Agama di Turki

artikel daftar Wikimedia

Turki adalah satu-satunya negara mayoritas Islam yang menganut paham sekuler. Di Turki urusan Agama terpisah dengan nurusan negara dan pemerintahan. Sebagian besar penduduk Turki menganut agama Islam dengan persentase sebesar 99,8% umat muslim dari keseluruhan penduduk Turki.[2] Sebagian besar muslim di Turki mengikuti paham sunni dan sebagian kecil lainnya dalah kaum Syi'ah yang terdiri berbagai sekte, seperti Alevi, Ja'fari, dan Alawi. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian sosial Perancis Ipsos, agama Kristen adalah agama terbesar kedua di Turki dengan persentase sekitar 2% dari keseluruhan penduduk Turki.[3] Sebagian besar orang Kristen di Turki berasal dari denominasi gereja-gereja ritus timur. Denominasi Kristen yang terdapat di Turki saat ini antara lain adalah Gereja Apostolik Armenia, Gereja Ortodoks Siria, Gereja Ortodoks Yunani, Antiokhia Yunani, Gereja Ortodoks Bulgaria, Gereja Ortodoks Georgia, Gereja Katolik Roma, Gereja Katolik Kaldea, dan sebagian kecil lainnya adalah penganut paham protestanisme.[4][5][6]

Komposisi penganut agama di Turki (2016)[1]

  Islam Sunni (65%)
  Islam Syi'ah (4%)
  Muslim yang tidak tergabung dalam kelompok tertentu (14%)
  Kristen (2%)
  Kepercayaan spriritual tapi tidak religius (6%)
  Agama lainnya (2%)

Terdapat juga orang-orang Yahudi di Turki. Kehadiran Yahudi di Turki sudah ada sejak abad ke-5 Masehi dan terdapat pula gelombang migrasi orang-orang Yahudi dari Spanyol dan Portugal ketika masa Kesultanan Utsmaniyah berkuasa di wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Turki. Sebagian besar orang Turki keturunan Yahudi telah bermigrasi ke Israel, namun masih terdapat populasi orang Yahudi yang bertahan tinggal Turki. Orang Yahudi di Turki diperkirakan berjumlah sekitar 17.400 sampai 18.000 jiwa.[7][8]

Survei terbaru tahun 2016 yang dilakukan oleh lembaga penelitian sosial asal Perancis Ipsos melaporkan bahwa komposisi agama penduduk Turki adalah 83% menganut agama Islam dari berbagai denominasi. Sebagian besar muslim di Turki menganut paham sunni dengan persentase 65% dari total keseluruhan penduduk Turki, pengikut paham Islam Syi'ah berjumlah 4% dari total penduduk Turki. Kaum muslim Syi'ah di Turki terdiri dari berbagai kelompok, antara lain Alevi, Ja'fari, dan Alawi. Terdapat kategori 'muslim yang tidak tergabung dalam kelompok/sekte agama tertentu' dengan angka yang cukup besar yaitu sebanyak 14% dari keseluruhan populasi Turki. Orang-orang yang menyatakan dirinya tidak beragama sebanyak 7%, dan persentase pemeluk agama Kristen dengan berbagai denominasi tercatat sebesar 2%.[3]

Turki secara resmi menyatakan diri sebagai negara yang menganut paham sekular. Hal ini tercantum dalam amandemen konstitusi negara Turki tahun 1924.[9] Reformasi di Turki yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Atatürk telah mengubah bentuk pemerintahan Turki menjadi Republik dan meresmikan pemisahan urusan agama dan urusan negara. Walaupun begitu, di Turki terdapat pendidikan agama di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah milik pemerintah meskipun mata pelajaran yang diajarkan hanya pelajaran agama Islam versi Sunni. Masuknya pelajaran agama di sekolah-sekolah di Turki memicu kontroversi mengenai komitmen Turki sebagai negara sekuler. Keinginan Turki untuk bergabung dalam organisasi Uni Eropa tehambat akibat penolakan dari negara-negara Eropa lain yang mempertanyakan komitmen Turki dalam penegakan Hak Asasi Manusia di negarnya disamping alasan tersirat lain yang meragukan apakah sebuah 'negara muslim' seperti Turki dapat begabung dan menyesuaikan diri dalam Uni Eropa.[10] [11]Para politisi di Turki menyindir penolakan ini dengan menyebut Uni Eropa sebagai 'klub Kristen' yang sampai kapanpun tidak akan menerima Turki untuk bergabung sebagai bagian dari Uni Eropa.[12][13]

Islam

Sejarah Imperium Islam dan Kekhalifaan Utsmaniyah

 
Hagia Sophia adalah saksi sejarah penaklukan Konstantinopel oleh Kekhalifaan Utsmaniyah di Turki.

