Aksara Nusantara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Assyari374 (bicara | kontrib)
k +image
 
(30 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
<!--[[Berkas:Kartu pos beraksara Nusantara.jpg|jmpl|Kartu pos beraksara Nusantara. Dari atas: [[aksara Bali]], [[Abjad Jawi|aksara Jawi]], [[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]], [[aksara Lampung]], [[aksara Jawa]] dan [[Surat Batak|aksara Batak]].]]-->
[[File:Aksara Nusantara of old Indonesian scripts.jpg|thumb|Koleksi Aksara Nusantara di [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]], Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta]]

'''Aksara Nusantara''' merupakan ragam [[aksara]] atau sistem tulisan tradisional yang digunakan di wilayah [[Kepulauan Nusantara]]. Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada aksara-aksara [[abugida]] turunan [[aksara Brahmi|Brahmi]] yang digunakan oleh masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan. Sebagian besar aksara Nusantara masih diajarkan sebagai bagian dari muatan lokal di daerah masing-masing, tetapi dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
 
== Pengantar ==
Bukti tertua mengenai keberadaan Aksara Nusantara yaitu berupa tujuh buah yupa (tiang batu untuk menambatkan tali pengikat sapi) yang bertuliskan [[prasasti]] mengenai upacara waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarmman[[Mulawarman]], Raja [[Kutai]] di daerah [[Kalimantan Timur]]. Tulisan pada yupa-yupa tersebut menggunakan [[aksara Pallawa]] dan Bahasa SanskrtaSanskerta. Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf Aksara Pallawa pada yupa, para ahli menyimpulkan bahwa yupa-yupa tersebut dibuat pada sekitar abad ke-4 M.
 
Setidaknya sejak abad ke-4 itulah Bangsabangsa [[Indonesia]] telah mengenal bahasa tulis yang terus berkembang mengikuti perkembangan bahasa lisan. Perkembangan ini dimulai terutama sejak bahasa daerah (misalnya [[Bahasa Melayu Kuno]] dan [[Bahasa Jawa Kuno]]) juga dituangkan dalam bentuk tulisan selain dari Bahasa SanskrtaSanskerta yang pada masa sebelumnya merupakan satu-satunya bahasa yang lazim dituliskan. Sejak abad ke-15 Aksara Nusantara berkembang pesat dengan ditandai beraneka-ragamnya aksara untuk menuliskan berbagai bahasa daerah hingga kemudian peranannya mulai tergeser oleh Abjad Arab dan Alfabet Latin.
 
Sebagaimana halnya dengan identitas budaya lokal di Nusantara, pada masa kini Aksara Nusantara merupakan salah satu warisan budaya yang nyaris punah. Oleh karena itu, beberapa pemerintah daerah yang merasa tergugah untuk menjaga kelestarian budaya tersebut membuat peraturan-peraturan khusus mengenai pelestarian aksara daerah masing-masing. Latar belakang inilah yang akhirnya antara lain menjadi dasar munculnya [[Aksara Sunda Baku]] pada tahun 1996.
 
Hampir semua aksara daerah di Indonesia merupakan turunan Aksara Pallawa yang berasal dari daerah India Selatan. Aksara Jawi, AkaraAksara Pegon, dan Aksara Bilang-bilang merupakan turunan Abjad Arab; sedangkan Aksara Nagari berasal dari daerah India Utara. Baik Aksara Pallawa maupun Aksara Nagari adalah turunan dari Aksara Brahmi yang merupakan induk semua aksara di [[Asia Selatan]] dan [[Asia Tenggara]].
 
Istilah Aksara Nusantara juga bisa digunakan untuk merangkum aksara-aksara yang digunakan dan berkembang di Kepulauan Filipina. Hampir semua aksara daerah di [[Filipina]] merupakan turunan Aksara Kawi (Aksara Jawa Kuno). Aksara-aksara ini meliputi Aksara Baybayin, Aksara Tagbanwa, Aksara Buhid, Aksara Hanunó'o, dan Aksara Kapampangan. Sedangkan Aksara Eskaya merupakan hasil budaya asli Bangsa Filipina.
Baris 19 ⟶ 23:
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=200px"200">
FileBerkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Beschreven steen bij de onderneming Semplak Buitenzorg TMnr 60016469.jpg|'''[[Aksara Pallawa]]''': [[Prasasti Ciaruteun]], peninggalan Kerajaan Tarumanegara antar abad ke-4 hingga 7 M
Berkas:PrCarita NgadomanWaruga Guru.jpg|'''[[Aksara KawiSunda Kuno]]''': [[PrasastiNaskah Ngadoman]]''Carita Waruga Guru'' dariyang 1371ditulis śākapada (1449tahun masehi)1750-an
File:Carita Waruga Guru.jpg|'''[[Aksara Sunda Kuno]]''': Naskah ''Carita Waruga Guru''
 
