Alex Kawilarang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(32 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Nama Minahasa|[[Marga Minahasa#K|Kawilarang]]}}
{{Infobox Officeholder
| name = Alex Evert Kawilarang
Baris 16 ⟶ 17:
| predecessor2 = ''tidak ada, jabatan baru''
| successor2 = [[Maludin Simbolon]]
<!----- T.T.L. dan kehidupan pribadi ---->
| birth_date = {{birth date|1920|2|23}}
| birth_place = {{negara[[Jatinegara, Jakarta Timur|belanda}}Meester Cornelis]], [[Batavia]], [[Hindia Belanda]]
| children = [[A. Edwin Kawilarang]]
| death_date = {{death date and age|2000|6|6|1920|2|23}}
| death_place = {{negara|indonesia}} [[JakartaRumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo|R.S.C.M.]], [[IndonesiaKenari, Senen, Jakarta Pusat]]
| resting_place = [[Taman Makam Pahlawan Cikutra]]
| allegiance = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
| serviceyears = 1945–1961
| rank = [[BerkasFile:Pdu19-TNI koloneltni stafArmy-BG.pngsvg|25px| ]] [[Brigadir Jenderal]] [[KolonelTNI]]{{br}}Panglima Besar ([[Permesta]])
| unit = [[KNIL]] (1941–1942)<br />[[Kodam III/Siliwangi|TT III/Siliwangi]] (1946–1948 & 1951–1956)<br />[[Kodam I/Bukit Barisan|TT I/Bukit Barisan]] (1948–1950)<br />[[Kodam XIV/Hasanuddin|TT VII/Wirabuana]] (1950–1951)<br />Permesta (1958–1961)
| commands = TT I/Bukit Barisan (TNI)<br />TT III/Siliwangi (TNI)<br />TT VII/Wirabuana (TNI)<br />Permesta
Baris 31 ⟶ 35:
| laterwork =
}}
[[KolonelBrigjen]] [[Infanteri|Inf.]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Alexander Evert Kawilarang''' ({{lahirmati|[[Batavia]], kini [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]])|23|2|1920|Jakarta|6|6|2000}}) adalah seorang perwira [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI) masa [[Revolusi Nasional Indonesia]] dan mantan anggota [[KNIL]]. Ia juga adalah pendiri ''Kesko TT'' yang kemudian menjadi [[Kopassus]]. Pada tahun 1958 ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai atase militer di [[Amerika Serikat]] untuk bergabung dengan pemberontakan [[Permesta]] di mana ia harus melawan pasukan Kopassus yang ia bentuk sebelumnya. Keterlibatannya dalam Permesta menghentikan karier militernya dengan [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]], tetapi ia tetap populer dan aktif dalam komunitas angkatan bersenjata sampai masa tuanya.
 
== Kehidupan awal ==
Kawilarang lahir di Meester Cornelis (sekarang [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]) pada tanggal 23 Februari 1920.<ref name="Simatupang 1972 p. 126">[[#Simatupang1972|Simatupang (1972)]], p. 126.</ref> Ia lahir dari sebuah keluarga militer. Ayahnya, Alexander Herman Hermanus Kawilarang, adalah seorang mayor [[KNIL]].<ref>[[#Matanasi2011|Matanasi (2011)]], p. 46.</ref> Ibunya adalah Nelly Betsy Mogot.<ref name="Ramadhan KH 1988 p. 13">[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 13.</ref> Kedua orang tuanya berasal dari [[Remboken, Minahasa|Remboken]] di [[Sulawesi Utara]]. Kawilarang adalah seorang [[suku Minahasa]] dari sub-suku Toulour. Dia juga merupakan sepupu dari [[Daan Mogot]], direktur [[Akademi Militer Tangerang]] yang tewas dalam [[Pertempuran Lengkong]] yang berupaya melucuti depot tentara [[Jepang]] pada tahun 1946.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 65.</ref>
 