Islam pertama kali hadir di semenanjung Anatolia zaman pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah yang dipimpin oleh Umar bin Khattab. Pada abad ke-11 Kekhalifaan Abbasiyah bersama Kesultanan Seljuk melakukan ekspansi wilayah timur anatolia. Peristiwa paling penting dari penaklukan Imperium Islam atas Turki adalah ketika peristiwa Kejatuhan Konstantinopel pada tahun 1453 yang dipimpin oleh Muhammad Al-fatih. Setelah jatuhnya Konstatinopel ke pemerintahan muslim lalu pusat pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah dipindahkan ke kota ini. Dominasi bangsa Turki dan Islam meluas hingga wilayah Eropa Tenggara, Asia Barat, kawasan Kaukasus, Afrika Utara, dan wilayah Tanduk Afrika. Kesultanan Utsmaniyah menjadi pusat interaksi antara dunia Timur dan dunia Barat selama lebih dari enam abad. Kesultanan Utsmaniyah harus berakhir ketika pasca Perang Dunia I. Pembubarannya berujung pada kemunculan rezim politik baru di Turki, serta pembentukan negara-negara baru di kawasan Balkan dan Timur Tengah.[14]

Kekalahan Blok Sentral (termasuk Kesultanan Utsmaniyah bersama sekutunya) di Perang Dunia I mengakibatkan jatuhnya ibukota Konstantinopel ke tangan tentara-tentara Blok Sekutu lalu diikuti dengan pendudukan izmir. Buruknya situasi politik dan ekonomi di Kesultanan Utsmaniyah saat itu memicu terjadinya Perang Kemerdekaan Turki (tahun 1919 - 1922 Masehi). Perang Kemerdekaan Turki ini dimenangkan oleh pihak Gerakan Nasional Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Atatürk dan hal ini menandakan berakhirnya Kekhalifaan Islam Utsmaniyah. Kesultanan dibubarkan tanggal 1 November 1922, dan Sultan Utsmaniyah terkahir, Mehmed VI (berkuasa tahun 1918 – 1922 Masehi), meninggalkan negaranya pada tanggal 17 November 1922. Majelis Agung Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923. Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924.[15]

Demografi

Demografi umat muslim di Turki[16]

  Syi'ah Alevi (14.5%)
  Syi'ah Ja'fari (4%)
  Syi'ah Alawi (1.3%)
  Muslim yang tidak tergabung dalam kelompok Islam tertentu (1%)

Islam adalah agama yang paling dominan di Turki. Sebagian besar penduduk Turki menganut agama Islam. Menurut laporan survei tahun 2007 diketahui mayoritas muslim di Turki adalah penganut paham ahlusunah waljamaah dengan persentase 78,2% dari keseluruhan jumlah muslim di Turki. Diantara penganut paham ahlusunah waljamaah tersebut 72% diantaranya mengikuti mazhab Hanafi dan sisanya 6,2% mengikuti Mazhab Syafi'i. Penganut ajaran Islam Syi'ah di Turki berjumlah sekitar 19,8% dari total populasi muslim di Turki. Umat muslim Syi'ah di Turki terbagi menjadi beberapa denominasi, diantaranya adalah kaum Alevi, Ja'fari, dan Alawi.

Umat muslim Syi'ah di Turki sebagian besar terdiri dari pengikut sekte Alevi dengan persentase 73,23% dari total penganut Islam syi'ah di Turki atau sebesar 14,5% dari total populasi muslim keseluruhan di Turki. Pengikut sekte syi'ah lainnya seperti Ja'fari menyusun sebesar 20,2% dari populasi muslim syi'ah di Turki atau sebesar 4% dari keseluruhan populasi muslim di Turki. Sebagian kecil sekte lain dari pengikut Islam syi'ah di Turki adalah Alawi dengan total persentase sebesar 6,57% dari populasi muslim syi'ah di Turki atau sebesar 1,3% dari keseluruhan populasi muslim di Turki. Minoritas lain dari demografi muslim di Turki adalah penganut paham Quranisme yang menolak kebenaran hadis dan literatur Islam lain kecuali hanya Alquran. Penganut ajaran Quranisme berkisar 1% dari keseluruhan muslim Turki. Kaum muslim tanpa denominasi tertentu memiliki persentase sebesar 1% dari keseluruhan populasi muslim di Turki.[17]

Tradisi Tasawwuf atau Sufisme cukup populer di Turki. Berbagai tarekat (macam aliran dalam sufisme) berkembang di Turki. Sufisme bukanlah semacam sektea atau denominasi dalam agama Islam melainkan adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun jiwa dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi.[18][19] Salah satu tokoh Sufisme Jalaluddin Rumi mengembangkan ajaran sufi di kota Konya di Semenanjung Anatolia, sekrang masuk wilayah kedaulatan negara Turki. Kota Konya juga dikenal sebagai pusat sufisme di dunia, di kota Konya pulalah tarian sufi pertama kali diciptakan.[20]

Agama lain

Kristen

Agama Kristen telah hadir jauh lebih dulu daripada agama Islam yang menjadi agama sebagian besar penduduk Turki saat ini. Agama Kristen memiliki sejarah panjang di wilayah Asia Kecil dan dataran tinggi Armenia yang kini masuk kedalam wilayah kekuasaan negara Turki. Turki menjadi tempat lahirnya beberapa orang suci dan salah satu dari dua belas murid Yesus. Tokoh-tokoh Kristen tersebut antara lain adalah Paulus dari Tarsus, Santo Timotius, Santo Nikolas dari Myra, Santo Polikarpus., dan masih banyak lainnya.

