Aksara Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 12 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(46 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{redirect|Aksara Sunda Baku|bentuk lain aksara Sunda|Aksara Sunda (disambiguasi)}}
{{Infobox Writing system
|name=Aksara Sunda Baku
|type=[[Abugida]]
|time=sekitar abad ke-17 hingga sekarang
Baris 14:
|sample=Aksara Sunda dasar.svg
|sample_desc= Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
|altname={{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ}}|caption=Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.}}
'''Aksara Sunda Baku''' ({{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥᮃᮊ᮪ᮞᮛ  ᮞᮥᮔ᮪ᮓ  ᮘᮊᮥ}}) ialah [[sistem penulisan]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Sunda]] kontemporer, ianyaia juga merupakan hasil penyesuaian [[Aksara Sunda Kuno]]. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazim disebut dengan sebutan '''Aksara Sunda'''.
 
== Sejarah ==
{{Lihatpula|Aksara Sunda Kuno}}
[[Berkas:Aksara Sunda Kuno 02.jpg|jmpl|Perbandingan [[aksara Kawi]], aksara Sunda kuno, dan aksara Sunda baku]]
Kecakapan masyarakat dalam tulis menulis di wilayah [[Sunda]] telah ketahuidiketahui keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa [[Tarumanagara|Kerajaan Tarumanagara]]. Hal itu terungkap pada prasasti-prasasti yang sebagian besar di bicarakandibicarakan oleh Kern (1917) dalam bukunya yang berjudul Versvreide Beschriften; Inschripties Van Den Indischen Archipel. <ref name=":1">{{Cite web|title=Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah|url=http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|website=m.caping.co.id|language=en|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116084646/http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|dead-url=no}}</ref>
{{Lihatpula|Aksara Sunda Kuno}}
Kecakapan masyarakat dalam tulis menulis di wilayah [[Sunda]] telah ketahui keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa [[Tarumanagara|Kerajaan Tarumanagara]]. Hal itu terungkap pada prasasti-prasasti yang sebagian besar di bicarakan oleh Kern (1917) dalam bukunya yang berjudul Versvreide Beschriften; Inschripties Van Den Indischen Archipel. <ref name=":1">{{Cite web|title=Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah|url=http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|website=m.caping.co.id|language=en|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116084646/http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|dead-url=no}}</ref>
 
Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh keadaan yaitu dengan meluasnya pengaruh Mataram islam kedalam wilayah Priangan (kecuali wilayah Cirebon dan Banten) dan kebijakan penguasa saat itu untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda lewat kebijakan pemerintahan kolonial melalui surat resminya tertanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara latin, arab gundul (pegon) dan aksara jawa modifikasi (cacarakan) sebagai aksara resmi yang digunakan di wilayah Sunda dalam kegiatan surat menyurat.<ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-05|title=Aksara Sunda: Sejarah dan Jumlahnya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-12-04|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204163114/https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|dead-url=no}}</ref> Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.<ref name=":0" />
 
Pada akhir Abad XIX sampai pertengahan Abad XX, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad XX mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda.<ref name=":1" />
 
Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh keadaan yaitu dengan meluasnya pengaruh Mataram islamIslam kedalamke dalam wilayah Priangan (kecuali wilayah Cirebon dan Banten) dan kebijakan penguasa saat itu untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda lewat kebijakan pemerintahan kolonial melalui surat resminya tertanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara latin, arab gundul (pegon) dan aksara jawa modifikasi ([[cacarakan]]) sebagai aksara resmi yang digunakan di wilayah Sunda dalam kegiatan surat menyurat.<ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-05|title=Aksara Sunda: Sejarah dan Jumlahnya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-12-04|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204163114/https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|dead-url=no}}</ref> Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.<ref name=":0" />
Oleh karena itu Pemerintah Daerah [[Provinsi Jawa Barat]] menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah kemudian digantikan dengan Perda No. 14 Tahun 2014. <ref>{{cite web|url= http://jdih.jabarprov.go.id/page/info/produk/7140|title= Perda Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014|accessdate= 16-01-2023|archive-date= 2021-11-27|archive-url= https://web.archive.org/web/20211127034403/https://jdih.jabarprov.go.id/page/info/produk/7140|dead-url= no}}</ref>
 
Pada akhir Abad XIXke-19 sampai pertengahan Abad XXke-20, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputrabumiputera (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad XXke-20 mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda.<ref name=":1" />
Pada tanggal 21 Oktober 1997 diadakan Lokakarya Aksara Sunda di [[Universitas Padjadjaran#Kampus Jatinangor Sumedang|Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor]] yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai Aksara Sunda Baku.
 