Berkas:Kakawin ramayana Or 14022 f2-4.jpg|'''[[Aksara Bali]]''': Cuplikan ''[[Kakawin Ramayana|Kakawin Rāmāyaṇa]]'' yang disalin tahun 1975, koleksi British Library
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wichelboekje van palmblad TMnr 5991-6.jpg|'''[[Surat Batak]]''': ''[[Pustaha]]'' koleksi Tropenmuseum
FileBerkas:Serat jatipustaka.jpg|'''[[Aksara Jawa]]''': Halaman pembuka ''Serat Jatipustaka'' yang disalin pada tahun 1830, koleksi Museum Denver
FileBerkas:Surat pantun cara Lampung.png|'''[[Aksara Lampung|Had Lampung]]''': Naskah ''Surat Pantun Cara Lampung'' (dengan isi dwiaksara bersama [[abjad Jawi]]) kemungkinan ditulis di Bengkulu tahun 1812, koleksi British Library
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Akte met het zegel van de leenvorst van Bone TMnr 2522-3.jpg|'''[[Aksara Lontara]]''': Akta pinjaman dari Kerajaan Boné tahun 1864, koleksi Tropenmuseum
Berkas:Makassar historical record.jpg|'''[[Aksara Makassar]]''': Kumpulan dokumen berbahasa dan beraksara Makassar antar abad 18 hingga 19 M koleksi British Library
FileBerkas:Syair Perahu MSS Malay A2 f1r.png|'''[[AksaraSurat RencongUlu]]''': Naskah ''Syair Perahu'' dari antar abad ke-18 hingga 19, koleksi British Library
</gallery>
|}
Baris 45 ⟶ 47:
Dalam perkembangannya, aksara Kawi kemudian berevolusi menjadi aksara-aksara nusantara baik secara langsung atau melalui perantara yang belum teridentifikasi di berbagai daerah Indonesia.<ref name="holle">{{Cite Journal|title=Tabel van oud-en nieuw-Indische alphabetten|last=Holle|first=K F|journal=Bijdrage tot de palaeographie van Nederlandsch-Indie|year=1882|place=Batavia|publisher=W. Bruining|oclc=220137657|url=http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf|page=xi, 9-35}}</ref> Perubahan dari aksara Kawi ini terjadi secara berangsur-angsur dan telah terjadi sejak abad ke-14 hingga 15.<ref>{{cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Indonesian_Palaeography.html?id=cLUfAAAAIAAJ&redir_esc=y|title=Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the Beginnings to C. A.D. 1500|volume=4|isbn=9004041729|publisher=Brill|year=1975|first=J G de|last=Casparis}}</ref>{{sfn|Behrend|1996|pp=161-162}}
 
* Aksara yang berkembang di wilayah Sumatra Utara:
** [[Aksara Batak]] (Surat Batak)
** [[Aksara RejangIncung]]
 
* Aksara yang berkembang di wilayah Sumatra Selatan:
** [[Aksara Rejang]]
** [[Aksara Rencong]] (Surat Incung)
** [[Aksara Lampung]] (Had Lampung)
** [[Aksara Rejang]]
 
* Aksara yang berkembang di wilayah Jawa:
** [[Aksara Jawa]] (Hanacaraka)
** [[Aksara Sunda Baku]]
** [[Aksara Sunda Kuno]]
 
* Aksara yang berkembang di wilayah Sumatra SelatanKalimantan:
** Aksara Iban (Dunging)
 
* Aksara yang berkembang di Bali dan LombokNusa Tenggara:
** [[Aksara Bali]]
** Aksara Mbojo
** Aksara Samawa
** [[Aksara Sasak]]
 
