AIDS: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rintojiang (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 125.162.200.227 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Xqbot
Baris 278:
 
== Penyebab ==
{{details|HIV}}
{{Gejala dan komplikasi
[[Berkas:HIV-budding-Color.jpg|right|thumbnail|300px|HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan [[limfosit]] setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan [[mikroskop elektron]].]]
Gejala-gejala utama AIDS.
 
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat [[infeksi]] HIV. HIV adalah [[retrovirus]] yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti [[Sel T pembantu|sel T CD4<SUP>+</SUP>]] (sejenis [[sel T]]), [[makrofag]], dan [[sel dendritik]]. HIV merusak sel T CD4<SUP>+</SUP> secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4<SUP>+</SUP> dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4<SUP>+</SUP> hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per [[mikroliter]] (µL) [[darah]], maka kekebalan [[kekebalan selular|di tingkat sel]] akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi [[akut]] HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4<SUP>+</SUP> di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.[7] HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
 
Tanpa [[Obat antiretroviral|terapi antiretrovirus]], [[rata-rata]] lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan.<ref name=Morgan2>{{
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.[8][9] Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
[sunting] Penyakit paru-paru utama
Foto sinar-X pneumonia pada paru-paru, disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii.
 
cite journal
Pneumonia pneumocystis (PCP)[10] jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.
| author=Morgan, D., Mahe, C., Mayanja, B., Okongo, J. M., Lubega, R. and Whitworth, J. A.
| title=HIV-1 infection in rural Africa: is there a difference in median time to AIDS and survival compared with that in industrialized countries?
| journal=AIDS | year=2002 | pages=597–632 | volume=16 | issue=4 | id={{PMID |11873003}}
 
}}</ref> Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.<ref name=Clerici>{{
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.[11]
 
cite journal
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
| author=Clerici, M., Balotta, C., Meroni, L., Ferrario, E., Riva, C., Trabattoni, D., Ridolfo, A., Villa, M., Shearer, G.M., Moroni, M. and Galli, M.
| title=Type 1 cytokine production and low prevalence of viral isolation correlate with long-term non progression in HIV infection
| journal=AIDS Res. Hum. Retroviruses. | year=1996 | pages=1053–1061 | volume=12 | issue=11
| id={{PMID |8827221}}
 
}}</ref><ref name=Morgan>{{
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat.[12] Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner.
[sunting] Penyakit saluran pencernaan utama
 
cite journal
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka.[13]
| author=Morgan, D., Mahe, C., Mayanja, B. and Whitworth, J. A.
| title=Progression to symptomatic disease in people infected with HIV-1 in rural Uganda: prospective cohort study
| journal=BMJ | year=2002 | pages=193–196 | volume=324 | issue=7331
| id={{PMID |11809639}}
 
}}</ref> Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti [[tuberkulosis]], juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.<ref name=Morgan2 /><ref name=Gendelman>{{
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).
 
cite journal
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV.[14]
| author=Gendelman, H. E., Phelps, W., Feigenbaum, L., Ostrove, J. M., Adachi, A., Howley, P. M., Khoury, G., Ginsberg, H. S. and Martin, M. A.
[sunting] Penyakit syaraf dan kejiwaan utama
| title=Transactivation of the human immunodeficiency virus long terminal repeat sequences by DNA viruses
| journal=Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A. | year=1986 | pages=9759–9763 | volume=83 | issue=24
| id={{PMID |2432602}}
 
}}</ref><ref name=Bentwich>{{
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
 
cite journal
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.[15] Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
| author=Bentwich, Z., Kalinkovich., A. and Weisman, Z.
| title=Immune activation is a dominant factor in the pathogenesis of African AIDS.
| journal=Immunol. Today | year=1995 | pages=187–191 | volume=16 | issue=4
| id={{PMID |7734046}}
 
}}</ref> [[Genetika|Warisan genetik]] orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. <ref name=Tang>Contohnya adalah orang dengan mutasi CCR5-Δ32 (delesi 32 nukleotida pada gen penyandi reseptor ''chemokine'' CCR5 yang mempengaruhi fungsi sel T) yang kebal terhadap beberapa galur HIV.{{
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.[16]
 
cite journal
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (demensia) yang terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin.[17] Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar 10-20%,[18] namun di India hanya terjadi pada 1-2% pengidap infeksi HIV.[19][20] Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV di India.
| author=Tang, J. and Kaslow, R. A.
[sunting] Kanker dan tumor ganas (malignan)
| title=The impact of host genetics on HIV infection and disease progression in the era of highly active antiretroviral therapy
Sarkoma Kaposi
| journal=AIDS | year=2003 | pages=S51–S60 | volume=17 | issue=Suppl 4
| id={{PMID |15080180}}
 