 
Sebuah Gereja Ortodoks Armenia di kota Vakifli, Turki.

Jumlah orang Kristen di Turki mengalami penurunan yang sangat signifikan pada rentang tahun 1914 hingga 1927. Tercatat jumlah penganut agama Kristen di tahun 1914 adalah 19% dari total penduduk Turki dan menyusut tajam menjadi hanya 2,5% saja di tahun 1927. Hal ini terjadi karena perubahan struktur demografi Turki akibat dampak Perang Dunia Pertama. Gelombang emigrasi orang-orang Kristen yang tinggal Turki; seperti orang Asiria, orang Yunani, orang Armenia dan lain-lain; ke luar meninggalkan Turki ke negara lain (sebagian besar ke benua Eropa dan benua Amerika). Saat ini tercatat ada sekitar 160.000 atau 0,2% penganut agama Kristen dengan berbagai denominasi menetap di Turki. Mayoritas denominasi Kristen di Turki adalah gereja-gereja ritus timur. Diantara denominasi Kristen tersebut terdapat sekitar 80.000 jemaat Gereja Ortodoks Oriental, 35.000 orang pengikut Gereja Katolik Roma, sekitar 18.000 orang menjadi jemaat Gereja Antiokhia Yunani, 5.000 orang jemaat Gereja Ortodoks Yunani, dan 8.000 orang lainnya adalah penganut ajaran protestanisme (berbagai denominasi protestan).[4][5][6]

Terdapat pula sebagian kecil orang Turki yang menganut agama Kristen Ortodoks, kebanyakan dari mereka bergabung menjadi jemaat Gereja Ortodoks Yunani ataupun Gereja Ortodoks Siria. Orang-orang Turki yang menganut agama Kristen ini banyak terdapat di kota Istanbul dan Kota İzmir, Orang Turki Kristen seringkali salah dianggap sebagai orang Yunani. Sebagian dari mereka memang memiliki latar belakang keturunan Yunani, namun secara etnis mereka adalah termasuk kedalam golongan orang Turki. Populasi orang Kristen Turki ini terbentuk sejak zaman Kekhalifaan Utsmaniyah, mereka berasal dari orang-orang Turki asli yang menolak untuk masuk Islam. [21] Tercatat ada 236 buah gereja yang aktif melakukan pelayanan di seluruh wilayah negara Turki.[22]

Yudaisme

 
Sebuah lukisan yang menggambarkan seorang laki-laki Yahudi Sefardim pada masa Kesultanan Utsmaniyah tahun 1779.

Bangsa Yahudi hadir di Turki sudah ada paling tidak sejak abad ke-5 Masehi. Terdapat pula gelombang migrasi orang-orang Yahudi dari kawasan Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) ketika masa Kesultanan Utsmaniyah berkuasa di wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Turki. Sebagian besar orang Turki keturunan Yahudi telah bermigrasi ke Israel dan Amerika Serikat, namun masih terdapat populasi orang Yahudi yang bertahan tinggal Turki. Orang Yahudi di Turki diperkirakan berjumlah sekitar 17.400 sampai 18.000 jiwa.[7][8] Sebagian besar orang-orang Yahudi di Turki berasal dari subetnis Yahudi Sefardim dengan persentase sebesar 96% dari keseluruhan populasi Yahudi yang ada di Turki. Sebagian kecil orang Yahudi lainnya di Turki berasal dari subetnis Yahudi Ashkenazi.[23]

Mayoritas orang-orang Yahudi menetap di kota Istanbul. Terdapat juga komunitas orang Yahudi di kota İzmir dengan total sekitar 2.300 jiwa dan terdapat sekitar seratus orang Yahudi di Kota Ankara, Bursa, dan Adana. Sebagian orang Yahudi mencari nafkah dibidang indsutri, insinyur, kerajianan seni, dan berdagang. Terdapat 100 orang keturunan Yahudi dari sekte Yahudi Karait menetap di Turki, namun kebanyakan dari orang Yahudi Karait ini tidak ikut berintegrasi dengan kelompok Yahudi lainnya.

Lembaga pendidikan ala Yahudi dapat ditemui di beberapa tempat di Turki. Terdapat satu sekolah Yahudi di Istanbul dan juga satu sekolah Yahudi lainnya di kota İzmir. Kursus untuk membaca dan mendalami isi kandungan Talmud dan Taurat juga terdapat di Turki. Komunitas Yahudi di Turki menjalankan sebuah media cetak berupa koran berbahasa Turki dan Ladino sebagai media informasi antara anggota komunitas. Fasilitas tempat ibadah dapat ditemui di kota-kota yang menjadi kantong populasi Yahudi di Turki. Terdapat 17 buah sinagoga di kota Istanbul dan 10 buah sinagoga di kota İzmir. Di dua kota ini juga komunitas Yahudi memproduksi makanan yang memenuhi kriteria kosher untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.[23]