* Aksara yang berkembang di wilayah Sulawesi Selatan:
** [[Aksara Bonda]]
** [[Aksara Lontara]]
** [[Aksara Makassar]] (Ukiri Jangang-jangang)
** [[Aksara Malesung]]
 
*Aksara yang berkembang di wilayah Kepulauan Maluku:
** [[Aksara Alifuru]]
 
Semua aksara Nusantara di atas memiliki konteks dan intensitas penggunaan yang bervariasi antar masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan. Secara umum, aksara Nusantara pada periode tersebut memiliki peran yang substansial dalam masyarakat penggunanya, meski penggunaannya sebagai tulisan sehari-hari seringkalisering kali dibarengi dengan huruf Arab dan Latin. Penggunaan aksara Nusantara baru mengalami penurunan yang signifikan pada pertengahan abad 20 M, dan kini seluruh aksara Nusantara hanya digunakan dalam konteks terbatas. Dalam konteks pengguna yang menurun drastis, terdapat berbagai upaya untuk merevitalisasi penggunaan aksara Nusantara di berbagai daerah dengan pendekatan yang berbeda-beda, misal dengan kampanye penggunaan atau penyederhanaan ortografi tradisionanal.
 
Semua aksara Nusantara di atas memiliki konteks dan intensitas penggunaan yang bervariasi antar masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan. Secara umum, aksara Nusantara pada periode tersebut memiliki peran yang substansial dalam masyarakat penggunanya, meski penggunaannya sebagai tulisan sehari-hari seringkali dibarengi dengan huruf Arab dan Latin. Penggunaan aksara Nusantara baru mengalami penurunan yang signifikan pada pertengahan abad 20 M, dan kini seluruh aksara Nusantara hanya digunakan dalam konteks terbatas. Dalam konteks pengguna yang menurun drastis, terdapat berbagai upaya untuk merevitalisasi penggunaan aksara Nusantara di berbagai daerah dengan pendekatan yang berbeda-beda, misal dengan kampanye penggunaan atau penyederhanaan ortografi tradisionanal.
<!--
== Variasi ==
 
Baris 86 ⟶ 98:
** Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Lembak
** Aksara Ulu untuk menuliskan dialek Rejang
** [[Aksara Komering|Aksara Ulu]] untuk menuliskan [[Bahasa Komering]]
** [[Aksara Ogan|Aksara Ulu]] untuk menuliskan [[Bahasa Ogan]]
* Variasi [[Aksara Jawa]]
** Aksara Jawa untuk menuliskan [[Bahasa Jawa]].
Baris 96 ⟶ 110:
** Aksara Bali untuk menuliskan [[Bahasa Bali Kuno]].
** Aksara Bali untuk menuliskan [[Bahasa Sasak]].
*Variasi [[Aksara Sunda Baku|Aksara Sunda]]
**Aksara Sunda untuk menuliskan [[Bahasa Sunda]].
**Aksara Sunda untuk menuliskan [[Bahasa Sunda Kuno]].
**Aksara Sunda untuk menuliskan Bahasa Sunda Kuno pada [[Prasasti Astana Gede|prasasti Kawali]].
**Aksara Sunda untuk menuliskan [[Bahasa Cirebon|bahasa Jawa dialek Cirebon]].
* [[Berkas:Aksara Lontara di Bandara Sultan Hasanuddin.jpg|jmpl|270x270px|Aksara Lontara di Bandara Sultan Hasanuddin]]Variasi [[Aksara Lontara]]
** [[Aksara Jangang-jangang]]: Variasi dengan bentuk-bentuk huruf tersendiri untuk menuliskan Bahasa Makassar.
Baris 107 ⟶ 126:
** [[Aksara Jawi|Aksara Jawi/Jawöe/Gundhil]]: Variasi ini merupakan aksara berbasis [[Abjad Arab|Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Melayu]], [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]], dan [[Bahasa Banjar|Banjar]].
** [[Huruf Pegon|Aksara Pegon]]: Variasi ini merupakan aksara berbasis [[Abjad Arab|Arab]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Jawa]] (termasuk [[Bahasa Osing|Osing]]), [[Bahasa Madura|Madura]], dan [[Bahasa Sunda|Sunda]].
-->
 
