Ahlulbait: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lia Basyaiban (bicara | kontrib)
k Membatalkan 1 suntingan oleh 2001:D08:1B9B:F333:7899:CBFF:FE6E:AE40 (bicara) ke revisi terakhir oleh Marbath (TW)
Tag: Pembatalan pranala ke halaman disambiguasi
 
(9 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 14:
 
=== Sunni ===
Makna '''Ahlulbait''' dalam pengertian Ahlus Sunnah Wal Jamaah atau Sunni adalah keturunan Rasulullah (Dzurriyyah Rasulullah) yang diharamkan menerima [[zakat]], sampai Hari [[Kiamat]]. Pengertian ini dianut oleh penganut madzhab Sunni atau penganut [[madzhab]] [[Ahlus Sunnah Wal Jamaah]]. Di antara [[ulama]] Sunni yang berpendapat bahwa Ahlulbait adalah semua keturunan nasab Nabi [[Muhammad]] dari jalur nasab [[Hasan bin Ali]] dan dari jalur nasab [[ Husain bin Ali]] adalah '''Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan''' <ref>{{Cite web|last=Internasional|first=Asyraf|title=Tentang Profil Shohibul Faroji|url=https://p2k.unkris.ac.id/id1/2-3065-2962/Shohibul-Faroji_51731_p2k-unkris.html}}</ref> dengan karyanya Tafsir Midadurrahman sebanyak 115 jilid dan menjadi mufassir yang mendapatkan penghargaan [[MURI]] sebagai Penulis tafsir terpanjang dan tertebal di seluruh dunia.<ref>{{Cite web|last=MURI|first=Tafsir Midadurrahman|title=Tentang Tafsir Midadurrahman |url=https://penasantri.id/blog/2018/12/02/midadurahman-kitab-tafsir-tertebal-di-dunia/}}</ref> Dalam karya tafsir ini, dijelaskan 3110 macam-macam nama fam keturunan Rasulullah SAW di seluruh dunia yang terdiri dari 1555 fam keturunan [[Hasan bin Ali]] dan 1555 fam keturunan [[Husain bin Ali]] yang berkembang di 199 [[negara]] seluruh dunia.
Makna “Ahlul Bait” dalam pengertian ''naqliyah'' berarti keturunan Rasulullah yang diharamkan menerima zakat. Pengertian ini dianut sebagian kalangan.
 
=== Sufi dan sebagian Sunni ===
Baris 36:
=== Ilmu Tasawuf Syathariyah ===
Dari sumber kajian Ilmu Tasawuf Syathariyah memiliki definisi yang lain tentang Ahlul Bait.
Ahli baitnya Nabi Muhammad SAW adalah yang mengetahui secara persis segala hal tentang apa yang ada di dalam dadanya Nabi Muhammad SAW, utamanya hubungannya dengan keberadaan Diri-Nya Tuhan Yang Al Ghaib, yang juga selalu diingat-ingat, dihayati dan dirasakan dalam hatinurani, roh dan rasanya Nabi Muhammad Saw dalam melakukan apa saja, dimana saja dan sedang apa saja.
 
Menurut pandangan ini, '''[[Ahlulbait|Ahlul-Bait]]''' tidak sebatas keluarga darah daging, akan tetapi lebih bermakna keluarga rohani yang mengacu pada kondisi spiritual manusia, merujuk pada kedekatan dan bagaimana seseorang menempatkan Tuhan di dalam hatinya.
Juga tidak sebatas pada periode ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Ahlul-Bait sebagai perahu Nabi Nuh ada terus di setiap zaman. Merupakan sekumpulan jamaah yang memiliki Ilmu Inti Kenabian, yang tak pernah berubah sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, bahkan hingga nanti akhir zaman. Pemimpin dari Ahlul-bait adalah Imam Mahdi.
 
Karena itu Al Mahdi ini adalah mata rantai yang ''gilir gumanti'' (jasadnya) dan sama sekali tidak pernah putus (silsilahnya), mengalir dari dalam dadanya Nabi Muhammad SAW dengan Kalamullah (Al Qur’an) sebagai obor yang memadangi (menerangi) tugas dan fungsinya sebagai yang ditugasi Ilahi meneruskan kerasulannya.
Baris 104:
:* As-Sayyid As-Syaikh Abdul Qadir Jilani Al-Hasani (Tariqah Qadiriyah)
:* As-Sayyid As-Syaikh Ahmad bin Idris Al-Hasani (Tariqah Ahmadiyah Idrissiyah)
:* As-Sayyid As-Syaikh Abil Hasan Asy-SyazuliSyadzili (Tariqah Syadziliyyah)
 
Silsilah ajaran mereka kebanyakannya melalui Imam [[Ja'far ash-Shadiq]], dan semuanya mendapat sanad dari Ali bin Abi Thalib. Tariqah Naqsyabandiah adalah satu-satunya tariqah yang juga mendapat sanad dari Abu Bakar.
Baris 110:
== Kekhalifahan ==
Kaum Sufi berpendapat [[khalifah|kekhalifahan]] ada 2 macam, yaitu:
:* Khalifah secara zhahir ([[Waliyyul Amri]], [[Surat An Nisaa']] ayat 59) ''"[[Hai orang-orang yang beriman]], taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."'' atau mereka yang menjadi ''kepala pemerintahan'' umat Islam; dan
:* Khalifah secara bathin ([[Waliyyul Mursyid]], [[Surat Al Kahfi]] ayat 17) ''"Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk (Waliyyan Mursyida) kepadanya."'' atau mereka yang menjadi ''pembina rohani'' umat Islam.
 
