Abad Pertengahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 177:
Sistem pertanian [[Sistem lapangan terbuka|lahan terbuka]] lumrah dipraktikkan di hampir seluruh Eropa, teristimewa di "kawasan barat laut dan kawasan tengah Eropa."<ref>Pounds, N. J. G. (1990), ''An Historical Geography of Europe'', Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 166</ref> Komunitas-komunitas tani lahan terbuka memiliki tiga ciri utama, yakni lahan-lahan garapan perseorangan dalam bentuk persil-persil yang tersebar di berbagai pelosok tanah pertuanan, rotasi jenis tanaman dari tahun ke tahun untuk menjaga kesuburan tanah, dan lahan bersama yang dimanfaatkan sebagai tempat melepas ternak atau untuk keperluan lain.<ref>"Open-field System", ''Encyclopedia Britannica'' https://www.britannica.com/topic/open-field-system, diakses 19 Juli 2018</ref>
 
Bagian masyarakat lainnya meliputi bangsawan, rohaniwan, dan pejabat kota. Bangsawan, baik [[bangsawan]] bergelar dan [[knight|kesatria]] sederhana, mengeksploitasi manortanah pertuanan dan petani, meskipun mereka tak memiliki hak lahan namun meraih hak untuk pendapatan dari sebuah manortanah pertuanan atau lahan lainnya oleh seorang tuan tanah melalui sistem [[feodalisme]]. Pada abad ke-11 dan ke-12, lahan tersebut, atau ''[[fief]]'', dianggap menjadi warisan, dan di kebanyakan wilayah, mereka tak lama terbagi antara seluruh pewaris seperti halnya kasus dalam periode Awal Abad Pertengahan. Sebagai gantinya, kebanyakan ''fief'' dan lahan diserahkan kepada putra sulung.<ref name=Barber37>Barber ''Two Cities'' pp. 37–41</ref>{{efn-ua|Susunan warisan ini dikenal sebagai [[primogenitur]].<ref name=Wordbook193>Cosman ''Medieval Wordbook'' p. 193</ref>}} Dominasi bangsawan terhimpun atas kontrol lahannya, layanan militernya sebagai [[kavaleri berat]], kontrol [[istana]], dan berbagai imunitas dari perpajakan atau imposisi lainnya.{{efn-ua|Kavaleri berat diperkenalkan ke Eropa dari [[katafrak]] Persia abad ke-5 dan ke-6, namun tambahan ''[[stirrup]]'' pada abad ke-7 membolehkan pasukan kuda penuh dan penunggang dipakai dalam serangan.<ref name=Davies311/>}} Istana-istana, awalnya berkayu namun kemudian berbatu, mulai dibangun pada abad ke-9 dan ke-10 dalam menanggapi wabah pada masa itu, dan menyediakan perlindungan dari pasukan penginvasi serta membolehkan para tuan tanah bertahan dari para pesaing. Kontrol kastil membolehkan para bangsawan untuk berdekatan dengan raja atau tuan tanah lainnya.<ref name=Davies311>Davies ''Europe'' pp. 311–315</ref> Kaum bangsawan terstratifikasi; para raja dan bangsawan berpangkat tertinggi mengkontrol sejumlah besar rakyat jelata dan sebidang lahan besar, serta bangsawan lainnya. Sebaliknya, bangsawan rendah memiliki otoritas atas wilayah lahan yang lebih kecil dan orang yang sedikit. Kesatria adalah bangsawan tingkat terendah; mereka mengkontrol namun tak memiliki lahan, dan melayani bangsawan lainnya.<ref name=Daily3>Singman ''Daily Life'' p. 3</ref>{{efn-ua|Di Perancis, Jerman dan Negara-negara Dataran Rendah, terdapat jenis tambahan dari "bangsawan", ''[[ministerialis]]'', yang merupakan kesatria tak bebas. Mereka merupakan keturunan dari buruh tani yang bertugas sebagai prajurit atau pejabat pemerintah, yang kenaikan status membolehkan para keturunan mereka untuk memegang ''fief'' serta menjadi kesatria meskipun secara teknis masih menjadi buruh tani.<ref name=Singman8>Singman ''Daily Life'' p. 8</ref>}}
 
Rohaniwan terbagi dalam dua jenis: [[rohaniwan sekuler]], yang hidup dalam keduniawian, dan [[rohaniwan reguler]], yang hidup di bawah aturan keagamaan dan biasanya menjadi biarawan.<ref name=Hamilton33>Hamilton ''Religion on the Medieval West'' p. 33</ref> Sepanjang periode tersebut, biarawan masih meliputi bagian yang sangat kecil dari populasi, biasanya kurang dari satu persen.<ref name=Daily143>Singman ''Daily Life'' p. 143</ref> Kebanyakan rohaniwan reguler menari diri dari kebangsawanan, kelas sosial yang sama dijadikan sebagai landasan perekrutan untuk kelas atas dari rohaniwan sekuler. Para imam [[paroki]] lokal seringkali ditarik dari kelas petani.<ref name=Barber33>Barber ''Two Cities'' pp. 33–34</ref> Pejabat kota sempat menjadi posisi tak lazim, karena mereka tak masuk dalam tiga divisi masyarakat tradisional yakni bangsawan, rohaniwan dan petani. Pada abad ke-12 dan ke-13, pangkat pejabat kota diperluas secara besar-besaran karena kota-kota yang berdiri bertumbuh dan pusat-pusat populasi baru didirikan.<ref name=Barber48>Barber ''Two Cities'' pp. 48–49</ref> Meskipun demikian, sepanjang Abad Pertengahan populasi kota mungkin tak pernah mencapai 10 persen dari total populasi.<ref name=Daily171>Singman ''Daily Life'' p. 171</ref>