Hubungan antara Turki dan Israel terbilang cukup pasang surut. Pemerintah Tutki dibawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdoğan memiliki sentimen negatif terhadap Israel.[24] Namun, meskipun begitu antara Turki dan Israel terjalin sebuah hubungan diplomatik bilateral sejak tahun 1948. Pemerintah Israel diberikan sebidang tanah oleh pemerintah Turki untuk mendirikan sebuah bangunan kantor duta besar Israel untuk Turki yang berkedudukan di kota Ankara. [23]

Kepercayaan Baha'i

Penganut kepercayaan Baha'i adalah tergolong mikro minoritas di Turki. Terdapat sekitar 10.000 jiwa penganut kepercayaan Baha'i di Turki. Turki menyimpan sejarah panjang mengenai kepercayaan Baha'i. Pendiri agama Baha'i, Bahá'u'lláh diasingkan di kota Konstantinopel dan Adrianopel (Istanbul dan Edirne) yang pada saat itu adalah termasuk wilayah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Di tempat pengasingannya ini Bahá'u'lláh banyak menuangkan pemikiran-pemikiran dan hal yang dianggap sebagai wahyu dalam bentuk tulisan. [25][26] Sampai saat ini kota Istanbul dan Edirne dianggap sebagai tempat suci bagi para penganut agama Baha'i di seluruh dunia.[26]

Kaum tidak beragama

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, keberadaan orang tanpa agama (Ateis atau Agnostisik) terbilang sebagai hal yang tidak umum di Turki.[27][28] Memetakan dan menghitung jumlah orang yang tidak beragama di Turki bukanlah perkara yang mudah, hal ini disebabkan oleh kategori 'tidak beragama' tidak diperhitungkan dalam sensus penduduk nasional di Turki. Laporan sebuah lembaga survei tahun 2013 menunjukkan 4.500.000 penduduk Turki merupakan orang-orang yang tidak beragama. Dari lembaga survei yang sama melaporkan bahwa di tahun 2015 jumlah orang yang mengaku tidak beragama mengalami peningkatan menjadi sekitar 5.500.000 orang atau dengan kata lain 9,4% dari keseluruhan penduduk Turki adalah kaum tidak beragama. Dari 85% orang-orang yang mengaku tidak memiliki agama tersebut adalah golongan yang terbilang muda, yaitu dibawah umur 35 tahun.[29] Karena kerap mendapatkan sentimen negatif dari sebagian besar masyarakat Turki, komunitas orang-orang tidak beragama ini umumnya berkomunikasi satu sama lain melalui media internet.[30][31][32] Di Turki terdapat sebuah organisasi bagi para kaum yang tidak mempercayai agama bernama Asosiasi Ateisme Turki (Ateizm Dernegi) yang didirikan pada tahun 2014.[33] Organisasi ini adalah lembaga ateis pertama yang ada di kawasan Timur Tengah dan Kaukasus.[32]

Sekularisme di Turki

Berkas:Mustafa Kemal Atatürk Portrait.jpg
Presiden pertama Republik Turki, Mustafa Kemal Atatürk, orang yang pertama kali mempelopori Turki sebagai negara berpaham sekuler.

Konstitusi Republik Turki menjamin kebebasan beragama bagi setiap warga negaranya dan hal ini merupakan salah satu amanat uatama yang mesti dijalankan oleh pemerintah negara Turki. Namun, pada kenyataannya pemerintah Turki terkesan memaksakan beberapa larangan untuk mengekspresikan atau melaksanakan kegiatan praktis keagamaan bagi setiap warga negaranya. Contoh larangan-larangan tersebut adalah aturan yang melarang perempuan menggunakan hijab atau atribut keagamaan lainnya di tempat-tempat umum seperti kantor pemerintahan dan perguruan tinggi.[34] Aturan-aturan ini dibuat dengan alasan bahwa negara Turki menganut paham sekuler sehingga merupakan kewajiban pemerintah untuk menjauhkan urusan negara dan pemerintahan terhadap urusan keagamaan. Meskipun Turki merupakan negara yang berpaham sekuler, tapi konstitusi Republik Turki juga membebaskan setiap warga negaranya untuk memilih kepercayaan, kebebasan beribadah, dan kebebasan menyebarkan informasi keagamaan, Namun, disaat yang sama konstitusi negara yang menyatakan bahwa Turki sebagai negara sekuler juga dapat mebatasi kebebasan-kebebasan beragama tersebut.[35]

Sementara negara sekuler lain memiliki sekolah agama dan sistem pendidikannya sendiri, di Turki para pelajar baru dapat menerima pendidikan agama setelah memasuki usia tertentu. Pembukaan sekolah atau perguruan agama secara swasta merupakan hal yang terlarang di Turki. Di Turki, sekolah agama harus berada dibawah kendali pemerintah.[36] [37]Pemerintah Turki membuat sekolah yang diperuntukkan untuk mendidik para calon imam yang akan bertugas di masjid-masjid seluruh Turki. Sekolah agama ini disebut dengan imam hatip lisesi. Sekolah ini mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum lainnya. Sekolah imam hatip lisesi dibentuk untuk mencetak para imam atau pemimpin religius di lingkungan kecil masyarakat Turki. Lulusan sekolah imam hatip lisesi tidak dapat melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan para siswa di imam hatip lisesi memang sudah diorientasikan untuk terjun ke masyarakat sebagai imam dan ulama bukan untuk menjadi insinyur, dokter, hakim, ataupun profesi yang lain. [38]