Kawilarang mengikuti sistem pendidikan Eropa yang komprehensif. Ia menempuh pendidikan dasarnya di sebuah [[Europeesche Lagere School]] (ELS), mula-mula di [[Candi, Candisari, Semarang|Tjandi]], [[Kota Semarang|Semarang]] dan kemudian di [[Kota Cimahi|Tjimahi]], [[Jawa Barat]].<ref>[[#Ramadhan1988| name="Ramadhan KH (1988)]], p. 13.<"/ref> Selesai dari situ, ia melanjutkan ke ''[[Hoogere Burgerschool te Bandoeng]]'' ([[HBS]] [[Bandung]], sekarang ditempati [[SMA Negeri 3 Bandung]] dan [[SMA Negeri 5 Bandung]]), setara dengan [[SMP]]/[[SMA]] yang lamanya 5 tahun.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 14.</ref>
Kawilarang lahir di Meester Cornelis (sekarang [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]) pada tanggal 23 Februari 1920.<ref>[[#Simatupang1972|Simatupang (1972)]], p. 126.</ref> Ia lahir dari sebuah keluarga militer. Ayahnya, Alexander Herman Hermanus Kawilarang, adalah seorang mayor [[KNIL]].<ref>[[#Matanasi2011|Matanasi (2011)]], p. 46.</ref> Ibunya adalah Nelly Betsy Mogot.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 13.</ref> Kedua orang tuanya berasal dari [[Remboken, Minahasa|Remboken]] di [[Sulawesi Utara]]. Kawilarang adalah seorang [[suku Minahasa]] dari sub-suku Toulour. Dia juga merupakan sepupu dari [[Daan Mogot]], direktur [[Akademi Militer Tangerang]] yang tewas dalam [[Pertempuran Lengkong]] yang berupaya melucuti depot tentara [[Jepang]] pada tahun 1946.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 65.</ref>
 
Kawilarang mengikuti sistem pendidikan Eropa yang komprehensif. Ia menempuh pendidikan dasarnya di sebuah [[Europeesche Lagere School]] (ELS), mula-mula di [[Candi, Candisari, Semarang|Tjandi]], [[Kota Semarang|Semarang]] dan kemudian di [[Kota Cimahi|Tjimahi]], [[Jawa Barat]].<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 13.</ref> Selesai dari situ, ia melanjutkan ke ''[[Hoogere Burgerschool te Bandoeng]]'' ([[HBS]] [[Bandung]], sekarang ditempati [[SMA Negeri 3 Bandung]] dan [[SMA Negeri 5 Bandung]]), setara dengan [[SMP]]/[[SMA]] yang lamanya 5 tahun.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 14.</ref>
 
Selesai dari pendidikan menengahnya, Kawilarang mengikuti jejak ayahnya dan masuk pendidikan militer, mula-mula di Korps Pendidikan Perwira Cadangan KNIL (''Corps Opleiding Reserve Officeren'', CORO) pada tahun 1940, yang dilanjutkannya ke Akademi Militer Kerajaan (''Koninklijk Militaire Academie'') darurat di Bandung dan [[Kabupaten Garut|Garut]], [[Jawa Barat]] dari tahun 1940 sampai 1942. Teman-teman sekelasnya termasuk [[Abdul Haris Nasution|AH Nasution]] dan [[T.B. Simatupang|TB Simatupang]].<ref>[[#Anderson1972|Anderson (1972)]], p. 234.</ref> Setelah lulus, Kawilarang ditempatkan di [[Magelang]] sebagai komandan peleton dan kemudian ditugaskan kembali ke Bandung sebagai instruktur.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], pp. 16, 17.</ref> Kelak ia juga sempat mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando AD ([[Seskoad|SSKAD]]) di Jakarta.{{fact}}
 