== Sejarah ==
Baris 323 ⟶ 341:
{{familytree| | | sunku | | buda | | jawa | | bali | | proto| |sunku=[[Aksara Sunda Kuno|Sunda Kuno]]| buda=[[aksara Buda|Buda]]|jawa=[[Aksara Jawa|Jawa]]|bali=[[aksara Bali|Bali]]| proto=Proto-Sumatra|}}
{{familytree| | | |!| | | | | | | | | | | |,|-|-|-|+|-|-|-|v|-|-|.|}}
{{familytree| | | sub | | | | | | | | | | bat | | kag | | lon | | mak | | sub=[[Aksara Sunda Baku|Sunda Baku]] |bat=[[Surat Batak|Batak]] |kag=[[Aksara KagangaIncung|KagangaIncung]] |lon=[[aksara Lontara|Lontara]] |mak=[[aksara Makassar|Makassar]]}}
{{familytree/end}}
 
Baris 333 ⟶ 351:
** [[Ejaan Van Ophuijsen]]
** [[Ejaan Soewandi]]
** [[Ejaan yang Disempurnakan|EYD (Ejaan yang Disempurnakan)]]
** [[EYD]]
** [[Ejaan Bahasa Indonesia|EBI (Ejaan Bahasa Indonesia)]]
* [[Hangeul|Aksara Hangeul]] [[Bahasa Cia-Cia|Cia-Cia]]
* [[Abjad Arab|Aksara Arab]]
* [[Aksara Persia]]
* [[Aksara Tamil]]
* [[Hanzi|Aksara Hanzi atau Tionghoa]]
Baris 344 ⟶ 364:
* [[Aksara Pallawa]]
* [[Daftar aksara di Indonesia]]
 
== Pranala luar ==
 
* [https://aksaradinusantara.com/ Aksara di Nusantara], situs penyedia fon beraksara Nusantara
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
=== Daftar Pustakapustaka ===
* {{cite book |editor=Ann Kumar|editor2=John H. McGlynn|url=https://archive.org/details/illuminationswri0000kuma |title=Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia|publisher=Lontar Foundation|year=1996|isbn=0834803496|location=Jakarta|language=EN|ref=harv}}
* {{cite book|last=Behrend|first=T E|chapter=Textual Gateways: the Javanese Manuscript Tradition|url=https://archive.org/details/illuminationswri0000kuma|title=Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia|editor=Ann Kumar|editor2=John H. McGlynn|publisher=Lontar Foundation|year=1996|isbn=0834803496|location=Jakarta|language=EN|ref=harv}}
Baris 369 ⟶ 385:
* {{cite conference|last=Wahab|first=Abdul|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/3067/1/Kongres%20Bahasa%20Indonesia%20VIII%20Kelompok%20B%20Ruang%20Rote.pdf|conference=Kongres Bahasa Indonesia VIII|date=Oktober 2003|title=Masa Depan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah|publisher=Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia|volume=Kelompok B, Ruang Rote|page=8-9}}
 
==== Proposal Unicodeunicode ====
* {{cite journal|url=http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n2633r.pdf|first=Michael|last=Everson|title=Revised final proposal for encoding the Lontara (Buginese) script in the UCS|journal=ISO/IEC JTC1/SC2/WG2|issue=N2633R|date=2003|publisher=Unicode}}
* {{cite journal|url=http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n2908.pdf|first1=Michael|last1=Everson|first2=I Made|last2=Suatjana|title=Proposal for encoding the Balinese script in the UCS|journal=ISO/IEC JTC1/SC2/WG2|issue=N2908|date=2005 |publisher=Unicode|ref=harv}}
Baris 390 ⟶ 406:
* {{citation|last=Sircar |first=D.C. |year=1965 |title=Indian Epigraphy |place=Delhi-Varanasi-Patna |publisher=Motilal Banarsidass}}
* {{citation|last=Sedyawati |first=Edi |year=1978 |title=Tarumanagara Penafsiran Budaya: Diskusi Panel Menggali Kembali Sejarah Tarumanagara |place=Jakarta |publisher=Universitas Tarumanagara}}-->
== Pranala luar ==
 
* [https://aksaradinusantara.com/ Aksara di Nusantara], situs web penyedia fon beraksara Nusantara
 
[[Kategori:Aksara Nusantara| ]]