The Government oversees Muslim religious facilities and education through its Ministry of Religious Affairs (Diyanet İşleri Başkanlığı), which reports directly to the Prime Ministry. The Diyanet has responsibility for regulating the operation of the country's 75,000 registered mosques and employing local and provincial imams, who are civil servants. Some groups, particularly Alevis, claim that the Diyanet reflects mainstream Islamic beliefs to the exclusion of other beliefs. The government asserts that the Diyanet treats equally all who request services. However, Alevis do not utilize Mosques or the imams for their worship ceremonies. Alevi ceremonies take place in Cem Houses and led by Dedes who do not benefit from the large budget of the Religious Affairs.

Diyanet and secularism

Reforms going in the direction of secularism have been completed under Atatürk (abolition of the Caliphate, etc..).
However, Turkey is not strictly a secular state:

  • there is no separation between religion and State
  • there is a tutelage of religion by the state

However, each is free of his religious beliefs.

Religion is mentioned on the identity documents and there is an administration called "Presidency of Religious Affairs" or Diyanet[39] which exploits Islam to legitimize sometimes State and manages 77,500 mosques. This state agency, established by Ataturk (1924), finance only Sunni Muslim worship. Other religions must ensure a financially self-sustaining running and they face administrative obstacles during operation.[40]

When harvesting tax, all Turkish citizens are equal. The tax rate is not based on religion. However, through the Diyanet, Turkish citizens are not equal in the use of revenue. The Presidency of Religious Affairs, which has a budget over U.S. $2.5 billion in 2012, finance only Sunni Muslim worship.

This situation presents a theological problem, insofar as Islam stipulates, through the notion of haram (Qur'an, Surah 6, verse 152), that we must "give full measure and full weight in all justice”.

However, since it was set up, Diyanet, through taxation, uses the resources of non-Sunni citizens to fund its administration and only Sunni places of worship.

For example, Câferî Muslims (mostly Azeris) and Alevi Bektashi (mostly Turkmen) participate in the financing of the mosques and the salaries of Sunni imams, while their places of worship, which are not officially recognized by the State, don't receive any funding.

Sufi orders like Alevi-Bektashi, Bayrami-Jelveti, Halveti (Gulshani, Jerrahi, Nasuhi, Rahmani, Sunbuli, Ussaki), Hurufi-Rüfai, Malamati, Mevlevi, Nakşibendi (Halidi, Haqqani), Qadiri-Galibi and Ja'fari Muslims[41] are not officially recognized.

Agama di Turki
Agama Perkiraan jumlah populasi Pungutan Pajak[42] Pengakuan resmi Dukungan keuangan pemerintah
Islam Sunni 70% hingga 85% (52 juta sampai 64 juta jiwa) Tidak Iya, melalui Diyanet. Dijelaskan dalam konstitusi Turki 1924 pasal 136.[43] Iya, melalui Diyanet[44]
Islam Syi'ah-Bektasi 15% hingga 25% (11 juta sampai 19 juta) Iya[41] Tidak. Pada tahun 1826, dihapus bersama dengan pembubaran pasukan Yanisari dan ditutupnya Bektashi tekke.[41][45][46] Tidak[44]
Islam-Alevi Tidak.[46] Pada awal abad ke-15 Masehi[47] dikarenakan penindasan oleh pihak Kesultanan Utsmaniyah, penganut Alevi lebih mendukung Raja Persia Ismail I. Pendukung Raja Ismail I yang dikenal sebagai Qizilbash memiliki ciri khas memakai tutup kepala merah dengan dua belas lipatan. Tempat ibadah kaum Alevi, cemevi, di Turki tidak diakui oleh negara.[48]
Islam-Câferî/Ja'fari 4% (3 juta)[49] Tidak[46] Tidak[44]
Islam-Alawi 300.000 hingga 350.000 jiwa[50] Tidak[46] Tidak[44]
Yudaisme 20.000 jiwa Iya[42] Iya, melalui Perjanjian Lausanne (1923).[46] Tidak[44]
Krsiten (Protestan) 5.000 jiwa Tidak[46] Tidak[44]
Krsiten (Katolik Roma) 35.000 jiwa Tidak[46] Tidak[44]
Kristen (Gereja Katolik Yunani) Iya[42] Iya, melalui Perjanjian Lausanne (1923).[46] Tidak[44]
Krsiten (Gereja Ortodoks Yunani) 3.000 sampai 4.000 jiwa Iya[42] Iya, melalui Perjanjian Lausanne (1923).[46] Tidak[44]
Krsiten (Gereja Ortodoks Armenian) 57.000 - 80.000 jiwa Iya[42] Iya, melalui Perjanjian Lausanne (1923).[46] Tidak[44]
Kristen (Gereja Ortodoks Turki) 400 jiwa Tidak[46] Tidak[44]
Kristen Kaldean (Armenia) 3.000 jiwa Iya[42] Iya, melalui Perjanjian Lausanne (1923).[46] Tidak[44]
Kristen (Gereja Ortodoks Siria dan Gereja Katolik) 15.000 jiwa Iya[42] Tidak[46] Tidak[44]
Tengrisme 1.000 jiwa Tidak Tidak[46] Tidak[44]
Yazidi 377 jiwa Tidak Tidak[46] Tidak[44]
 
Selimiye Mosque, Edirne.