}}</ref> HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.<ref name=Quinones>{{
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).[21][22]
 
cite journal
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
| author=Quiñones-Mateu, M. E., Mas, A., Lain de Lera, T., Soriano, V., Alcami, J., Lederman, M. M. and Domingo, E.
| title=LTR and tat variability of HIV-1 isolates from patients with divergent rates of disease progression
| journal=Virus Research | year=1998 | pages=11–20 | volume=57 | issue=1
| id={{PMID |9833881}}
 
}}</ref><ref name=Campbell>{{
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
 
cite journal
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
| author=Campbell, G. R., Pasquier, E., Watkins, J., Bourgarel-Rey, V., Peyrot, V., Esquieu, D., Barbier, P., de Mareuil, J., Braguer, D., Kaleebu, P., Yirrell, D. L. and Loret E. P.
| title=The glutamine-rich region of the HIV-1 Tat protein is involved in T-cell apoptosis
| journal=J. Biol. Chem. | year=2004 | pages=48197–48204 | volume=279 | issue=46
| id={{PMID |15331610}}
 
}}</ref><ref name=Kaleebu>{{
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.[23]
[sunting] Infeksi oportunistik lainnya
 
cite journal
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.[24]
| author=Kaleebu P, French N, Mahe C, Yirrell D, Watera C, Lyagoba F, Nakiyingi J, Rutebemberwa A, Morgan D, Weber J, Gilks C, Whitworth J. | title=Effect of human immunodeficiency virus (HIV) type 1 envelope subtypes A and D on disease progression in a large cohort of HIV-1-positive persons in Uganda | journal=J. Infect. Dis. | year=2002 | pages=1244–1250 | volume=185 | issue=9
| id={{PMID |12001041}}
 
}}</ref> Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
 
=== Penularan seksual ===
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau [[membran mukosa]] mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.<ref name=Rothenberg>{{
 
cite journal | author=Rothenberg, R. B., Scarlett, M., del Rio, C., Reznik, D., O'Daniels, C.
| title=Oral transmission of HIV | journal=AIDS | year=1998 | pages=2095–2105 | volume=12 | issue=16
| id={{PMID|9833850}}
 
}}</ref> <!--Risiko transmisi HIV dari [[air liur]] jauh lebih kecil daripada risiko dari [[air mani]]. Bertentangan dengan kepercayaan umum, seseorang harus menelan segalon air liur dari individu HIV positif untuk membuat risiko signifikan terinfeksi.<ref name=Vincenzi>{{
 
cite journal | author=Mastro TD, de Vincenzi I
| title=Probabilities of sexual HIV-1 transmission | journal=AIDS | year=1996 | volume=10 | pages=S75–S82 | issue=Suppl A | id={{PMID|8883613}}
 
}}</ref>
 
Sekitar 30% wanita di sepuluh negara dari "berbagai kebudayaan, geografi, dan pengaturan pemukiman" melaporkan bahwa pengalaman seksual pertama mereka akibat dipaksa, sehingga kekerasan seksual ialah kunci [[pandemik]] HIV/AIDS.<ref name=vaw>{{
 
cite web
| author=[[World Health Organization]] | publisher=| year=2006
| url=http://www.who.int/gender/violence/who_multicountry_study/en/index.html
| title=WHO Multi-country Study on Women's Health and Domestic Violence against Women
| accessdate = 2006-12-14
 
}}</ref> -->Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.<ref name=Koenig>{{
 
cite journal | author=Koenig, Michael et al
| title=Coerced first intercourse and reproductive health among adolescent women in Rakai, Uganda | journal=International Family Planning Perspectives| year=2004 | volume=30 | pages=156 | issue=4:156
 
}}</ref>
 
[[Penyakit menular seksual]] meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan [[jaringan epitel]] normal akibat adanya [[borok]] alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV ([[limfosit]] dan [[makrofag]]) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, [[Eropa]], dan [[Amerika Utara]] menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh [[sifilis]] dan/atau ''[[chancroid]]''. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti [[kencing nanah]], infeksi ''[[chlamydia]]'', dan [[trikomoniasis]] yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofag.<ref name=Laga>{{
 
cite journal
| author=Laga, M., Nzila, N., Goeman, J.
| title=The interrelationship of sexually transmitted diseases and HIV infection: implications for the control of both epidemics in Africa
| journal=AIDS | year=1991 | pages=S55–S63 | volume=5 | issue=Suppl 1
| id={{PMID|1669925}}
 