Selama [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]], orang-orang [[Manado]], [[Ambon]], dan [[Orang Indo|Indo]] sering ditangkap secara acak karena kedekatan mereka dengan [[Belanda]]. Banyak yang disiksa dengan kejam oleh polisi militer Jepang (''[[Kempeitai]]''). Kawilarang disiksa beberapa kali oleh pasukan [[Jepang]] pada tahun 1943 dan 1944. Dia selamat, tetapi menderita cacat seumur hidup di lengan kanannya dan banyak bekas luka.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 25.</ref> Pada tahun 1944, ayah Kawilarang diduga tewas ketika ia menjadi seorang tawanan di kapal kargo Jepang ''[[Tragedi Junyo Maru|Junyo Maru]]'' (lihat kartu tahanan ayahnya di situs [https://www.openarch.nl/show.php?archive=ghn&identifier=7ee75cc2-b9a7-4400-b72f-dbc4fa35c808&lang=en Arsip Nasional Belanda]). Kapal itu membawa 3.000 tawanan Manado, Ambon, Indo-Eropa, Belanda, [[Inggris]], [[Australia]], dan [[Amerika Serikat]], dan juga lebih dari 3.500 [[Romusha]] ketika kapal itu ditenggelamkan oleh sebuah kapal selam Inggris bernama HMS Tradewind.<ref>[[#Simatupang1972| name="Simatupang (1972)]], p. 126.<"/ref>
 
Untuk sisa masa perang, Kawilarang bekerja di [[Sumatra]], yang terakhir adalah sebagai kepala pabrik karet di Tanjung Karang (sekarang [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]]) di [[SumatraSumatera Selatan]].<ref>[[#Simatupang1972| name="Simatupang (1972)]], p. 126.<"/ref><ref>[[#Anderson1972|Anderson (1972)]], p. 425.</ref>
 
== Revolusi Nasional Indonesia ==
 
[[Berkas:Alex Kawilarang Transfer of Sovereignty in Tapanuli 1949.jpg|jmpl|200px|Kawilarang (kedua dari kiri) menerima transfer kedaulatan di [[Tapanuli]]]]
 
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal 11 Desember 1945 Kawilarang menjadi perwira penghubung dengan pasukan [[Inggris]] di Jakarta dengan pangkat [[mayor]].{{cn}} Pada bulan Oktober 1945, ia ditugaskan sebagai staf Komandemen I [[Jawa Barat]] di [[Purwakarta]].<ref>[[#Anwar2004|Anwar (2004)]], p. 253.</ref> Pada bulan Januari 1946, ia menjadi Kepala Staf Resimen Infanteri Bogor Divisi II Jawa Barat dengan pangkat [[letnan kolonel]].<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 61.</ref> Pada bulan Agustus 1946, ia menjadi komandan Brigade II/Surya Kencana yang meliputi [[Kota Sukabumi|Sukabumi]], [[Kota Bogor|Bogor]], dan [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]]. Brigade ini termasuk dalam [[Divisi Siliwangi]] yang baru terbentuk.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 93.</ref><ref>[[#Gayantari2007|Gayantari (2007)]], p. 30.</ref> Ia memimpin brigade ini selama [[Agresi Militer Belanda I]]. Dia juga sempat memimpin secara singkat Brigade I/Tirtayasa ketika brigade tersebut dipindahkan ke [[Yogyakarta]].<ref>[[#Simatupang1972| name="Simatupang (1972)]], p. 126.<"/ref>
 
Pada pertengahan tahun 1948, Kawilarang termasuk dalam kontingen pemerintah dan pejabat militer ke [[Bukittinggi]] di [[SumatraSumatera Barat]]. Langkah ini untuk mengantisipasi agresi militer Belanda yang kedua dan untuk mempersiapkan pembentukan pemerintah darurat Indonesia di luar Jawa. Pada tanggal 28 November 1948 Kawilarang menjabat sebagai Komandan Sub Teritorium VII/[[Keresidenan Tapanuli|Tapanuli]], [[Sumatra Timur]] bagian selatan. Salah satu tugasnya adalah menghentikan pertikaian antar kelompok tentara di daerah itu.<ref>[[#Abin2016|Abin (2016)]], pp. 149, 150.</ref> Pada tanggal pada 1 Januari 1949 pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]], Kawilarang juga ditunjuk sebagai Wakil Gubernur Militer PDRI untuk wilayah yang sama dengan [[Ferdinand LumbantobingLumban Tobing]] ditunjuk sebagai Gubernur.<ref>[[#Simatupang1972|Simatupang (1972)]], p. 238.</ref><ref>[[#Suprayitno2011|Suprayitno (2011)]], p. 96.</ref>
 
