Orang Tokharia

kelompok etnik

Bangsa Tokharia adalah bangsa penghuni negara-negara kota oasis di ujung utara Cekungan Tarim (Xinjiang, Tiongkok modern). Mereka menuturkan bahasa Tokharia, cabang dari rumpun bahasa India-Eropa dan diketahui dari manuskrip dari abad ke-6 hingga ke-8 M, yang setelahnya orang Tokharia berganti menuturkan bahasa Turk dari suku Uyghur.

Bangsa Tokharia
"Dermawan Tokharia", fresko abad ke-6 M dari Gua Kizil
Daerah dengan populasi signifikan
Bahasa
Bahasa Tokharia
Agama
Buddhisme dan Maniisme
Kelompok etnik terkait
Bangsa India-Eropa lainnya, bangsa India-Iran, suku Yuezhi, bangsa Kushan

Beberapa sejarawan menghubungkan orang Tokharia dengan kebudayaan Afanasevo di Siberia timur (sek. 3500–2500 SM), Mumi Tarim (sek. 1800 SM) dan suku Yuezhi dari catatan Tiongkok, yang sebagian besarnya bermigrasi dari Gansu selatan menuju Baktria pada abad ke-2 SM dan kemudian menuju India di mana mereka kemudian mendirikan Kekaisaran Kushan.

Sekitar awal abad ke-20, di Cekungan Tarim para arkeolog menemukan sejumlah manuskrip yang ditulis dalam dua bahasa India-Eropa yang amat terkait namun sebelumnya tak diketahui. Naskah lainnya yang ditemukan di area yang sama, sebuah karya Buddha dalam bahasa Turk Lama, menyertakan sebuah tanda penerbit yang menunjukkan bahwa naskah tersebut merupakan terjemahan dari bahasa Sansakerta melalui sebuah bahasa toxrï, yang oleh Friedrich W. K. Müller diduga sebagai satu bahasa yang baru ditemukan.[1]

Müller menyebut bahasa tersebut sebagai "bahasa Tokharia" (bahasa Jerman: Tocharisch), menghubungkannya toxrï ini dengan etnonim Tókharoi (bahasa Yunani Kuno: Τόχαροι, yang terdapat dalam catatan Ptolemaios, pada bagian 6.11.6, dari abad ke-2 M) yang diterapkan oleh Strabo untuk suku Skythia yang menyerbu Kerajaan Yunani-Baktria (Afghanistan-Pakistan modern) pada paruh kedua abad ke-2 SM.[2] Istilah ini sendiri berasal dari bahasa India-Iran (bandingakn dengan bahasa Persia Lama tuxāri-, bahasa Khotan ttahvāra, dan bahasa Sansakerta tukhāra). Sumber untuk istilah "Tokharistan" biasanya merujuk kepada Baktria pada milenium ke-1, serta provinsi Takhar di Afghanistan. Tókharoi sering kali diidentikkan oleh para sejarawan modern dengan suku Yuezhi dari naskah historis Tiongkok, yang mendirikan Kekaisaran Kushan.[3][4] Mereka diketahui menuturkan bahasa Baktria, suatu bahasa Iran Timur yang cukup berbeda dari bahasa Tokharia, dan identifikasi Müller kini menjadi posisi minoritas di kalangan sejarawan. Meskipun demikian, "bahasa Tokharia" tetap menjadi istilah standar untuk bahasa pada manuskrip Cekungan Tarim dan juga untuk orang-orang yang membuat manuskrip itu.[1][5]

Dua bahasa itu dikenal sebagai bahasa Tokharia A (disebut juga bahasa Tokharia Timur atau bahasa Turfan, dari nama kota Turpan) serta bahasa Tokharia B (disebut juga bahasa Tokharia Barat atau bahasa Kucha, dari nama kota Kucha).[1] Nama asli untuk orang Tokharia historis pada abad ke-6 dan ke-8 menurut J. P. Mallory kemungkinan adalah kuśiññe "orang Kucha" (bahasa Tokharia B), "dari kerajaan Kucha dan Agni", serta ārśi (bahasa Tokharia A); salah satu naskah Tokharia menyebutkan ārśi-käntwā, "Di lidah Arsi" (ārśi kemungkinan adalah kognat untuk argenteus, yang bermakna "bersinar, brilian"). Menurut Douglas Q. Adams, orang Tokharia mungkin menyebut diri mereka sebagai ākñi, yang bermakna "pembatas, pengarak". Sementara sejarawan Bernard Sergent menyebut orang Tokharia sebagai Arśi-Kuči, dan belakangan merevisinya menjadi Agni-Kuči.[6]