}}</ref>
 
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. [[Beban virus]] plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.<ref name=Laga /><ref name=Tovanabutra>{{
 
cite journal
| author=Tovanabutra, S., Robison, V., Wongtrakul, J., Sennum, S., Suriyanon, V., Kingkeow, D., Kawichai, S., Tanan, P., Duerr, A., Nelson, K. E.
| title=Male viral load and heterosexual transmission of HIV-1 subtype E in northern Thailand
| journal=J. Acquir. Immune. Defic. Syndr. | year=2002 | pages=275–283 | volume=29 | issue=3
| id={{PMID|11873077}}
 
}}</ref> Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.<ref name=Sagar>{{
 
cite journal
| author=Sagar, M., Lavreys, L., Baeten, J. M., Richardson, B. A., Mandaliya, K., Ndinya-Achola, J. O., Kreiss, J. K., Overbaugh, J.
| title=Identification of modifiable factors that affect the genetic diversity of the transmitted HIV-1 population
| journal=AIDS | year=2004 | pages=615–619 | volume=18 | issue=4
| id={{PMID|15090766}}
 
}}</ref><ref name=Lavreys>{{
 
cite journal
| author= Lavreys, L., Baeten, J. M., Martin, H. L. Jr., Overbaugh, J., Mandaliya, K., Ndinya-Achola, J., and Kreiss, J. K.
| title=Hormonal contraception and risk of HIV-1 acquisition: results of a 10-year prospective study
| journal=AIDS | year=2004 | pages=695–697 | volume=18 | issue=4
| id={{PMID|15090778}}
 
}}</ref> Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
 
=== Kontaminasi patogen melalui darah ===
[[Berkas:AIDS Poster If You're Dabbling in Drugs 1989.jpg|thumb|250px|Poster CDC tahun 1989, yang mengetengahkan bahaya AIDS sehubungan dengan pemakaian narkoba.]]
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita [[hemofilia]], dan resipien [[transfusi darah]] dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali [[Jarum hipodermik|jarum suntik]] (''syringe'') yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit ([[patogen]]), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga [[hepatitis B]] dan [[hepatitis C]]. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di [[Amerika Utara]], [[Republik Rakyat Cina]], dan [[Eropa Timur]]. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. ''[[Post-exposure prophylaxis]]'' dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu.<ref name=Fan>{{
 
cite book
| author =Fan, H. | year = 2005
| title =AIDS: science and society | chapter = | chapterurl =
| editor = Fan, H., Conner, R. F. and Villarreal, L. P. eds
| edition = 4th | pages =
| publisher =Jones and Bartlett Publishers
| location = Boston, MA
| id = ISBN 0-7637-0086-X
 
}}</ref> Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima [[rajah]] dan [[tindik tubuh]]. [[Kewaspadaan universal]] sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman.<ref name=WHOJapan>{{ cite web
| author=[[WHO]] | publisher= | year= 2003-03-17
| url=http://64.233.179.104/search?q=cache:adH68_6JGG8J:tokyo.usembassy.gov//e/p/tp-20030317a3.html+site:tokyo.usembassy.gov+HIV+healthcare+injection&hl=en&gl=us&ct=clnk&cd=1
| title=WHO, UNAIDS Reaffirm HIV as a Sexually Transmitted Disease
| accessdate = 2006-01-17
 
}}</ref> Oleh sebab itu, [[Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa]], didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.<ref name=PHR>{{
 
cite web
| author=Physicians for Human Rights | publisher=Partners in Health | year=[[2003-03-13]]
| url=http://www.phrusa.org/campaigns/aids/who_031303.html
| title=HIV Transmission in the Medical Setting: A White Paper by Physicians for Human Rights | accessdate = 2006-03-01
 
}}</ref>
 
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, menurut [[WHO]], mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".<ref name=WHO070401>{{
 
cite web
| author=[[WHO]] | publisher= | year= 2001
| url=http://www.who.int/inf-pr-2000/en/pr2000-25.html
| title=Blood safety....for too few
| accessdate = 2006-01-17
 
}}</ref>
 
=== Penularan masa perinatal ===