Oleh karena itu, Pemerintah Daerah [[Provinsi Jawa Barat]] menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah kemudian digantikan dengan Perda No. 14 Tahun 2014. <ref>{{cite web|url= http://jdih.jabarprov.go.id/page/info/produk/7140|title= Perda Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014|accessdate= 16-01-2023|archive-date= 2021-11-27|archive-url= https://web.archive.org/web/20211127034403/https://jdih.jabarprov.go.id/page/info/produk/7140|dead-url= no}}</ref>
 
Pada tanggal 21 Oktober 1997, diadakan Lokakarya Aksara Sunda di [[Universitas Padjadjaran#Kampus Jatinangor Sumedang|Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor]] yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai Aksara Sunda Baku.
 
== Penggunaan ==
Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan kepada khalayak umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diselenggarakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama [[Museum Sri Baduga]], Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah Daerah [[Kota Tasikmalaya]] yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut.[[Berkas:Aksara-sunda-disbudpar-jabar.jpg|jmpl|Papan nama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat menggunakan aksara Sunda dan Latin]]Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan bahasa Sunda. <ref>{{Cite web|last=online|first=inilah|date=2018-07-11|title=Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda|url=https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|website=Inilah Online|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116131348/https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|dead-url=no}}</ref>
[[Berkas:Street name sign in Bogor uses Roman and Sundanese script.jpg|jmpl|Sebuah papan nama jalan di Kota Bogor yang menggunakan dua aksara dalam tampilan tulisannya (Latin dan Sunda).|al=|kiri]]
Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan kepada khalayak umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diselenggarakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama [[Museum Sri Baduga]], Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah Daerah [[Kota Tasikmalaya]] yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut.[[Berkas:Aksara-sunda-disbudpar-jabar.jpg|jmpl|Papan nama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat menggunakan aksara Sunda dan Latin]]Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan bahasa Sunda. <ref>{{Cite web|last=online|first=inilah|date=2018-07-11|title=Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda|url=https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|website=Inilah Online|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116131348/https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|dead-url=no}}</ref>
 
Dinas Pendidikan Nasional [[Provinsi Lampung]] dan [[Provinsi Jawa Tengah]] telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.<ref>{{Cite web|last=Hanan|first=Shofira|date=2017-02-24|title=Bahasa Sunda Punah Tahun 2026? - Pikiran-Rakyat.com|url=https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01275058/semarangku|website=www.pikiran-rakyat.com|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116091925/https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01275058/semarangku|dead-url=no}}</ref>
Baris 40 ⟶ 37:
Hampir seluruh papan nama jalan di [[Kota Bogor]] dan [[Kota Bandung]] juga menggunakan bahasa Sunda dengan aksara Sunda baku di bawah nama dalam bahasa Indonesia/alfabet Latin.<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|title=Nama Jalan di Bogor Ditulis Dengan Aksara Sunda|date=2012-11-13|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-07-14|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125949/http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|title=Terkait Papan Nama Jalan Beraksara Sunda, DBMP Punya Dua Opsi|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=dra|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125953/https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|title=Sukarno Jadi Soekaarano, Satu Contoh Salah Papan Nama Jalan Beraksara Sunda|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=Abdussalam|first=Muhamad Syarif|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125948/https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|dead-url=no}}</ref>
 
Namun pada prakteknya diperlukan koordinasi dengan pihak terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, akademisi, serta penggiat budaya Sunda dalam pengaplikasian aksara Sunda dalam lingkup sosial, dikarenakan banyaknya kesalahan dalam penulisan aksara Sunda itu sendiri, seperti yang baru-baru ini terjadi di Sukabumi yaitu penulisan aksara Sunda baku di depan Balai Kota Sukabumi yang menurut penggiat seni dan budaya Sukabumi terjadi kesalahan penulisan yang membuat artinya pun berbeda dari seharusnya "Balai Kota Sukabumi" menjadi "Nyala Kata Sukanyama".<ref>{{Cite web|date=2022-11-13|title=Sempat Jadi Sorotan, Tulisan Aksara Sunda Baku di Balai Kota Sukabumi Akhirnya Dicopot dan Diperbaiki|url=https://jabar.suara.com/read/2022/11/13/155807/sempat-jadi-sorotan-tulisan-aksara-sunda-baku-di-balai-kota-sukabumi-akhirnya-dicopot-dan-diperbaiki|website=suara.com|language=id|access-date=2022-12-04|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204163110/https://jabar.suara.com/read/2022/11/13/155807/sempat-jadi-sorotan-tulisan-aksara-sunda-baku-di-balai-kota-sukabumi-akhirnya-dicopot-dan-diperbaiki|dead-url=no}}</ref>
 
