Nanaet Duabesi, Belu

kecamatan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur


Nanaet Dubesi adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Letaknya di atas Pegunungan yang memisahkan dua Negara antara Indonesia Dan Timor Leste. Letaknya sekitar 40 Km dari ibu kota kabupaten Belu Atambua.

Nanaet Dubesi
Negara Indonesia
ProvinsiNusa Tenggara Timur
KabupatenBelu
Kode Kemendagri53.04.23 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS5306052 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 9°16′12.86″S 124°58′10.13″E / 9.2702389°S 124.9694806°E / -9.2702389; 124.9694806

Etimologi

sunting

Nanaet melambangkan pria dan Dubesi melambangkan wanita. Berdasarkan istilah ini, ada kemungkinan terdapat leluhur orang Naitimu dari perkawinan antara leluhur pria yang berasal dari Nanaet dan leluhur wanita yang berasal dari Dubesi. Perkawinan antara Nanaet dan Dubesi melahirkan keturunan orang tetum yang menyebut dirinya Nanaet Dubesi. Karena perkawinan Nanaet-Dubesi menganut paham patriarkat, maka keturunan Nanaet Dubesi lebih cocok disebut dengan nama Nanaet saja.[1]

Sejarah dan Mitos

sunting

Dalam masa kerajaan Naitimu, wilayah Nanaet-Dubesi merupakan wilayah pusat kerajaan Naitimu. Pusat kerajaan Naitimu tua merupakan wilayah adat Nanaet dan Dubesi. Di bukit Nanaet, terdapat petunjuk adanya aktivitas manusia tempo dahulu hingga saat ini. Ritus tradisional di Ksadan Nanaet biasa dilaksanakan di sebuah tempat di bukit Nanaet. Ada banyak suku rumah di Timor Tengah yang mengaku dirinya datang dari Nanaet. Beberapa suku rumah yang berdiam di wilayah Naitimu seperti: Suku Asulaho, suku Lia nain, suku Bere Nahak, suku Umamalae, suku Ekfatu, suku Sose-Halek, dll. Ada kemungkinan, kata Nanaet menunjukkan nama tempat asal atau tempat tinggal nenek moyang orang Naitimu selama jangka waktu yang lama bisa benar. Ketika muncul kekristenan dan relasi dengan Belanda, banyak penduduk menyingkir dan mencari daerah baru. Ada yang menyingkir karena terjadi persoalan perebutan kekuasaan dan ketidakpuasan antara kalangan bangsawan sendiri di Nanaet. Misalnya suku Asulaho di Nurobo-Belu yang mengaku berasal dari suku Asulaho Nakreu-Belu. Kedua rumah adat Suku Asulaho (Nurobo dan Nakreu) mengaku bermigrasi keluar dari kawasan Nanaet karena konflik dengan bangsawan Naitimu yang bertindak sewenang-wenang. Menurut kedua rumah adat ini, sesama keturunan raja, tidak boleh saling menindas. Ada banyak ceritera mistis magis seputar Nanaet Dubesi. Misalnya ada mitos tentang adanya seekor Naga (Luksaen) penjaga gua pada Ksadan Nanaet. Naga tersebut baru akan memberi jalan kepada pengunjung bila dilakukan ritus pembunuhan ayam jantan merah.

Menurut legenda perang Nanaet, diceriterakan bahwa rakyat Naitimu berusaha mempertahankan benteng Nanaet mati-matian sebelum direbut oleh kolonial Belanda. Perang Nanaet disebabkan beban dan ketidakpuasan rakyat termasuk raja Naitimu terhadap perjanjian Plakat Pendek (Korte Verlaring) kolonial Belanda. Dalam legenda perang Nanaet, diceriterakan pasukan Belanda berhasil menguasai pusat pertahanan kerajaan Naitimu itu setelah mengalahkan para panglima perang Naitimu yang bertahan di dalam benteng Nanaet. Pasukan Belanda melakukan isolasi terhadap pasukan Naitimu yang bertahan di dalam benteng Nanaet dengan salah satu cara ialah berusaha untuk menguasai sumber mata air Nanaet. Pasukan Naitimu kalah akibat kalah peralatan senjata. Senjata pasukan Naitimu ialah rama (busur), sumpit yang disebut kahuk, surik (pedang), diman (lembing) dan batu-batu besar di Nanaet. Sementara pasukan Belanda menggunakan senjata modern.

Nama Nanaet Dubesi juga menjadi nama bagi raja Naitimu. Di Naitimu, terdapat istilah Nai faen yakni raja Naitimu yang diangkat oleh bangsawan asli Nanaet untuk menjadi raja Naitimu. Raja-raja Nai faen lain yang juga menjadi penguasa Zelbsbestuurder (wakil resmi penguasa kolonial) misalnya: Don Bisenti da Costa yang merupakan putera raja Lidak, juga raja Fransiskus Manek dan raja Baltasar Th. Siri. Bertitik-tolak dari istilah Nai faen ini, maka ada kemungkinan pemunculan raja yang berasal dari suku Tetum Nanaet yang disebut Naikukun (penguasa tetum asli Nanaet) yang dalam masa pemerintahan Belanda disebut penguasa Volksbestuurder (penguasa adat). Menurut legenda Lakaan, raja pertama Naitimu ialah Nai Timu Mauk yang berasal dari Lakaan. Nai Timu Mauk disebut Naitimu menurunkan raja-raja Naitimu. Dewasa ini kecamatan Nanaet terdiri atas beberapa desa. Beberapa desa itu dapat disebutkan dua yakni desa Nanaet dan desa Dubesi.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Blasius Mengkaka, Halilulik, Naitimu dan Don Bisenti da Costa.
  2. ^ Blasius Mengkaka, Meneropong Status Halilulik, Ibu Kota Desa Atau Ibu Kota Kecamatan.

Pranala luar

sunting