Penghuni awal Cekungan Tarim

sunting

J. P. Mallory dan Victor H. Mair berpendapat bahwa bahasa Tokharia diperkenalkan ke Cekungan Tarim dan Turpan dari kebudayaan Afanasevo ke wilayah utara mereka. Kebudayaan Afanasevo (sek. 3500–2500 SM) menampilkan hubungan kultural dan genetik dengan kebudayaan terkait India-Eropa di stepa Asia Tengah namun mendahului Kebudayaan Andronovo (sek. 2000–900 SM) yang terkait India-Iran cukup lama hingga dapat mengisolasi bahasa Tokharia dari inovasi lingustis India-Iran seperto satemisasi.[7][8]

Mumi Tarim

sunting

Mumi Cekungan Tarim (1800 SM) ditemukan di areah yang secara umum sama dengan naskah dan fresko Tokharia dari Cekungan Tarim (abad ke-3 dan ke-9 M), dan kedua mumi itu terhubung dengan asal usul India-Eropa dan mengindikasikan tipe Kaukasoid dengan warna mata dan kulit yang terang. Akan tetapi, tak diketahui apakah mumi dan fresko itu saling terkait.

Pada tahun 2008, sisa-sisa mumi pria lainnya ditemukan di dekat Turpan. Diduga oleh para peneliti sebagai anggota kebudayaan Gushi, pria ini dikubur bersama sejumlah benda praktis dan seremonial, termasuk perlengkapan panahan dan sebuah harpa, serta ganja seberat 789 gram. Melalui analisis genetik dan penanggalan karbon, pemakaman ini diketahui bertahun sekitar 700 SM. Hanya dua dari 500 makam di situs ini yang memiliki ganja, sehingga para peneliti berpendapat bahwa kedua mayat tersebut kemungkinan adalah dukun.

Pada tahun 2009, sisa-sisa dari 30 mayat yang ditemukan di Kompleks Makam Xiaohe dianalisis untuk penanda Y-DNA dan mtDNA-nya. Hasilanya mengindikasikan bahwa populasi campuran dari kelompok barat dan timur hidup di Cekungan Tarim sejak awal Zaman perunggu. Garis keturunan maternal orang Xiaohe sebagian besarnya adalah orang Asia Timur haplogrup C dengan sejumlah kecil H dan K, sedangkan garis keturunan paternalnya semuanya adalah orang Eurasia Barat R1a1a. Lokasi geografis untuk pencampuran in tak diketahui, meskipun kemungkinan adalah Siberia selatan.[9]

Yuezhi

sunting

Catatan Sejarah oleh sejarawan Han Barat Sima Qian menggambarkan suatu kelompok suku yang disebut Yuezhi yang tinggal di antara Pegunungan Qilian dan Dunhuang, hingga akhirnya mereka terusir oleh bangsa Xiongnu pada abad ke-2 SM. Mayoritasnya, yang disebut Yuezhi Besar, dikatakan berpindah ke barat dan menaklukan Baktria (bahasa Tionghoa: 大夏 Dàxià), sedangkan kelompok kecilnya (Yuezhi Kecil) mengungsi ke "Pegunungan Selatan".[10]