Pada 28 Desember 1949 ia menjabat sebagai Gubernur Militer wilayah [[Aceh]] dan [[SumatraSumatera Utara]] merangkap Wakil Koordinator Keamanan dengan pangkat [[kolonel]]. Pada 21 Februari 1950, ia mendapatkan kepercayaan tambahan sebagai Panglima [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Tentara dan Territorium (TT) I/Bukit Barisan]] yang berkedudukan di [[Medan]] untuk mengantisipasi pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia setelah [[Konferensi Meja Bundar]].<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 176.</ref> Selama kariernya, Kawilarang juga pernah menjadi panglima teritorial di dua komando daerah penting lainnya: Tentara dan Territorium VII/Indonesia Timur (sekarang [[Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin|Kodam XIV/Hasanuddin]]) pada bulan 15 April 1950 dan Tentara dan Territorium III/Siliwangi (sekarang [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi|Kodam III/Siliwangi]]) pada bulan 10 November 1951.<ref>[[#Indonesia1983|Indonesia (April 1983)]], pp. 114, 118.</ref> Pada tanggal 17 Oktober 1952, Kawilarang bersama-sama dengan sejumlah tokoh militer lainnya (antara lain AH Nasution dan TB Simatupang) terlibat dalam apa yang dikenal sebagai [[Peristiwa 17 Oktober]], yang menentang campur tangan pemerintah dalam urusan militer.{{cn}}
 
== Pasukan Ekspedisi ke Indonesia Timur ==
 
[[Berkas:Kawilarang and Suharto.jpg|jmpl|200px|Kawilarang (tengah) dengan [[Soeharto]] (kanan)]]
 
[[Berkas:Kawilarang and Rijadi Harian Umum 27 November 1950 p1.jpg|jmpl|200px|Kawilarang (kiri) dengan [[Slamet Rijadi]] di [[Ambon]]]]
 
Dalam usia yang baru menginjak 30 tahun, Kawilarang diangkat sebagai Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi pada tanggal 15 April 1950.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 8.</ref> Ia ditugaskan untuk menumpas pemberontakan dari mantan pasukan [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|KNIL]] yang termasuk di antaranya [[Andi Azis]] di [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]]. Pasukan ekspedisi ini terdiri dari beberapa brigade, termasuk yang dipimpin oleh [[Suharto]] dan [[Joop Warouw]].<ref>[[#vanDijk1981|van Dijk (1981)]], p. 165.</ref> Pada tanggal 8 Agustus 1950, pertempuran berhenti setelah terjadi negosiasi antara Kawilarang dan Jenderal Belanda bernama Scheffelaar.<ref>[[#RIIA1950|RIIA (1950)]], p. 538.</ref>
 
Pada waktu yang sama, Kawilarang juga mengorganisikan kekuatan melawan pemberontakan [[Kahar Muzakkar]] dan gerakan separatis [[Republik Maluku Selatan]] (RMS). Pertempuran di [[Maluku]] lebih sengit karena lawannya adalah mantan tentara KNIL asal Maluku yang tergabung dalam pasukan ''Green Caps''.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], pp. 6, 9.</ref> Pada akhirnya perlawanan dapat ditumpas pada bulan November 1950. Kolonel [[Slamet Riyadi]] merupakan salah satu komandan pasukan di bawah Kawilarang yang tewas pada hari terakhir kampanye militer tersebut.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 10.</ref>
 
