motif ini mencitrakan tentang kekayaan ragam hias tradisional yang dimiliki berbagai suku yang ada di Papua, maknanya bersatu akan meningkatkan kekuatan dan keindahan, saling melengkap, saling menambal dalam hidup bersama, sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Permasalahan adalah laksana penyakit yang dapat menimbulkan berbagai kekacauan dalam masyarakat dan disintregasi bangsa

  • Matoa

    Motif matoa pada batik Papua terinspirasi dari buah matoa yang dikenal sebagai salah satu buah asli dari Papua. motif ini digambarkan berupa rangkaian buah matoa dan juga dedaunannya. Motif ini mengandung makna rasa syukur akan kekayaan dan keanekaragaman tanah Papua.

  • Pinang

    Motif pinang terinspirasi dari buah pinang yang telah menjadi bagian dari budaya memakan sirih dalam masyarakat Papua. Motif ini diangkat agar pemakai batik Papua terus mengingat tradisi memakan sirih di Papua.

Motif ini digambarkan secara sederhana dengan serangkaian buah pinang yang dihiasi dengan dedaunan pinang. Motif ini juga menggambarkan masyarakat Papua yang hangat dan bersahabat.

  • Honai

Honai merupakan rumah adat Papua, bentuk dan nilai-nilai filosofis dari honai yang kemudian diangkat dan dilukiskan dalam batik Papua. Motif honai memiliki nilai filosofis yang mendalam, yaitu sebagai tempat masyarakat Papua dilahirkan dan juga dibesarkan serta mempelajari nilai-nilai dalam kehidupan. Motif ini juga menggambarkan keindahan budaya dan alam Papua. Motif ini digambarkan secara lengkap dimana honai digambarkan bersamaan dengan sayap burung cendrawasih, pegunungan, danau dan juga ikan.

Pembahasan di atas merupakan gambaran tentang makna solidaritas yang terkandung dalam motif-motif batik Nusantara. Tentu masih banyak motif-motif yang masih terlewatkan atau belum teridentifikasi, karena berbagai keterbatasan. Pen­jelasan secara ringkas tentang nilai-nilai solidaritas dari motif-motif batik tersebut.[2]

Lihat Juga

Tautan Referensi

  1. ^ a b c Batik Nusantara : Kumpulan Motif (PDF). Yogyakarta. 2020. ISBN 978-602-52398-8-5. 
  2. ^ Jatra (Jurnal Sejarah dan Budaya), Vol. 13