Aji Saka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tambah Analisis
Membatalkan suntingan tanpa sumber dari Iwand
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 4:
== Asal mula ==
Disebutkan Aji Saka berasal dari Bumi Majeti. Bumi Majeti sendiri adalah negeri antah-berantah mitologis, akan tetapi ada yang menafsirkan bahwa Aji Saka berasal dari Jambudwipa ([[India]]) dari suku [[Saka|Shaka]] (Scythia), karena itulah ia bernama Aji Saka (Raja Shaka). Legenda ini melambangkan kedatangan [[Dharma]] (ajaran dan peradaban [[Hindu]]-[[Buddha]]) ke pulau Jawa. Akan tetapi penafsiran lain beranggapan bahwa kata Saka adalah berasal dari istilah dalam [[Bahasa Jawa]] ''saka'' atau ''soko'' yang berarti penting, pangkal, atau asal-mula, maka namanya bermakna "raja asal-mula" atau "raja pertama". Mitos ini mengisahkan mengenai kedatangan seorang pahlawan yang membawa peradaban, tata tertib dan keteraturan ke Jawa dengan mengalahkan raja raksasa jahat yang menguasai pulau ini. Legenda ini juga menyebutkan bahwa Aji Saka adalah pencipta tarikh [[Tahun Saka]], atau setidak-tidaknya raja pertama yang menerapkan sistem kalender Hindu di Jawa. Kerajaan [[Medang Kamulan]] mungkin merupakan kerajaan pendahulu atau dikaitkan dengan [[Kerajaan Medang]]dalam catatan sejarah.
 
Berdasarkan hasil analisis sejarah di India, Aji Saka adalah nama raja Bangsa Saka (Indo-Scythian) yang terakhir di India. Ibukota Kerajaan Indo-Scythian ini adalah Minnagara (sekarang masuk wilayah Kota Karachi di Pakistan). Nama asli Aji Saka adalah Rudra Simha III. Kerajaannya meliputi wilayah yang sekarang bernama Gujarat,Maharasthra, Rajashtan, & sebagian Pakistan. Disebut juga Satrap Barat (Western Satrap). Kerajaannya dihancurkan oleh serangan Vikramaditya atau Candragupta II pada abad ke-4 Masehi.
 
Bersama sebagian kecil rakyatnya yang masih setia, kerabat kerajaan, dan para pandita Hindu Syiwa, Aji Saka bermigrasi ke luar India, menuju wilayah yang sekarang disebut Nusantara. Pertama kalinya di Nusantara menjejakkan kakinya di Pulau Majeti, yang sekarang masuk ke gugusan Kepulauan Karimun Jawa.
Aji Saka beserta rombongannya kemudian menempati pulau kecil tersebut.
 
Beberapa waktu berlalu, datanglah beberapa orang dari Pulau Jawa, yang terletak di seberang Pulau Majeti. Orang-orang ini menceritakan tentang keganasan Raja Bangsa Yaksa di Tanah Jawa, bernama Dewata Cengkar. Orang-orang tersebut berasal dari Kerajaan Medang Kamulan, sekarang ini masuk ke wilayah Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.
 
Aji Saka turut prihatin dan berjanji menolong orang-orang Medang Kamulan ini. Kemudian, Aji Saka seorang diri menyeberang ke Pulau Jawa, menuju ibukota Medang Kamulan ini. Dewata Cengkar kemudian terlibat pertarungan sengit dengan Aji Saka dan berakhir dengan kematian Dewata Cengkar. Jasad Dewata Cengkar dibuang Aji Saka ke Samudera Hindia (Samudera Indonesia). Menurut mitos, Prabu Dewata Cengkar belum bisa tewas sepenuhnya di tangan Aji Saka, namun dibinasakan oleh anak dari Aji Saka, yang berujud Ular Raksasa bernama Jaka Linglung.
 
Setelah raja Bangsa Yaksa ini tiada, Aji Saka kembali ke Pulau Majeti, lalu membawa rombongannya ke Pulau Jawa. Bersama-sama rakyat Medang Kamulan, dia kemudian membangun kerajaan baru yang letaknya jauh di arah barat dari lokasi Medang Kamulan mula-mula. Kerajaan baru tersebut diberinya nama Medang Purwacarita, dengan nama ibukota yang sama dengan kerajaan Medang sebelumnya, Medang Kamulan.
Aji Saka kemudian memperkenalkan aksara Pahlava (Pallawa) yang telah menjadi aksara resmi Kerajaan Saka di India, beserta Bahasa Sanskerta (Sanskrit) kepada masyarakat Jawa di kerajaannya. Penanggalan Saka yang telah diciptakan oleh Bangsa Kanishka di India pun diperkenalkannya kepada orang-orang Jawa. Sejak itulah penanggalan Tahun Saka di Pulau Jawa dimulai.
 
Dengan dimulainya pemerintahan Prabu Aji Saka, berkembanglah peradaban Hindu dari orang-orang Jawa di Pulau Jawa. Belum ada yang mengetahui kapan berakhirnya Kerajaan Medang Purwacarita ini. Setelah Medang awal ini berakhir, barulah di Tanah Jawa muncul Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Kanjuruhan, yang kemudian dilanjutkan Kerajaan Medang Pertengahan di Tanah Jawa, yang dibangun oleh Prabu Sanjaya Harisdharma, sang Raja Galuh dan Sunda. Medang Pertengahan ialah kelanjutan dari Kerajaan Kalingga setelah masa Ratu Shima. Sering disebut Kerajaan Medang atau Kerajaan Medang i Bhumi Mataram krn ibukotanya pernah di wilayah Bhumi Mataram, yg meliputi hampir seluruh Jawa Tengah hingga sebagian Jawa Timur.
 
== Ringkasan ==
Baris 49 ⟶ 35:
''padha'' = sama <br>
''jayanya'' = 'kekuatannya' atau 'kedigjayaannya', 'jaya' dapat berarti 'kejayaan'<br>
''[https://www.instagram.com/p/B960EklAdLU/?igshid=sobmiv7qhzcp]maga'' = 'inilah' <br>
''bathanga'' = mayatnya