Abubakar bin Ali Syahab: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
k sesuaikan sebutan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
 
(33 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim
'''Habib Abubakar bin Ali Shahab''' (28 Rajab 1288H (1910) - [[18 Maret]] [[1944]]) adalah tokoh keturunan [[Arab-Indonesia]], yang aktif dalam pergerakan dan pendidikan Islam pada masa pra-kemerdekaan [[Indonesia]], serta merupakan pendiri [[Jamiat Kheir]] dan [[Malja Al Shahab]].
|honorific_prefix =
|notability =
<!-- ----------- -->
|image = Abubakar bin Ali Shahab.jpeg
|caption =
<!-- ----------- -->
|jalur_ayah =
|jalur_ibu =
|nasab =
<!-- ----------- -->
|tgl_lahir_h = 28 Rajab 1288
|tgl_lahir_m =
|bln_lahir_h = Rajab
|bln_lahir_m =
|thn_lahir_h = 1288
|thn_lahir_m =
|tempat_lahir = Tarim
|negara_dilahirkan = Damun, Tarim, [[Hadramaut]] {{negara|Yaman}}
|nama_ayah = Ali bin Abubakar bin Umar Shahab
|nama_ibu = Muznah binti Syech Said Naum
|nama_lahir =
|hari_lahir =
<!-- ----------- -->
|glr_islam_dpn = Al-Habib
|gelar_aka_dpn =
|glr_tengah = [[Haji]]
|gelar_aka_akhir =
|gelar_bangsawan =
|gelar_adat =
|gelar_lainnya1 =
|gelar_lainnya2 =
|gelar_lainnya3 =
<!-- ---------------- -->
|kunya =
|name = Abubakar bin Ali
|nama_arabic =
|nisbah =
|nama_lainnya =
<!-- ---------------- -->
|etnis = [[Alawiyyin]]
|nationality = [[Indonesia]], [[Alawiyyin]], [[Arab-Indonesia]]
|marga = [[Shahab]]
|negara1 = [[Indonesia]] {{negara|Indonesia}}
|negara2 =
|negara3 =
<!-- ---------------- -->
<!-- ---dakwah ketokohan- -->
|judul1 = Pendiri
|sub1 = [[Jamiat Kheir]]
|mulai1 = 1901
|selesai1 =
|pendahulu1 =
|pengganti =
|judul2 = Pendiri
|sub2 = [[Malja Al Shahab]]
|mulai2 =
|selesai2 =
|pendahulu2 =
|penggant2 =
|judul3 =
|sub3 =
|mulai3 =
|selesai3 =
|pendahulu3 =
|penggant3 =
|judul4 =
|sub4 =
|mulai4 =
|selesai4 =
|pendahulu4 =
|pengganti4 =
<!-- ---kewafatan------ -->
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat =
|tempat_wafat =
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m = 18
|bln_wafat_h =
|bln_wafat_m = Maret
|thn_wafat_h = ?
|thn_wafat_m = 1944
|hari_dimakamkan =
|tempat_makam =
|negara_makam =
 
}}
 
'''Habib Abubakar bin Ali Shahab''' (28 Rajab 1287 H (24 October 1870) - [[18 Maret]] [[1944]]) adalah tokoh keturunan [[Arab-Indonesia]], yang aktif dalam pergerakan dan pendidikan Islam pada masa pra-kemerdekaan [[Indonesia]], serta merupakan pendiri [[Jamiat Kheir]] dan [[Malja Al Shahab]].
 
<!--
Baris 6 ⟶ 98:
Tapi sayangnya, yang menikmati kemajuan itu hanyalah kelompok minoritas Belanda dan orang-orang Eropa. Tidak demikian halnya dengan orang-orang pribumi, termasuk orang-orang keturunan Arab. Khusus terhadap orang-orang keturunan Arab, Belanda menganggap keberadaan mereka di Indonesia sangat membahayakan politik kolonialnya yang anti Islam. Apalagi semangat Pan-Islamisme yang dikobarkan di Turki dan pejuang Islam kaliber internasional dari Ahul-Bayt, Sayyid Jamaluddin Al-Afghani bergaung di Indonesia. Prof. Snouck Hurgronye terang-terangan menuduh kaum Alawiyyin yang menyebarkan paham Pan-Islamisme di Indonesia.
 