Penggunaan, Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Sunda di Kota Bandung diperkuat dengan keluarnya Perda No. 9 Tahun 2012.<ref>{{Cite web|title=PERDA Kota Bandung No. 9 Tahun 2012 tentang Penggunaan, Pemeliharaan Dan Pengembangan Bahasa, Sastradan Aksara Sunda [JDIH BPK RI]|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/202983/perda-|website=peraturan.bpk.go.id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116152235/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/202983/perda-|dead-url=no}}</ref>
 
== Tipologi ==
Aksara Sunda Baku terdiri dari 32 aksara dasar, yaitu 7 ''aksara swara'' (aksara vokal mandiri): ''a, é, i, o, u, e,'' dan ''eu'', dan 23 ''aksara ngalagena'' (konsonan berbunyi a): ''ka-ga-nga'', ''ca-ja-nya'', ''ta-da-na'', ''pa-ba-ma'', ''ya-ra-la'', dan ''wa-sa-ha'', ''fa-va-qa-xa-za''.
 
Lima aksara ''ngalagena'' tambahan dimunculkan untuk merekam perkembangan bahasa Sunda, termasuk penyerapan kata-kata dari bahasa asing. Walaupun demikian, bentukan aksara tambahan ini bukan merupakan kreasi baru, melainkan dihasilkan melalui proses modifikasi dari aksara yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh: aksara ''"fa"'' dan "''va''" merupakan modifikasi dari aksara ''pa'', kemudian aksara "''qa"'' dan "''xa"'' merupakan modifikasi dari aksara ''ka'', dan aksara "''za"'' merupakan modifikasi dari aksara ''ja''.
 
Selain itu terdapat pula 2 (dua) aksara tambahan yakni "''kha"'' dan ''"sya",'' yang digunakan untuk menulis ⟨خ⟩ dan ⟨ش⟩ katayang serapanberasal dari abjad Arab.
 
Ada pula ''rarangkén'' yang fungsinya untuk mengubah, menghilangkan, atau menambah bunyi pada aksara dasar. Tiga belas ''rarangkén'' menurut posisinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: (1) lima ''rarangkén'' di atas huruf, (2) tiga ''rarangkén'' di bawah huruf, dan (3) lima ''rarangkén'' sejajar dengan huruf. Untuk menuliskan angka, aksara ini memiliki 10 angka dasar (dari 0 sampai 9).
Baris 60 ⟶ 57:
| {{Sund|ᮃ}} = a|| {{Sund|ᮆ}} = é || {{Sund|ᮄ}} = i || {{Sund|ᮇ}} = o
|-
| {{Sund|ᮅ}} = u || {{Sund|ᮈ}} = e || {{Sund|ᮉ}} = eu || {{Sund|ᮻ}} = re pepet || {{Sund|ᮼ}} = le pepet
|}
 
Baris 66 ⟶ 63:
[[Berkas:Sundanese-consonants.svg|jmpl|341x341px|Representasi grafis]]
 
'''''Aksara ngalagenaNgalagena'' untuk bahasaBahasa Sunda'''
 
{| class=wikitable
Baris 147 ⟶ 144:
=== ''Rarangkén'' ===
 
Berdasarkan letak penulisannya, 1315 ''Rarangkén'' dikelompokkan sebagai berikut:
 
* ''Rarangkén'' di atas huruf = 5 macam
* ''Rarangkén'' di bawah huruf = 35 macam
* ''Rarangkén'' sejajar huruf = 56 macam
<!---------------------------------------
 