Suku Yuezhi Besar sering kali diidentikkan dengan orang Tókharoi yang disebutkan oleh para sejarawan Yunani,[3] dan dipercaya sebagai pendahulu bangsa Kushan, yang pada abad ke-1 dan ke-2 M membangun sebuah kekaisaran di India utara dan Asia Tengah, yang, ketika di bawah Kaisar Kanishka, wilayahnya membentang dari Turfan di Cekungan Tarim hingga Pataliputra di Dataran Gangga. Sejumlah kecil sejarawan juga menghubungkan mereka dengan orang Tokharia.[11] Berdasarkan perbandingan nama yang digunakan oleh para penulis kuno, Christopher Beckwith berpendapat bahwa orang-orang ini pada awalnya merupakan penutur bahasa Tokharia yang berpindah ke bahasa Iran lokal ketika memasuki daerah ini. Ia mengklaim bahwa huruf pertama pada nama mereka, yani , yang biasanya dibaca sebagai bahasa Tionghoa Kuno *ŋʷjat > Mod. yuè,[12] bisa jadi diucapkan dalam dialek barat laut arkaik sebagai *tokwar atau *togwar, suatu bentuk yang melambangkan nama Baktria Toχοαρ (Toχwar ~ Tuχwar) dan bentuk Abad Pertengahan Toχar ~ Toχâr.[4][13]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Tocharian Online: Series Introduction Diarsipkan 2015-06-29 di Wayback Machine., Todd B. Krause and Jonathan Slocum, University of Texas as Austin.
  2. ^ "Most of the Scythians, beginning from the Caspian Sea, are called Dahae Scythae, and those situated more towards the east Massagetae and Sacae; the rest have the common appellation of Scythians, but each separate tribe has its peculiar name. All, or the greatest part of them, are nomads. The best known tribes are those who deprived the Greeks of Bactriana, the Asii, Pasiani, Tochari, and Sacarauli, who came from the country on the other side of the Iaxartes, opposite the Sacae and Sogdiani" (Strabo, 11-8-2)
  3. ^ a b Mallory & Mair (2000), hlm. 270–297.
  4. ^ a b Beckwith, Christopher (2009). Empires of the Silk Road: A History of Central Asia from the Bronze Age to the Present. Princeton University Press. hlm. 380–383. ISBN 978-0-691-15034-5. 
  5. ^ Mallory, Ja.P.; Adams, Douglas Q., ed. (1997). Encyclopedia of Indo-European Culture. London: Fitzroy Dearborn. hlm. 509. ISBN 978-1-884964-98-5. 
  6. ^ Sergent, Bernard (2005) [1995]. Les Indo-Européens: Histoire, langues, mythes (edisi ke-2nd). Payot. hlm. 113–117. 
  7. ^ Mallory & Mair (2000), hlm. 260, 294–296, 314–318.
  8. ^ Anthony, David W. (2007). [[The Horse, the Wheel, and Language: How Bronze-Age Riders from the Eurasian Steppes Shaped the Modern World]]. Princeton, NJ: Princeton University Press. hlm. 264––265. ISBN 978-0-691-05887-0.  Konflik URL–wikilink (bantuan)
  9. ^ Li, Chunxiang. "Evidence that a West-East admixed population lived in the Tarim Basin as early as the early Bronze Age". BMC Biology. Diakses tanggal 17 February 2010. 
  10. ^ Shiji Original text: 始月氏居敦煌、祁連閒,及為匈奴所敗,乃遠去,過宛,西擊大夏而臣之,遂都媯水北,為王庭。其餘小眾不能去者,保南山羌,號小月氏。 Translation: "The Yüeh-chih originally lived in the area between the Ch'i-lien or Heavenly Mountains and Tun-huang, but after they were defeated by the Hsiung-nu they moved far away to the west, beyond Ta-yüan, where they attacked and conquered the people of Ta-hsia and set up the court of their king on the northern bank of the Kuei River. A small number of their people who were unable to make the journey west sought refuge among the Ch'iang barbarians in the Southern Mountains, where they are known as the Lesser Yüeh-chih." —Burton Watson (trans.), Records of the Grand Historian of China: The age of Emperor Wu, 140 to circa 100 B.C. Columbia University Press, 1961, hlm. 268.
  11. ^ John E. Hill (2009). Through the Jade Gate to Rome. Booksurge Publishing. hlm. 311. ISBN 1-4392-2134-0. 
  12. ^ Baxter, William H. (1992). A Handbook of Old Chinese Phonology. Berlin: Mouton de Gruyter. hlm. 806. ISBN 978-3-11-012324-1. 
  13. ^ Hitch, Doug (2010). "Empires of the Silk Road: A History of Central Eurasia from the Bronze Age to the Present" (PDF). Journal of the American Oriental Society. 130 (4): 654–658. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2013-01-05. He equates the Tokharians with the Yuezhi, and the Wusun with the Asvins, as if these are established facts, and refers to his arguments in appendix B. But these identifications remain controversial, rather than established, for most scholars. 

Pranala luar

sunting