Begitu bencinya Belanda terhadap Islam dn orang-orang keturunan Arab, sehingga di bidang pendidikan, melalui sekolah-sekolah waktu itu, citra buruk Arab digambarkan secara kasar melalui buku-buku pelajaran sejarah. Hingga tidak heran, menurut Mr. Hamid Algadri dalam bukunya Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan Belanda mengakibatkan mereka tidak mau menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah Belanda. Bukan hanya orang-orang keturunan Arab, tapitetapi juga kelompok ulama dan santri menganggap sekolah Belanda sebagai sekolah kafir.
-->
 
== Masa muda dan pendidikan ==
Lahir di [[Jakarta]] pada tanggal 28 Rajab 1288 H (130 tahun lalu), dari seorang ayah bernama Ali bin Abubakar bin Umar Shahab, kelahiran Damun, Tarim, [[Hadramaut]]. Ibunya bernama Muznah binti Syech Said Naum. [[Said Naum]] adalah salah seorang keturunan Arab yang mewakafkan tanahnya yang luas di kawasan [[Kebon Kacang, Tanah Abang]], untuk pemakaman.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
Dalam usia 10 tahun, pada tahun 1297 H, Habib Abubakar bersama ayahnya serta saudaranya Muhammad dan Sidah, berangkat ke Hadramaut.{{Bio muslim butuh rujukan}} Di Hadramaut, ia mengabiskan waktunya untuk menuntut ilmu dari berbagai guru terkenal di sana, baik di Damun, Tarim, maupun Seywun. Tidak puas dengan hanya dengan berguru, ia mendatangi tempat-tempat pengajian dan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sejumlah ulama terkemuka.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
Habib Abubakar kembali ke Indonesia melalui Syihir, [[Aden]], [[Singapura]], dan tiba di Jakarta pada tanggal 3 Rajab 1321 H. Mendapat gemblengan selama tiga belas tahun di Hadramaut, ia lalu mendirikan Jamiat Kheir bersama pemuda-pemuda sebayanya.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
== Pendirian Jamiat Kheir ==
Dalam situasi dan tekanan kolonial yang keras, Habib Abubakar tampil untuk mendirikan sebuah perguruan Islam, yang bukan hanya mengajarkan agama, tetapi juga pendidikan umum. Pada tahun 1901, bersamaan dengan maraknya kebangkitan Islam di tanah air, berdirilah perguruan Islam Jamiat Kheir.<ref>{{Cite web|title=YAYASAN PENDIDIKAN JAMIAT KHEIR|url=https://www.sekolahbinakheir.sch.id/konten/index/1/yayasan-pendidikan-jamiat-kheir/|website=www.sekolahbinakheir.sch.id|access-date=2022-06-01|archive-date=2022-06-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20220611160923/https://www.sekolahbinakheir.sch.id/konten/index/1/yayasan-pendidikan-jamiat-kheir/|dead-url=yes}}</ref> Pada saat pertama kali berdiri, perguruan ini membuka sekolah di kawasan [[Pekojan, Tambora|Pekojan]] yang saat itu penghuninya banyak keturunan Arab.<ref name=":0" />
 
Selain Habib Abubakar, turut serta mendirikan perguruan ini sejumlah pemuda [[Alawiyyin]] yang mempunyai kesamaan pendapat dan tekad untuk memajukan Islam di Indonesia, sekaligus melawan propaganda-propaganda [[Belanda]] yang anti Islam.<ref name=":0">{{Cite news|last=Fahmi|date=2017-03-02|title=6 Tokoh Keturunan Arab Turut Berjasa Bangun Indonesia|url=https://www.liputan6.com/news/read/2873279/6-tokoh-keturunan-arab-turut-berjasa-bangun-indonesia|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2022-06-01|first=Yusron|editor-last1=Hatta|editor-first1=Raden Trimutia|editor-last2=Fahmi|editor-first2=Yusron|editor-last3=Nurdiarsih|editor-first3=Fadjriah}}</ref> Mereka antara lain adalah Muhammad bin Abdurrahman Shahab, Idrus bin Ahmad Shahab, Ali bin Ahmad Shahab, Syechan bin Ahmad Shahab, Abubakar bin Abdullah Alatas dan Abubakar bin Muhammad Alhabsyi.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Dalam usia 10 tahun, pada tahun 1297 H, Habib Abubakar bersama ayahnya serta saudaranya Muhammad dan Sidah, berangkat ke Hadramaut. Di Hadramaut, ia mengabiskan waktunya untuk menuntut ilmu dari berbagai guru terkenal di sana, baik di Damun, Tarim, maupun Seywun. Tidak puas dengan hanya dengan berguru, ia mendatangi tempat-tempat pengajian dan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sejumlah ulama terkemuka.
 