=== Khalifah zhahir ===
Menurut kalangan Sufi kekhalifahan yang ''zhahir'' (lahiriah) boleh saja dipegang oleh orang muslim yang kurang beriman atau mukmin tetapi kurang bertakwa, dalam keadaan darurat atau karena sudah takdir yang tak bisa dihindari. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perkataan ‘athii’‘''athii''’ sebelum ‘''[[waliyyul amri]]’,'' kata ‘athii’‘''athii''’ atau ''taatlah'' hanya ditempelkan kepada ‘Allah’ kemudian ditempelkan kepada ‘Rasul’ sehingga lafadz lengkapnya menjadi, ''”Athiiullahu wa athiiurasuul wa ulil amri minkum”''. Berarti taat yang mutlak hanya kepada Allah dan Rasulnya. Taat kepada ''ulil amri'' (pemimpin) dapat dilakukan dengan syarat ia taat lebih dulu kepada Allah dan Rasulnya. Memilih seorang pemimpin atas dasar ketaatan kepada Allah adalah hal yang logis dan jauh lebih mudah daripada memilih seorang pemimpin atas dasar ''<nowiki/>'[[maksum]]''' atau kesucian, karena 'taat' kepada Allah adalah suatu yang dapat terlihat kurang-lebihnya di dalam kehidupan seseorang.
 
Dengan kata lain ayat ini dalam pandangan kaum Sunni dan kaum Sufi menunjukkan tidak adanya syarat ‘[[maksum]]’ bagi ''Waliyyul Amri'' (pemimpin pemerintahan). Sangat mungkin ini adalah petunjuk Allah bagi umat Islam untuk menerima siapapun pemimpinnya di setiap zaman, selama ia taat kepada Allah dan Rasulnya, karena sesuai dengan akal sehat yang dimiliki umat manusia bahwa ‘tak ada yang mengetahui hamba Allah yang suci atau ''‘[[maksum]]’'', kecuali Allah sendiri.’
 
=== Khalifah bathin ===
Kekhalifahan ''bathin'', karena harus mempunyai syarat kewalian dalam pengertian ''bathin,'' tak mungkin dijatuhkan kecuali kepada orang mukmin yang bertakwa dan dicintai Allah (Surat Yunus 62-64). Kekhalifahan bathin atau jabatan ''Waliyyul Mursyid'' (pemimpin rohani) adalah mereka yang mempunyai ilmu dan karakter (kurang-lebih) seperti [[Nabi Khidir]] di dalam [[Surat Al Kahfi]]. Hikmah tidak disebutkannya kata 'Nabi Khidir' juga boleh jadi mengisyaratkan setiap zaman akan ada manusia yang terpilih seperti itu.
 
Di dalam sejarah tarekat kaum Sufi, para Wali Mursyid sebagian besarnya adalah keturunan [[Ali bin Abi Thalib|Ali]] dari [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] baik melalui [[Hasan bin Ali|Hasan]] dan [[Husain bin Ali|Husain]]. Menurut kaum Sufi memaksakan kekhalifahan ''zhahir'' hanya untuk keluarga [[Ali bin Abi Thalib|Ali]] adalah suatu yang ''musykil/'' (mustahil) karena bila menolak 3 khalifah sebelumnya (yang telah disetujui oleh mayoritas) berarti membuat perpecahan dalam umat Islam, juga bertentangan dengan prinsip akal sehat, karena boleh jadi seorang kurang ber-taqwa tetapi dalam hal pemerintahan sangat cakap. Sedangkan seorang yang ber-taqwa justru mungkin saja tidak menguasai masalah pemerintahan.
 
Bila menganggap Imamah adalah Khalifah Bathin''bathin'' mungkin saja bisa, tetapi membatasi hanya 12 bertentangan dengan banyak hadits shahih tentang para Wali Allah yang tidak pernah disebut dari keluarga tertentu, apalagi dengan pembatasan jumlahnya. Idealnya memang seorang Khalifah zhahir ''(Waliyyul Amri)'' dipilih dari mereka yang juga menjabat Khalifah ''bathin (Waliyyul Mursyid)''. Tapi pertanyaannya siapakah yang mengetahui Wali-wali Allah, apalagi yang berderajat ''Waliyyul Mursyid'', kalau bukan Allah sendiri.
 
== Perkembangan Ahlul Bait ==