Baris 187 ⟶ 184:
{| class="wikitable" border="1"
| [[Berkas:Sundanese sign panyuku.png|50px|link=]] || ''panyuku'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[u]}}.
Contoh: {{Sund|ᮊᮣᮊᮥ}} (ku)
|-
| [[Berkas:Sundanese sign panyakra.png|50px|link=]] || ''panyakra'', menambah konsonan {{IPA|[r]}} di tengah suku kata.
Baris 194 ⟶ 191:
| [[Berkas:Sundanese sign panyiku.png|50px|link=]] || ''panyiku'', menambah konsonan {{IPA|[l]}} di akhir suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮣ}} (kla)
|-
| <span style="font-size:2em;font-family:'Sundanese Unicode';">᮰ᮬ</span> || ''pamintel'', menambah konsosnan {{IPA|[m]}} di tengah suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮬ}} (kma)
|-
| <span style="font-size:2em;font-family:'Sundanese Unicode';">᮰ᮭ</span> || ''papasangan'', menambah konsosnan {{IPA|[w]}} di tengah suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮭ}} (kwa)
|}
'''''Rarangkén'' sejajar huruf'''
Baris 218 ⟶ 221:
| [[Berkas:Sundanese sign pamaeh.png|50px|link=]] || ''patén'' atau ''pamaéh'', meniadakan vokal pada suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊ᮪}} (k)
|-
| <span style="font-size:2em;font-family:'Sundanese Unicode';">᮰ᮺ</span> || ''avagraha'', memisahkan bunyi vokal dari konsonan di akhir suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮺ}} (k'a)
|}
 
Baris 274 ⟶ 280:
=== Tanda baca ===
 
Pada masa sekarang tanda baca aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma ( , ), titik ( . ), titik koma ( ; ), titik dua ( : ), tanda seru ( ! ), tanda tanya ( ? ), tanda kutip ( " ), tanda kurung ( (…) ), tanda kurung siku ( […] ), dsb. Walau begitu, dulunya Aksara Sunda Kuno memiliki tanda bacanya sendiri.
Pada masa sekarang tanda baca aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma, titik, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, tanda kurung, tanda kurung siku, dsb. Walau begitu, dulunya aksara Sunda kuno memiliki tanda bacanya sendiri. ''Bindu surya'' 〈{{Sund|᳀}}〉 yang menggambarkan matahari digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳀᳆}}〉, untuk menandakan naskah tersebut bernilai religius. ''Bindu panglong'' 〈{{Sund|᳁}}〉 yang menggambarkan bulan separuh digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳁}}〉 dengan maksud yang sama. Tanda baca lain yang digunakan untuk menandai naskah liturgi adalah 〈{{Sund|᳇᳇}}〉. ''Bindu purnama'' 〈{{Sund|᳂}}〉 yang menggambarkan bulan purnama digunakan pada 〈{{Sund|᳅᳂᳅}}〉untuk menandai naskah sejarah. ''Bindu surya'' kadang digunakan sebagai pengganti titik; dalam beberapa kasus, ''bindu purnama'' digunakan sebagai pengganti koma. Ketika ''Bindu surya'' tidak digunakan sebagai tanda titik, ''Bindu cakra'' 〈{{Sund|᳃}}〉 yang menggambarkan roda digunakan bersamaan dengan ''Bindu purnama'' sebagai tanda koma.
 
