Al-Munir (majalah): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) k Moving from Category:Pers di Sumatera Barat to Category:Media massa di Sumatera Barat using Cat-a-lot |
||
(17 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox magazine
| title = ''Al-Munir''
| image_file =
| image_caption =
| frequency = Dwi-mingguan
| founder = Abdullah Ahmad
| company =
| publisher =
| editor = Sutan Djamaluddin Abubakar (Ketua dewan redaksi)
| editor_title = Pemimpin redaksi
| firstdate = April 1911
| relaunched =
| finalnumber = 31 Januari 1915
| country = Hindi Belanda
| language =
| based = Sumatra Barat
}}
[[Berkas:PDIKM 784 Majalah Al Moenir.pdf|jmpl|230px|page=1|Sampul ''Al-Munir'']]
{{Commons category|Majalah Al Moenir}}
{{italic title}}'''''Al-Munir''''' ({{lang-ar|المنير}}) adalah majalah Islam dwi-mingguan ber[[Abjad Jawi|aksara Jawi]] yang pernah terbit di [[Padang]]. Diprakarsai [[Abdullah Ahmad]] pada awal April 1911, ''Al-Munir'' tercatat sebagai media massa Islam pertama di Indonesia.{{sfn|Merle Calvin Ricklefs|2001|pp=214}}{{sfn|Luthfi Assyaukanie|2009|pp=38}}{{sfn|Mochtar Effendy|2001|pp=411}}
''Al-Munir'' giat menyerukan kepada pembaca untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni. Secara khusus, majalah ini menjadi corong gerakan Kaum Muda dalam [[gelombang pembaruan Islam jilid kedua di Minangkabau|gelombang pembaruan Islam jilid kedua]] di Minangkabau pada awal abad ke-20.
== Sejarah ==
Baris 12 ⟶ 31:
Setelah penerbitan ''Al-Imam'' terhenti pada 1909, delegasi Minangkabau [[Abdullah Ahmad]] segera menemui pimpinan majalah ''Al-Imam'' di Singapura. Dalam kunjungannya, Abdullah Ahmad menyampaikan maksud untuk menerbitkan majalah dengan visi dan misi dakwah yang sama.{{sfn|Hamka|1962|pp=99-100}} Pulang dari kunjungan ke Singapura, Abdullah Ahmad dengan dukungan para pedagang lokal mulai merintis penerbitan ''Al-Munir'' di Padang.{{sfn|Yudi Latif|2005|pp=181}}
Perkumpulan ulama pendiri ''Al-Munir'' tergabung dalam Sjarikat Ilmu, yang sekaligus menjadi badan penerbitan dan pengelola ''Al-Munir''.{{sfn|Abuddin Nata|2005|pp=15}} Anggotanya terdiri dari para ulama dari kelompok pembaru di Minangkabau atau sering disebut Kaum Muda. Abdullah Ahmad tidak menjadi pengurus harian. Pimpinan harian majalah adalah [[Marah Muhammad]]. Dalam jajaran dewan redaksi, yang diketuai oleh [[Sutan Djamaluddin Abubakar]], tercatat sejumlah nama di antaranya [[Abdul Karim Amrullah]] (ayah [[Hamka]]), [[Muhammad Thaib Umar]], dan [[Sutan Muhammad Salim]] (ayah [[Agus Salim]]).<ref name="Al-Munir. No. 1/1911">''Al-Munir''. No. 1/1911.</ref>{{sfn|Hamka|1962|pp=99}} Penulis-penulis lain yang tidak masuk dalam struktur kepengurusan di antaranya [[Ibrahim Musa Parabek]], [[Abbas Abdullah]], [[Zainuddin Labay El Yunusy]], dan [[Muhammad Jamil Jambek]].