In 2013, with over 4.6 billion TL (Turkish Lira), Diyanet or Ministry of Religious Affairs, occupies the 16th position of central government expenditure.
The budget allocated to Diyanet is:

 
Diyanet's Budget in 2013 - Source : TBMM, Turkish Parliament, 2013.
  • 1.6 times larger than the budget allocated to the Ministry of the Interior[51]
  • 1.8 times larger than the budget allocated to the Ministry of Health[51]
  • 1.9 times larger than the budget allocated to the Ministry of Industry, Science and Technology[51]
  • 2.4 times larger than the budget allocated to the Ministry of Environment and Urban Planning[51]
  • 2.5 times larger than the budget allocated to the Ministry of Culture and Tourism[51]
  • 2.9 times larger than the budget allocated to the Ministry of Foreign Affairs[51]
  • 3.4 times larger than the budget allocated to the Ministry of Economy[51]
  • 3.8 times larger than the budget of the Ministry of Development[51]
  • 4.6 times larger than the budget allocated to MIT – Secret Services [51]
  • 5,0 times larger than the budget allocated to the Department of Emergency and Disaster Management[51]
  • 7.7 times larger than the budget allocated to the Ministry of Energy and Natural Resources[51]
  • 9.1 times larger than the budget allocated to the Ministry of Customs and Trade[51]
  • 10.7 times greater than the budget allocated to Coast Guard[51]
  • 21.6 times greater than the budget allocated to the Ministry of the European Union[51]
  • 242 times larger than the budget for the National Security Council[51]
  • 268 times more important than the budget allocated to the Ministry of Public Employee[51]

Diyanet's budget represents:

  • 79% of the budget of the Police[51]
  • 67% of the budget of the Ministry of Justice[51]
  • 57% of the budget of the Public Hospitals[51]
  • 31% of the budget of the National Police[51]
  • 23% of the budget of the Turkish Army, that is 23% of the budget of NATO's second army.[51]

Tingkat religiusitas penduduk Turki

In the most recent poll conducted by Sabancı University,[per kapan?] 98.3% of Turks revealed they were Muslim.[52] Of that, 16% said they were "extremely religious", 39% said they were "somewhat religious", and 32% said they were "not religious".[52] 3% of Turks declare themselves with no religious beliefs.[52]

According to the Pew Research Center report 2015:[53]

  • 56 % of people in Turkey say religion is "very important" to their lives.
  • 27 % of people in Turkey say religion is "somewhat important" to their lives.
  • 07 % of people in Turkey say religion is "not too important" to their lives.
  • 03 % of people in Turkey say religion is "not at all important" to their lives.

According to the Gallup Poll 2012:[54]

  • 23 % defined themselves as "a religious person".
  • 73 % defined themselves as "not a religious person".
  • 02 % defined themselves as "a convinced atheist".

According to the Eurobarometer Poll 2010:[55]

  • 94 % of Turkish citizens responded: "I believe there is a God".
  • 01 % responded: "I believe there is some sort of spirit or life force".
  • 01 % responded: "I do not believe there is any sort of spirit, god, or life force".

According to the KONDA Research and Consultancy survey carried out throughout Turkey on 2007:[56]

  • 52.8 % defined themselves as "a religious person who strives to fulfill religious obligations" (Religious).
  • 34.3 % defined themselves as "a believer who does not fulfill religious obligations" (Not religious).
  • 09.7 % defined themselves as "a fully devout person fulfilling all religious obligations" (Fully devout).
  • 02.3 % defined themselves as "someone who does not believe in religious obligations" (Non-believer).
  • 00.9 % defined themselves as "someone with no religious conviction" (Atheist).

Diskriminasi dan persekusi agama di Turki

Pelarangan hak untuk berkerudung

 
Some women in Turkey wear headscarves

Turkey has been a secular state since it was founded by Mustafa Kemal Atatürk in 1923. He introduced the secularization of the state in the Turkish Constitution of 1924, alongside Atatürk's Reforms. However, Ataturk never forbade the headscarf.[57] The headscarf was banned in public institutions because of the 'public clothing regulation' issued after the 1980 coup and began to be implemented in a radical way after the 1997 military memorandum.[58] The ban on the headscarf for public personnel was lifted by the democratization package on 1 October 2013 and with the amendment made in article 5 of the dress code regulation, restrictive provisions were lifted.[59] These were in accordance with the Kemalist Ideology, with a strict appliance of laïcité in the constitution. The issue of the headscarf debate has been very intense and controversial since its ban, along with other prominent religious symbols, in public buildings such as government institutions and public schools, similar to policies in France and Mexico.[60] Turkey is a secular country and over 95% of its people are Muslims.[61] It has resulted in a clash between those favouring the secular principles of the state, such as the Turkish Armed Forces,[62] and religious conservatives as well as Islamists.