Habib Ali bin Abubakar Shahab sebagai ketua Jamiat Kheir, juga ikut mendorong organisasi ini ketika pindah dari Pekojan ke Jalan Karet (kini jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang).{{Bio muslim butuh rujukan}} Kegiatan organisasi ini kemudian meluas dengan mendirikan Panti Asuhan Piatu Daarul Aitam. Di Tanah Abang, Habib Abubakar bersama-sama sejumlah Alawiyyin juga mendirikan sekolah untuk putra (''aulad'') di Jalan Karet dan putri (''banat'') di Jalan Kebon Melati (kini Jl. Kebon Kacang Raya), serta cabang Jamiat Kheir di Tanah Tinggi, Senen.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Habib Abubakar kembali ke Indonesia melalui Syihir, [[Aden]], [[Singapura]], dan tiba di Jakarta pada tanggal 3 Rajab 1321 H. Mendapat gemblengan selama tiga belas tahun di Hadramaut, ia lalu mendirikan Jamiat Kheir bersama pemuda-pemuda sebayanya.
 
== Perjalanan ke luar negeri dan naik haji ==
==Pendirian Jamiat Kheir==
Setelah Jamiat Kheir berkembang dan semakin banyak muridnya, dalam usia 50 tahun atau pada tanggal 1 Mei 1926 ia kembali berangkat ke Hadramaut untuk kedua kalinya. Kali ini ia disertai dua orang putranya, yaitu Hamid dan Idrus.{{Bio muslim butuh rujukan}} Mereka singgah di [[Singapura]], [[Malaysia]], [[Mesir]] dan Mukalla sebelum akhirnya tiba di Damun, Hadramaut, pada tanggal 20 Zulqaidah 1344 H.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Dalam situasi dan tekanan kolonial yang keras, Habib Abubakar tampil untuk mendirikan sebuah perguruan Islam, yang bukan hanya mengajarkan agama, tapi juga pendidikan umum. Pada tahun 1901, bersamaan dengan maraknya kebangkitan Islam di tanah air, berdirilah perguruan Islam Jamiat Kheir. Pada saat pertama kali berdiri, perguruan ini membuka sekolah di kawasan [[Pekojan, Tambora|Pekojan]] yang saat itu penghuninya banyak keturunan Arab.
 
Di tempat-tempat yang dikunjunginya, ia dan dua putranya yang masih berusia 20-an tahun selalu membahas upaya untuk meningkatkan syiar dan pendidikan Islam sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW, "Belajarlah kamu dari sejak buaian sampai ke liang lahad". Habib Abubakar di tempat-tempat yang disinggahi selalu belajar dengan para guru dan sejumlah habib. Di Hadramaut ini, ia memperbaiki sejumlah [[masjid]], antara lain masjid Al-Mas. Bahkan ia juga membangun masjid Sakran yang sampai sekarang masih berdiri dengan megahnya.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Selain Habib Abubakar, turut serta mendirikan perguruan ini sejumlah pemuda [[Alawiyyin]] yang mempunyai kesamaan pendapat dan tekad untuk memajukan Islam di Indonesia, sekaligus melawan propaganda-propaganda [[Belanda]] yang anti Islam. Mereka antara lain adalah Muhammad bin Abdurrahman Shahab, Idrus bin Ahmad Shahab, Ali bin Ahmad Shahab, Syechan bin Ahmad Shahab, Abubakar bin Abdullah Alatas dan Abubakar bin Muhammad Alhabsyi.
 
Habib Abubakar juga tidak segan untuk mencari dan mengumpulkan biaya selama di [[Jawa]], [[Palembang]] dan Singapura untuk membangun sebuah madarasah di Damun, Hadramaut. Sampai sekarang madrasah ini pun masih berdiri dengan baik. Selain itu ia juga mendirikan yayasan Iqbal di Damun.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Habib Ali bin Abubakar Shahab sebagai ketua Jamiat Kheir, juga ikut mendorong organisasi ini ketika pindah dari Pekojan ke Jalan Karet (kini jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang). Kegiatan organisasi ini kemudian meluas dengan mendirikan Panti Asuhan Piatu Daarul Aitam. Di Tanah Abang, Habib Abubakar bersama-sama sejumlah Alawiyyin juga mendirikan sekolah untuk putra (''aulad'') di Jalan Karet dan putri (''banat'') di Jalan Kebon Melati (kini Jl. Kebon Kacang Raya), serta cabang Jamiat Kheir di Tanah Tinggi, Senen.
 