* ''Bindu Surya'' 〈{{Sund|᳀}}〉 yang menggambarkan matahari digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳀᳆}}〉, untuk menandakan naskah tersebut bernilai religius.
Tanda baca lainnya antara lain 〈{{Sund|᳆}}〉, 〈{{Sund|᳅}}〉, dan 〈{{Sund|᳇}}〉 (''da satanga, ka satanga,'' dan ''ba satanga''). Untuk ini dapat ditambahkan ''leu satanga'' 〈{{Sund|᳄}}〉, yang artinya tidak jelas. Demikian juga, itu berasal sebagai suku kata "dihiasi" ''leu'' 〈{{Sund|ᮼ}}〉, yang kuno.<ref>EVERSON, Michael. Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS. Available at [http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf here] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200807221159/http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf |date=2020-08-07 }}. September 5th, 2009.</ref>
* ''Bindu Panglong'' 〈{{Sund|᳁}}〉 yang menggambarkan bulan separuh digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳁}}〉 dengan maksud yang sama. Tanda baca lain yang digunakan untuk menandai naskah liturgi adalah 〈{{Sund|᳇᳇}}〉.
* ''Bindu Purnama'' 〈{{Sund|᳂}}〉 yang menggambarkan bulan purnama digunakan pada 〈{{Sund|᳅᳂᳅}}〉untuk menandai naskah sejarah.
* ''Bindu Surya'' kadang digunakan sebagai pengganti titik; dalam beberapa kasus, ''bindu purnama'' digunakan sebagai pengganti koma. Ketika ''Bindu surya'' tidak digunakan sebagai tanda titik, ''Bindu cakra'' 〈{{Sund|᳃}}〉 yang menggambarkan roda digunakan bersamaan dengan ''Bindu purnama'' sebagai tanda koma.
* Tanda baca lainnya antara lain 〈{{Sund|᳆}}〉, 〈{{Sund|᳅}}〉, dan 〈{{Sund|᳇}}〉 (''da satanga, ka satanga,'' dan ''ba satanga''). Untuk ini dapat ditambahkan ''leu satanga'' 〈{{Sund|᳄}}〉, yang artinya tidak jelas. Demikian juga, itu berasal sebagai suku kata "dihiasi" ''leu'' 〈{{Sund|ᮼ}}〉, yang kuno.<ref>EVERSON, Michael. Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS. Available at [http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf here] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200807221159/http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf |date=2020-08-07 }}. September 5th, 2009.</ref>
 
=== Penggunaan ''pasangan'' ===
Baris 304 ⟶ 314:
 
== Galeri ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
<gallery widths="180" heights="180" perrow="3">
|-
Berkas:Naskah Sunda Lontar.jpg|[[Lontar|Naskah lontar]] dalam aksara Sunda
|state = {{{1<includeonly>|collapsed</includeonly>}}} align=center colspan=2 style="background:#D3D3D3; font-size: 100%;"| '''Contoh-contoh penggunaan aksara Sunda baku'''
Berkas:Carita Waruga Guru.jpg|Halaman pertama dari naskah ''Carita Waruga Guru'' yang ditulis dalam bahasa dan aksara Sunda kuno
|-
|align=center colspan=2|
<gallery widthsmode="180packed" heights="180" perrow="3200">
[[Berkas:Street name sign in Bogor uses Roman and Sundanese script.jpg|jmpl|Sebuah papan nama jalan di Kota Bogor yang menggunakan dua aksara dalam tampilan tulisannya (Latin dan Sunda).|al=|kiri]]
Berkas:Aksara-sunda-disbudpar-jabar.jpg|jmpl|Papan nama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat menggunakan aksara Sunda dan Latin
Berkas:Jl Braga Street Sign in Bandung.jpg|Papan nama Jalan Braga, [[Kota Bandung]]
Berkas:Kampung Naga Java117.jpg|Tugu Kujang Pusaka, [[Kota Bogor]]
Berkas:Sri Baduga Museum.JPG|Gedung [[Museum Sri Baduga]] yang terletak di [[Kota Bandung]]
</gallery>
|}
 
== Dalam budaya populer ==
Aksara Sunda bisa ditemui dalam film ''[[DreadOut (film)|DreadOut]]''.<ref>{{Cite web|url=https://merahputih.com/post/read/suka-duka-para-pemain-film-dread-out|title=Film Dread Out|last=Digdo|first=Ikhsan|date=2019-01-03|website=MerahPutih|access-date=2020-03-15|archive-date=2020-06-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20200610220254/https://merahputih.com/post/read/suka-duka-para-pemain-film-dread-out|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.medcom.id/hiburan/film/GbmLBZ1N-bintangi-film-dread-out-jefri-nichol-sempat-terkendala-berbahasa-sunda|title=Bintangi Film Dread Out, Jefri Nichol Sempat Terkendala Berbahasa Sunda|last=Yanuar|first=Elang Riki|date=2019-01-03|work=[[Medcom.id]]|language=id|access-date=2020-03-15|archive-date=2020-06-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20200610214438/https://www.medcom.id/hiburan/film/GbmLBZ1N-bintangi-film-dread-out-jefri-nichol-sempat-terkendala-berbahasa-sunda|dead-url=no}}</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 332 ⟶ 351:
== Pranala luar ==
* [http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3022.pdf Proposal pengkodean karakter aksara Sunda]
* httphttps://unicode-tablesymbl.comcc/en/sectionsunicode/blocks/sundanese/
{{Bahasa Sunda/Pranala luar}}