Imperatif
Imperatif berasal dari kata bahasa Latin imperare yang artinya adalah memerintah.[1][2] Bahasa etika tingkat praktis sering kali menggunakan pola-pola imperatif, yang dinyatakan dengan tujuan positif atau tujuan negatif dan diungkapkan secara singular atau universal.[1] Banyak imperatif yang memiliki sifat hipotetis. Immanuel Kant berpendapat bahwa di samping imperatif hipotesis, etika memerlukan dan memperlihatkan juga suatu bentuk Imperatif kategoris.[1] Apakah ada bentuk imperatif kategoris atau tidak yang mengikat kita tanpa adanya syarat.[1] Hal itu harus diserahkan kepada putusan penafsir untuk menafsirkan maksudnya.[1] Namun bahwa kebanyakan bentuk analisis kontemporer mengubah imperatif etis menjadi sebagai hipotetis dan prudensial atau bijaksana (jika ingin sukses, naikkan harga dan jangan turunkan harga), hipotetis dan aproatori (jika anda jujur, saya akan senang), atau hipotetis dan disprobatori (jika anda bohong, anda akan dihukum).[1] Oswalt berbicara tntang imperatif energi yang rupanya bagi dia terletak di dasar etika maupun semua kegiatan praktis.[1]
Kata
suntingKata kerja imperatif (perintah) dibentuk oleh akhiran -kan, -i, dan partikel -lah. Seperti pastikan, hindari, jadilah.[3]
Rujukan
sunting- ^ a b c d e f g Lorens Bagus (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. hlm. 331.
- ^ Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1997. hlm. 374.
- ^ Suherli, dkk. (2017). Bahasa Indonesia Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 987-602-427-098-8 Periksa nilai: invalid prefix
|isbn=
(bantuan).