Pada 27 Syawwal 1354 H Habib Abubakar menunaikan [[ibadah haji]]. Kedatangannya di tanah suci bersamaan dengan kedatangan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi dari [[Kwitang, Senen|Kwitang]], seorang ulama besar di Jakarta yang menjadi sahabat karibnya. Mereka bersama-sama menziarahi tempat-tempat mulia dan para tokoh ulama. Pada awal Muharram 1355 H Habib Abubakar kembali ke Damun, Tarim.{{Bio muslim butuh rujukan}}
==Perjalanan ke luar negeri dan naik haji==
Setelah Jamiat Kheir berkembang dan semakin banyak muridnya, dalam usia 50 tahun atau pada tanggal 1 Mei 1926 ia kembali berangkat ke Hadramaut untuk kedua kalinya. Kali ini ia disertai dua orang putranya, yaitu Hamid dan Idrus. Mereka singgah di [[Singapura]], [[Malaysia]], [[Mesir]] dan Mukalla sebelum akhirnya tiba di Damun, Hadramaut, pada tanggal 20 Zulqaidah 1344 H.
 
== Melanjutkan pengabdian di Indonesia ==
Di tempat-tempat yang dikunjunginya, ia dan dua putranya yang masih berusia 20-an tahun selalu membahas upaya untuk meningkatkan syiar dan pendidikan Islam sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW, "Belajarlah kamu dari sejak buaian sampai ke liang lahat". Habib Abubakar di tempat-tempat yang disinggahi selalu belajar dengan para guru dan sejumlah habib. Di Hadramaut ini, ia memperbaiki sejumlah [[masjid]], antara lain masjid Al-Mas. Bahkan ia juga membangun masjid Sakran yang sampai sekarang masih berdiri dengan megahnya.
Pada 11 Safar 1356 H bertepatan dengan 23 April 1937 M Habib Abubakar berangkat pulang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, ia disambut oleh sahabat karibnya, Habib Ali Kwitang di sekolah Unwanul Fallah yang dibangun Habib Ali. Demikian pula keesokan harinya disambut di sekolah Jamiat Kheir yang didirikannya, yang saat itu dipimpin oleh Muhammad bin Ahmad bin Sumaith.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
Pada 14 November 1940 ia menghadiri pembukaan madrasah/ma'had di [[Pekalongan]], yang dibangun oleh sepupunya Habib Husein bin Ahmad bin Abubakar Shahab. Pembukaan sekolah di Pekalongan ketika itu mendapat sambutan meriah bukan saja dari warga setempat, tetapi juga dari tokoh masyarakat Jakarta, [[Cirebon]], [[Solo]], [[Gresik]], [[Surabaya]] dan dari daerah-daerah lainnya.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Habib Abubakar juga tidak segan untuk mencari dan mengumpulkan biaya selama di [[Jawa]], [[Palembang]] dan Singapura untuk membangun sebuah madarasah di Damun, Hadramaut. Sampai sekarang madrasah ini pun masih berdiri dengan baik. Selain itu ia juga mendirikan yayasan Iqbal di Damun.
 
Habib Abubakar tidak pernah berhenti berjuang untuk Islam dan masyarakat. Berbagai kegiatan di bidang sosial dan pendidikan tidak pernah henti-hentinya dilakukannya, karena bidang ini tidak lepas dari perhatiannya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Selain tenaga, ia juga tidak segan-segan untuk mendermakan harta bendanya. Demikianlah, sebagai wakil dari [[Rabithah Alawiyah|Al-Rabithah Al-Alawiyyah]] ia telah beberapa kali ditugaskan mencari dana, bukan hanya untuk kepentingan kelompok Alawiyyin melainkan juga untuk masyarakat luas.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Pada 27 Syawwal 1354 H Habib Abubakar menunaikan [[ibadah haji]]. Kedatangannya di tanah suci bersamaan dengan kedatangan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi dari [[Kwitang, Senen|Kwitang]], seorang ulama besar di Jakarta yang menjadi sahabat karibnya. Mereka bersama-sama menziarahi tempat-tempat mulia dan para tokoh ulama. Pada awal Muharram 1355 H Habib Abubakar kembali ke Damun, Tarim.
 