Persekusi atas nama agama

After the 18 April 2007 killing of three Christians in Malatya,[63] Turkish victim Ugur Yuksel was denied a Christian burial and received an Islamic Alevi burial. Turkish victim Necati Aydin was buried in a Protestant churchyard in Izmir. The governor of Malatya was initially hesitant to permit the burial of the German victim in Malatya, telling his widow that no Christian should be buried in Turkish soil. After negotiations between German and Turkish government officials, the victim was buried in a private Armenian cemetery in Malatya.[64]In October 2006 a prosecutor pressed criminal charges against Hakan Taştan and Turan Topal (Muslim converts to Christianity) for violating Article 301 ("insulting Turkishness"), inciting hatred against Islam and compiling data on private citizens for a Bible correspondence course. If convicted, the men could be sentenced to six months to three years in prison. On the basis of reports that the defendants were approaching grade- and high-school students in Silivri and attempting to convert them to Christianity, police searched one man's home, went to the men's office and confiscated two computers, books and papers. The three plaintiffs said that the Christians called Islam a "primitive and fabricated religion" and the Turks a "cursed people". The accused denied all charges.[64]On 28 May 2009, court proceedings continued in the 2006 case against two Muslim converts to Christianity charged with "insulting Turkishness" in violation of Article 301 of the penal code, inciting hatred of Islam and secretly compiling data on private citizens for a Bible correspondence course. The court called five witnesses to appear at the next hearing, set for 15 October 2009.[65] During the hearing, some witnesses testified that they did not know the defendants. The court in Silivri adjourned the hearing until 28 January 2010 to hear three more witnesses.[66]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Religion, Ipsos Global Trends". Ipsos. 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2017. 
  2. ^ "The World Factbook — Central Intelligence Agency". www.cia.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-08. 
  3. ^ a b https://web.archive.org/web/20090325005232/http://www.konda.com.tr/html/dosyalar/ghdl%26t_en.pdf. Diakses tanggal 2017-12-07.
  4. ^ a b "Armenian in Istanbul: Diaspora in Turkey welcomes the setting of relations and waits more steps from both countries - News | ArmeniaNow.com". www.armenianow.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-08. 
  5. ^ a b "Foreign Ministry: 89,000 minorities live in Turkey". 2010-05-01. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  6. ^ a b Bildung, Bundeszentrale für politische. "Christen in der islamischen Welt | bpb". www.bpb.de (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2017-12-08. 
  7. ^ a b "Turkey Virtual Jewish History Tour". www.jewishvirtuallibrary.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-08. 
  8. ^ a b Maltz, Judy (2016-04-15). "Why Jews in Terror-stricken Turkey Aren't Fleeing to Israel – Yet". Haaretz (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-08. 
  9. ^ http://www.worldstatesmen.org/Turkeyconstitution1924.pdf. Diakses tanggal 2017-12-08
  10. ^ "Turki Ditolak Masuk Uni Eropa karena Islamofobia? | Republika Online". Republika Online. 2012-08-08. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  11. ^ "Lima hal seputar pertikaian Turki dan anggota Uni Eropa". BBC Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2017-03-13. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  12. ^ "Muslims in Europe: Country guide" (dalam bahasa Inggris). 2005-12-23. Diakses tanggal 2017-12-08. 
  13. ^ "Turkish writer: EU as Christian club will never admit Turks | Prague Monitor". praguemonitor.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-08. 
  14. ^ Mikhail, Alan (2011). Nature and Empire in Ottoman Egypt. Cambridge University Press. hlm. 7. ISBN 978-1-139-49955-2. Diakses tanggal 11 June 2013. 
  15. ^ Ph.D, Hakan Ozoglu (2011-06-24). From Caliphate to Secular State: Power Struggle in the Early Turkish Republic: Power Struggle in the Early Turkish Republic (dalam bahasa Inggris). ABC-CLIO. ISBN 9780313379574. 
  16. ^ https://www.state.gov/j/drl/rls/irf/2007/90204.htm. Diakses tanggal 2017-12-09.
  17. ^ "Turkey". U.S. Department of State (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  18. ^ "BBC - Religions - Islam: Sufism". Diakses tanggal 2017-12-10. 
  19. ^ "What is Sufism? | The Nimatullahi Sufi Order". www.nimatullahi.org. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  20. ^ "Jalaluddin Rumi". www.khamush.com. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  21. ^ "Turkish Protestants still face "long path" to religious freedom". The Christian Century (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  22. ^ "goTurkey.com". 2009-04-15. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  23. ^ a b c Congress, World Jewish. "Community in Turkey". www.worldjewishcongress.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  24. ^ "Turkish-Israeli Relations: Their Rise and Fall | Middle East Policy Council". www.mepc.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  25. ^ "The Bahá'í Faith in Turkey". bahai-library.