== Isi ==
Baris 19 ⟶ 38:
Untuk mendistribusikan majalah dan memungut uang langganannya, ''Al-Munir'' mempunyai 31 agen di berbagai daerah yang tersebar di Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya.{{sfn|Syamsuri Ali|1997|pp=193}} Faktor penyebab luasnya penyebaran majalah ini adalah karena memanfaatkan jaringan penyebaran majalah ''Al-Imam'' yang sudah berhenti penerbitannya.{{sfn|Syamsuri Ali|1997|pp=193-194}} Sejak penerbitan pertama, ''Al-Munir'' telah didistribusikan kepada pembaca di seluruh daerah Sumatra, Jawa dan Semenajung Malaya.<ref>''Al-Munir''. No. 3/1912.</ref> Dalam perkembangan selanjutnya terjadi penambahan dan perkembangan jumlah pembaca hingga [[Kalimantan]] dan [[Sulawesi]].{{sfn|Yusuf Abdullah Puar|1989|pp=83}}{{sfn|Marthias Dusky Pandoe|2001|pp=296}}
Dari segi isi, ''Al-Munir'' memiliki beberapa kesamaan dengan ''Al-Imam''. Banyak masalah-masalah yang sudah dimuat dalam ''Al-Imam'' kembali dimuat dalam ''Al-Munir''.{{sfn|Deliar Noer|1982|pp=43}} Isi majalah ''Al-Munir'' secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian; tajuk rencana, surat kiriman, tanya jawab,
''Al-Munir'' giat menyerukan kepada umat Islam untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni dengan menghapuskan taqlid serta menentang praktik [[bidah|bi'dah]] dan [[khurafat]].{{sfn|Yudi Latif|2005|pp=182}}{{sfn|Luthfi Assyaukanie|2009|pp=38}} Selain itu, majalah ini mengargumentasikan kesesuaian Islam dengan sains dan rasionalitas modern. Melalui ''Al-Munir'', para ulama dari Kaum Muda mengemukakan ijtihad mereka terhadap beberapa masalah yang sebelumnya diharamkan oleh ulama tradisional, seperti dibolehkannya berfoto
== Berhenti terbit ==
''Al-Munir'' berhenti terbit pada 1915.{{sfn|Burhanuddin Daya|1990|pp=119}} Pada edisi terakhir tertanggal 15 Rabiulawal 1333 <small><nowiki>[</nowiki>Kalender Masehi: 31 Januari 1915<nowiki>]</nowiki></small> ditampilkan karangan perpisahan dengan judul "Khatama". Dalam karangan itu dinyatakan bahwa "''Al-Munir'' tak dapat dilanjutkan lagi. Namun, kepada pembaca dan masyarakat Islam dianjurkan agar terus menambah ilmunya dengan rajin membaca."{{sfn|Rusydi Hamka|1986|pp=72}} Terhentinya penerbitan majalah ini
Tiga tahun setelah berakhirnya ''Al-Munir'', [[Sumatra Thawalib]] (atas usulan [[Abdul Karim Amrullah]]
== Penerimaan ==
[[Berkas:PDIKM 770 Majalah Al Moenir.pdf|hal=147|jmpl|
Oplah ''Al-Munir'' berkisar 2.000 eksemplar. Daerah jangkauannya meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Kehadiran ''Al-Munir'' disusul banyak majalah berbasis Islam di berbagai daerah [[Minangkabau]]. [[Adabiyah School]] di Padang menerbitkan majalah ''Al-Akhbar''. Jaringan [[Sumatra Thawalib]] di berbagai daerah menerbitkan majalah yang diedarkan terbatas, seperti ''[[Al-Bayan (majalah)|Al-Bayan]]'' di [[Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek|Parabek]], ''Al-Basyir'' di [[Sungayang]], ''Al-Ittiqan'' di [[Maninjau]], dan ''Al-Imam'' di [[Darul Funun|Padang Japang]].{{sfn|Junus|1980|pp=82}} Begitu pula kalangan ulama konservatif, yang belakangan dijuluki Kaum Tua, menerbitkan majalah tandingan, seperti ''Suluh Malayu'' di bawah pimpinan [[Syekh Khatib Ali]], dan ''[[Al-Mizan (majalah)|Al-Mizan]]'' di bawah pimpinan Haji Abdul Majid dan Hasan Basri.{{sfn|Rusydi Hamka|1986|pp=72}}
Baris 70 ⟶ 89:
:* Syamsuri Ali (1997). ''Al-Munir dan Wacana Pembaharuan Pemikiran Islam 1911–1915''. Padang: IAIN Imam Bonjol.
:* [[Yudi Latief]] (2005). ''Inteligensia Muslim dan Kuasa''. Mizan Pustaka. ISBN 979-433-400-6.
:* Yusuf Abdullah Puar (1989). ''Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah.'' Pustaka Antara. ISBN 979-
{{refend}}
Baris 76 ⟶ 95:
[[Kategori:Majalah Islam]]
[[Kategori:Islam di Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:Sejarah Minangkabau]]
|