== Wafat, warisan dan keturunannya ==
==Melanjutkan pengabdian di Indonesia==
Habib Abubakar menulis sebuah buku otobiografi yang diberi judul '''RIHLATUL ASHFAR'''.
Pada 11 Safar 1356 H bertepatan dengan 23 April 1937 M Habib Abubakar berangkat pulang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, ia disambut oleh sahabat karibnya, Habib Ali Kwitang di sekolah Unwanul Fallah yang dibangun Habib Ali. Demikian pula keesokan harinya disambut di sekolah Jamiat Kheir yang didirikannya, yang saat itu dipimpin oleh Muhammad bin Ahmad bin Sumaith.
Pada tanggal 18 Maret 1944 M, saat pendudukan Jepang, tokoh yang juga ikut dalam mendirikan Malja Al Shahab pada tahun 1913 bersama sejumlah pemuda Al Shahab ini, menghadap ke hadirat Allah SWT. Ia wafat di Jakarta dan dimakamkan di pekuburan wakaf [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], tanah wakaf kakeknya Said Naum.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
Di zaman Gubernur [[Ali Sadikin]] pada tahun 70-an pemakaman ini dipindahkan ke Jeruk Purut dan Karet, dan tidak ada yang mengetahui dimana jasad dia dipindahkan. Lahannya dipergunakan untuk membangun rumah susun pertama di Indonesia, berikut sebuah masjid lengkap dengan madrasahnya yang memakai nama Said Naum untuk mengabadikan wakafnya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Masjid ini pernah mendapat anugerah [[Agha Khan]] karena arsitekturnya yang orisinil dan menawan selaras dengan lingkungannya.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Pada 14 November 1940 ia menghadiri pembukaan madrasah/ma'had di [[Pekalongan]], yang dibangun oleh sepupunya Habib Husein bin Ahmad bin Abubakar Shahab. Pembukaan sekolah di Pekalongan ketika itu mendapat sambutan meriah bukan saja dari warga setempat, tapi juga dari tokoh masyarakat Jakarta, [[Cirebon]], [[Solo]], [[Gresik]], [[Surabaya]] dan dari daerah-daerah lainnya.
 
Habib Abubakar meninggalkan tujuh orang putra-putri, yaitu putra tertua Abdurrahman, serta Abdullah, Hamid, Idrus, Zahrah, Muznah dan Ali. Putra terkecilnya Ir. Ali A. Shahab, pernah menjabat Kepala Divisi Komunikasi dan Elektronika Direktorat PKK [[Pertamina]]. Seperti juga almarhum ayahnya, Ali Abubakar Shahab kini aktif di bidang sosial. Ir. Ali A. Shahab yang mantan anggota direksi Pertamina dan kini menjadi penasehat Malja Al Shahab, ketika baru-baru ini berkunjung ke Hadramaut telah menyaksikan masjid yang dibangun almarhum ayahnya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Di Jakarta, ada sebuah yayasan yang menangani pemeliharaan masjid ini yang diketuai oleh Ahmad bin Abdurrahman Shahab, salah seorang cucu almarhum.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Habib Abubakar tidak pernah berhenti berjuang untuk Islam dan masyarakat. Berbagai kegiatan di bidang sosial dan pendidikan tidak pernah henti-hentinya dilakukannya, karena bidang ini tidak lepas dari perhatiannya. Selain tenaga, ia juga tidak segan-segan untuk mendermakan harta bendanya. Demikianlah, sebagai wakil dari [[Rabithah Alawiyah|Al-Rabithah Al-Alawiyyah]] ia telah beberapa kali ditugaskan mencari dana, bukan hanya untuk kepentingan kelompok Alawiyyin melainkan juga untuk masyarakat luas.
 