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  26. ^ a b "Baha'i Holy Places in Turkey - Bahai Kutsal Yerleri - Resmi Web Sitesi - Ana Sayfa". hp.bahaitr.org (dalam bahasa Turki). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  27. ^ "Opinion". The Telegraph (dalam bahasa Inggris). 2016-03-16. ISSN 0307-1235. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  28. ^ "Araştırma: Türkiye'nin yüzde 95'i tanrıya inanıyor, yüzde 74'ü 'dindar' - Diken". Diken (dalam bahasa Inggris). 2017-04-19. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  29. ^ "Atheists raising their voice in Turkey amid polarized reactions". Hürriyet Daily News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  30. ^ (www.dw.com), Deutsche Welle. "Uneasy neighbors in Turkey: atheism and Islam | Europe | DW | 26.05.2015". DW.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  31. ^ Jones, Dorian. "Turkey's Atheists Face Hostilities, Death Threats". VOA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  32. ^ a b "Atheists, the "Ultimate Other" in Turkey | Inter Press Service". www.ipsnews.net. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  33. ^ "The first Atheist Association in Turkey is founded". turkishatheist.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  34. ^ "Turkey". United States Commission on International Religious Freedom (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  35. ^ http://www.washingtontimes.com, The Washington Times. "Turkey's wavering support for religious freedom". The Washington Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  36. ^ "Compulsory Religious Education in Turkey: A Survey and Assessment of Textbooks". United States Commission on International Religious Freedom (dalam bahasa Inggris). 2015-12-17. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  37. ^ "Religious education in Turkey - World Bulletin". World Bulletin. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  38. ^ "Istanbul Recep Tayyip Erdoğan Imam Hatip High School - Fatih". www.astay.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  39. ^ http://www.diyanet.gov.tr
  40. ^ Samim Akgönül - Religions de Turquie, religions des Turcs: nouveaux acteurs dans l'Europe élargie - L'Harmattan - 2005 - 196 pages
  41. ^ a b c The World of the Alevis: Issues of Culture and Identity, Gloria L. Clarke
  42. ^ a b c d e f g "Le gouvernement turc va restituer des biens saisis à des minorités religieuses". La Croix. 29 August 2011. Diakses tanggal 2017-120-10. 
  43. ^ http://www.tbmm.gov.tr/anayasa/anayasa_2011.pdf
  44. ^ a b c d e f g h i j k l m n o "Archived copy" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-10-02. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  45. ^ "Les Janissaires (1979) de Vincent Mansour Monteil". Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 March 2016. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  46. ^ a b c d e f g h i j k l m n o "Les minorités non musulmanes en Turquie : "certains rapports d'ONG parlent d'une logique d'attrition", observe Jean-Paul Burdy". Diakses tanggal 2017-12-10. 
  47. ^ "Notes et documents sur les Ottomans, les Safavides et la Géorgie, 1516-1521 [Études turco-safavides, VI] - Persée". 4 May 1979. Diakses tanggal 2017-12-10. 
  48. ^ "Top court: It's not judiciary's call to designate cemevi as place of worship or not". Hürriyet Daily News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-10. 
  49. ^ Rapport Minority Rights Group Bir eşitlik arayışı: Türkiye’de azınlıklar Uluslararası Azınlık Hakları Grubu 2007 Dilek Kurban
  50. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 2013-09-28. 
  51. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u http://www.tbmm.gov.tr/butce/2013/kanun_tasarisi.pdf
  52. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Anket Mezhep
  53. ^ "Religion is very important" (PDF). Global Attitudes Project. Pew Research Center. Spring 2015. Diakses tanggal 26 December 2016. 
  54. ^ http://www.wingia.com/web/files/news/14/file/14.pdf
  55. ^ "Special Eurobarometer, biotechnology" (PDF). European Commission, Directorate-General for Communication. October 2010. hlm. 204. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 December 2010. 
  56. ^ "Religion, Secularism and the Veil in daily life" (PDF). KONDA Research and Consultancy. Milliyet. 9 September 2007. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 March 2009. 
  57. ^ "Türkiye'de başörtüsü yasağı: Nasıl başladı, nasıl çözüldü?". 
  58. ^ "Türkiye'de başörtüsü yasağı: Nasıl başladı, nasıl çözüldü?". 
  59. ^ "Türkiye'de başörtüsü yasağı: Nasıl başladı, nasıl çözüldü?". 
  60. ^ Hardy, Roger (22 July 2002). "Turkey: Battle of the headscarf". BBC News. Diakses tanggal 22 May 2017. 
  61. ^ "The World Factbook — Central Intelligence Agency". Diakses tanggal 23 February 2017. 
  62. ^ "Turkey's Mrs Gul given makeover". BBC News. August 2007. Diakses tanggal 2009-04-13. 
  63. ^ Pelit, Mikail (2007-04-18). "Malatya'da yayınevine kanlı baskın: 3 ölü". Dogan News Agency (dalam bahasa Turkish). Milliyet. Diakses tanggal 2008-09-12.  Parameter |section= akan diabaikan (bantuan)
  64. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama usbdhrl
  65. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama US2009
  66. ^ Article in German by Peter Schmid, dated 21 October 2009; accessed on 22 November 2009