Hubungan Indonesia dengan Nepal
Hubungan Indonesia dengan Nepal adalah hubungan bilateral antara Indonesia dengan Nepal. Sejak hubungan diplomatik ini dibuka pada tahun 1960, kedua negara tidak mengirimkan duta besar yang tinggal menetap baik di Indonesia maupun Nepal. Indonesia hanya membuka konsulat kehormatan di Kathmandu, dan kedutaan besarnya di Dhaka, Bangladesh, juga terakreditasi untuk Nepal. Di sisi lain Nepal mengakreditasi kedutaan besarnya di Bangkok, Thailand, untuk Indonesia. Kedua negara adalah anggota pendiri dari Gerakan Non-Blok (GNB/NAM).
Indonesia |
Nepal |
---|
Sejarah
suntingIndonesia dan Nepal membuka hubungan diplomatik mereka pada 25 Desember 1960. Indonesia membuka kedutaan besarnya di Kathmandu pada tahun 1965 yang akhirnya ditutup pada tahun 1967 oleh karena penghematan dana. Pada bulan April 2010, Indonesia membuka konsulat kehormatannya di Kathmandu. Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Bangladesh di Dhaka juga diakreditasikan untuk Nepal. Sedangkan Kedutaan Besar Nepal di Bangkok juga diakreditasikan untuk Indonesia.[1]
Baik Nepal maupun Indonesia adalah anggota pendiri Gerakan Non-Blok. Hubungan jangka panjang Nepal dengan Indonesia sudah terjalin sejak Konferensi Asia-Afrika. Nepal adalah peserta dari Konferensi Bandung yang diadakan pada tahun 1955 di Bandung yang merintis jalan terbentuknya GNB.
Kunjungan kenegaraan
suntingMochtar Kusumaatmadja, Menteri Luar Negeri Indonesia, mengunjungi Nepal pada tahun 1981 untuk menghadiri penobatan Raja Nepal Birendra Bir Bikram Shah Dev mewakili Presiden Indonesia, Soeharto. Perdana Menteri Girija Prasad Koirala mengunjungi Indonesia pada tahun 1992 untuk menghadiri konferensi Gerakan Non-Blok ke 10. Raja Gyanendra dan Ratu Komal(en) mengunjungi Indonesia pada tanggal 20 hingga 23 April 2005 untuk menghadiri Konferensi Asia-Afrika di Jakarta. Utusan Kehormatan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Narayan Kaji Shrestha(ne) 'Prakash' mengunjungi Indonesia dari tanggal 6 hingga 10 November 2012 untuk berpartisipasi dalam Forum Demokrasi Bali V tahun 2012.[1]
Budaya dan pendidikan
suntingIndonesia telah menyediakan beasiswa untuk pelajar-pelajar Nepal dalam berbagai bidang.[1] Karena kemiripan budaya dan tempat-tempat wisatanya, Indonesia mengusulkan hubungan kota kembar antara Bali dengan Kathmandu, dan menyatakan bahwa mereka dengan senang hati akan bersama-sama mendapatkan arus turis yang mengunjungi baik Bali maupun Kathmandu dalam jumlah besar begitu ada jalur udara langsung di antara kedua negara.[2]
Ekonomi
suntingAngka volume perdagangan kedua negara mencapai US$14 juta yang sangat menguntungkan Indonesia. Dari Indonesia Nepal mengimpor terutama produk-produk pangan seperti buah-buahan, minyak sawit dan kacang, juga kertas dan kertas karton, serta bahan-bahan kimia. Kedua negara memiliki potensial yang belum digali, terutama dalam sektor dagang dan wisata, juga dalam pertukaran sosial dan budaya.[3]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c "Nepal-Indonesia Relations". Government of Nepal, Ministry of Foreign Affairs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-18. Diakses tanggal 7 June 2013.
- ^ "Indonesian envoy calls on PM Khanal". The Himalayan Times. 2011-06-14. Diakses tanggal 7 June 2013.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Dhakal appointed as Honorary Consul of Indonesia to Nepal". Nepal News.com. 25 April 2010. Diakses tanggal 7 June 2013.