Al-Hajjaj bin Yusuf
Al-Hajjaj bin Yusuf (Arab: : الحجاج بن يوسف, 661 M/ 40 H – 714 M/ 95 H) adalah penguasa, politisi, dan menteri pertahanan dari kekhilafahan Umayyah. Dia merupakan sosok yang kontroversial dan pelik dalam sejarah awal umat Islam. Dia dikenal sebagai seorang penguasa yang cerdas namun keras dan kejam. Disebutkan dia telah bertanggung jawab atas kematian ribuan jiwa. Namun ia juga dikenal sebagai orang yang menghormati Al-Qur'an dan berjasa dalam perluasan wilayah dinasti Umayyah. Dia meyakinkan Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk menggunakan mata uang khusus bagi dunia Islam. Hal yang memicu perang dengan Kekaisaran Byzantium di bawah kekuasaan Yustinianus II. Pasukan Bizantium yang dipimpin oleh Leontios secara meyakinkan dapat dikalahkan pada pertempuran Sebastopolis tahun 692.
Al-Hajjaj bin Yusuf | |
---|---|
Gubernur Hijaz | |
Masa jabatan 692–694 | |
Penguasa monarki | Abdul Malik bin Marwan (memerintah 685–705) |
Gubernur Irak | |
Masa jabatan 694–714 | |
Penguasa monarki |
|
Informasi pribadi | |
Lahir | 661 M Ta'if, Hijaz (sekarang Arab Saudi) |
Meninggal | 714 M (Umur 53) Wasith, Irak |
Suami/istri |
|
Anak |
|
Orang tua |
|
Kerabat | Muhammad bin Yusuf Ats-Tsaqafi (saudara laki-laki) |
Sunting kotak info • L • B |
Biografinya dalam catatan ulama
Imam Adz-Dzahabi berkata tentang Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi:
“Al-Hajjaj, Allah memusnahkannya di bulan Ramadhan tahun 95 Hijrah dalam keadaan tua, dan dia adalah seorang yang zhalim, bengis, naashibi (pembenci Ahlul Bait), keji, suka menumpahkan darah, memiliki keberanian, kelancangan, tipu daya, dan kelicikan, kefasihan, ahli bahasa, dan kecintaan terhadap Al-Qur'an. Aku (Imam Adz-Dzahabi) telah menulis tentang sejarah hidupnya yang buruk dalam kitabku At-Tarikh al-Kabir, mengenai pengepungannya terhadap Ibnu az-Zubair dan Ka’bah, serta perbuatannya melempar Ka’bah dengan manjaniq, penghinaannya terhadap penduduk Al-Haramain (dua tanah haram [berarti suci]), penguasaannya terhadap Irak dan wilayah timur, semuanya selama 20 tahun. Juga peperangannya dengan Ibnul Asy’ats, sikapnya melambat-lambatkan menunaikan salat, sehingga Allah mematikannya, maka kami mencelanya, dan kami tidak mencintainya, sebaliknya kami membencinya karena Allah.”
— Siyar A’lam An Nubala’, 4/343
Al-Hafizh Ibnu Katsir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian menjadi khalifah beberapa tahun berikutnya, berkata:
“Aku tidak sedikitpun merasa iri terhadap Al-Hajjaj si musuh Allah itu, kecuali terhadap sikapnya yang cinta kepada Al-Qur’an dan sikap pemurahnya terhadap ahli al-Qur’an, serta ucapannya sebelum meninggal, “Ya Allah ampunilah aku, sesungguhnya manusia menyangka bahwa Engkau tidak bertindak[1].”
— Al-Bidayah wa An-Nihayah, 9/158)
Rujukan
- Catatan kaki
- ^ yakni tidak mungkin mengampuninya.
- Daftar pustaka
- Siyar Alamin Nubala; Imam adz-Dzahabi
- Al-Bidayah wan Nihayah; Ibnu Katsir