Jamiat Kheir yang didirikan oleh Habib Abubakar bin Ali Shahab hingga kini diakui oleh pemerintah RI dan ahli sejarah Islam Indonesia sebagai organisasi Islam yang banyak melahirkan tokoh-tokoh perjuangan Indonesia.{{Bio muslim butuh rujukan}} Mereka antara lain seperti [[Ahmad Dahlan|KH. Ahmad Dahlan]] (pendiri [[Muhammadiyah]]), [[Hadji Oemar Said Tjokroaminoto|HOS. Tjokroaminoto]] (pendiri [[Sarekat Islam]]), [[Kiai Haji Samanhudi|H. Samanhudi]] (tokoh [[Sarekat Dagang Islamiyah]]), [[Agus Salim|H. Agus Salim]] (tokoh [[Konferensi Meja Bundar]]), dan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan lainnya yang merupakan anggota atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dekat dengan Jamiat Kheir.{{Bio muslim butuh rujukan}}
==Wafat, warisan dan keturunannya==
Pada tanggal 18 Maret 1944 M, saat pendudukan Jepang, tokoh yang juga ikut dalam mendirikan Malja Al Shahab di tahun 1913 bersama sejumlah pemuda Al Shahab ini, menghadap ke hadirat Allah SWT. Ia wafat di Jakarta dan dimakamkan di pekuburan wakaf [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], tanah wakaf kakeknya Said Naum.
 
== Referensi ==
Di zaman Gubernur [[Ali Sadikin]] di tahun 70-an pemakaman ini dipindahkan ke Jeruk Purut dan Karet, dan tidak ada yang mengetahui dimana jasad beliau dipindahkan. Lahannya dipergunakan untuk membangun rumah susun pertama di Indonesia, berikut sebuah masjid lengkap dengan madrasahnya yang memakai nama Said Naum untuk mengabadikan wakafnya. Masjid ini pernah mendapat anugerah [[Agha Khan]] karena arsitekturnya yang orisinil dan menawan selaras dengan lingkungannya.
 
* [http://ahlussunahwaljamaah.wordpress.com/manakib/al-habib-abubakar-bin-ali-shahab/ Manakib al-Habib Abubakar bin Ali Shahab]
Habib Abubakar meninggalkan tujuh orang putra-putri, yaitu putra tertua Abdurrahman, serta Abdullah, Hamid, Idrus, Zahrah, Muznah dan Ali. Putra terkecilnya Ir. Ali A. Shahab, pernah menjabat Kepala Divisi Komunikasi dan Elektronika Direktorat PKK [[Pertamina]]. Seperti juga almarhum ayahnya, Ali Abubakar Shahab kini aktif di bidang sosial. Ir. Ali A. Shahab yang mantan anggota direksi Pertamina dan kini menjadi penasehat Malja Al Shahab, ketika baru-baru ini berkunjung ke Hadramaut telah menyaksikan masjid yang dibangun almarhum ayahnya. Di Jakarta, ada sebuah yayasan yang menangani pemeliharaan masjid ini yang diketuai oleh Ahmad bin Abdurrahman Shahab, salah seorang cucu almarhum.
 
{{lifetime|1870|1944|}}
Jamiat Kheir yang didirikan oleh Habib Abubakar bin Ali Shahab hingga kini diakui oleh pemerintah RI dan ahli sejarah Islam Indonesia sebagai organisasi Islam yang banyak melahirkan tokoh-tokoh perjuangan Indonesia. Mereka antara lain seperti [[Ahmad Dahlan|KH. Ahmad Dahlan]] (pendiri [[Muhammadiyah]]), [[Hadji Oemar Said Tjokroaminoto|HOS. Tjokroaminoto]] (pendiri [[Sarekat Islam]]), [[Kiai Haji Samanhudi|H. Samanhudi]] (tokoh [[Sarekat Dagang Islamiyah]]), [[Agus Salim|H. Agus Salim]] (tokoh [[Konferensi Meja Bundar]]), dan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan lainnya yang merupakan anggota atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dekat dengan Jamiat Kheir.
 
[[Kategori: Arab-Indonesia|Abubakar bin Ali Syahab]]
[[Kategori:KelahiranDai 1910Indonesia|Abubakar bin Ali Syahab]]
[[Kategori:KematianSayyid|Abubakar 1944bin Ali Syahab]]
[[Kategori:Alawiyyin|Abubakar bin Ali Syahab]]
[[Kategori:Marga Shahab|Abubakar bin Ali Syahab]]
[[Kategori:Ulama Habaib Indonesia|Abubakar bin Ali Syahab]]
[[Kategori:Ulama Habaib Nusantara|Abubakar bin Ali Syahab]]
[[Kategori:Ulama Hadhramaut|Abubakar bin Ali Syahab]]