== Menampar Soeharto ==
Pada waktu menjabat sebagai Panglima TT VII/Indonesia Timur, Kawilarang baru saja melapor kepada Presiden [[Soekarno]] bahwa keadaan di [[Kota Makassar|Makassar]] sudah aman. Namun Soekarno malah menyodorkan sebuah [[radiogram]] yang baru saja diterimanya yang melaporkan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar. Ternyata Brigade Mataram, pasukan yang seharusnya mempertahankan kota Makassar, telah melarikan diri ke [[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Lapangan Udara Mandai]]. Kawilarang marah besar dan segera kembali ke Makassar. Setibanya di lapangan udara ia langsung memarahi komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto, sambil menempelengnya. Dalam satu wawancara, Kawilarang membantah bahwa ia menyerang Soeharto, tetapi ia mengakui bahwa dia harus menegurnya pada waktu itu.<ref>[[#Jenkins1984|Jenkins (1984)]], p. 200.</ref>
 
== Kopassus ==
Pengalaman pertempuran di Maluku mendorong Kawilarang untuk membentuk pasukan yang menjadi cikal bakal Komando Pasukan Khusus (Kopassus).<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 16.</ref> Beberapa sumber mencatat bahwa ide pasukan khusus ini adalah gagasan Kawilarang dan [[Slamet Rijadi|Riyadi]].<ref>[[#TEMPO2002|TEMPO (2002)]], p. 20.</ref><ref>[[#Sebastian2006|Sebastian (2006)]], p. 172.</ref> Pada 15 April 1952, Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT) di [[Batujajar, Bandung Barat|Batujajar]], [[Jawa Barat]], ketika ia menjadi Panglima TT III/Siliwangi.<ref>[[#Kingsbury2003|Kingsbury (2003)]], p. 94.</ref> Dia meminta [[Idjon Djanbi|Moch. Idjon Djanbi]], seorang mantan komando KNIL, untuk melatih unit tersebut.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 19.</ref> Pada tahun 1999, setahun sebelum kematiannya, Kawilarang menjadi anggota kehormatan Kopassus dan menerima baret merah dalam upacara memperingati ulang tahun ke-47 Kopassus.<ref>[[#Kompas2000|Kompas (8 Juni 2000)]].</ref>
 
== Atase Militer di Amerika Serikat ==
Pada bulan Agustus 1956, Mayjen Nasution sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]] menunjuk Kawilarang sebagai Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat dengan pangkat [[brigadir jenderal]].<ref name="Vey 1971 p. 161">[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 161.</ref> Terdapat sumber yang mengatakan bahwa tujuan pengangkatan Kawilarang sebagai atase militer adalah menghilangkan pengaruhnya sebagai Panglima TT III/Siliwangi di Jawa Barat sehingga kedudukan panglima bisa dipegang oleh seorang perwira yang tidak akan mengancam Nasution atau bahkan seorang yang pro-Nasution.<ref>[[#Vey1971| name="Vey (April 1971)]], p. 161.<"/ref><ref>[[#Kahin1995|Kahin (1995)]], p. 51.</ref><ref>[[#Hill2010|Hill (2010)]], pp. 47, 49</ref> Langkah serupa dilakukan Nasution dengan mengganti Panglima TT VII/Indonesia Timur dari [[Joop Warouw]] ke [[Ventje Sumual]].<ref>[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 160.</ref><ref>[[#Morrison1999|Morrison (1999)]], p. 9.</ref> Hanya sehari sebelum upacara serah-terima jabatan, Kawilarang memerintahkan penangkapan [[Menteri Luar Negeri]] [[Ruslan Abdulgani]] karena kegiatannya yang diduga korupsi.<ref name="Kroef 1957 p. 49">[[#vanderKroef1957|van der Kroef (April 1957)]], p. 49.</ref> Langkah ini didukung oleh [[Zulkifli Lubis]] yang merupakan lawan dari Nasution.<ref>[[#Hill2010|Hill (2010)]], p. 47</ref> Nasution akhirnya membatalkan perintah Kawilarang dan Abdulgani dibebaskan.<ref>[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 162.</ref> Mengenai penunjukan ke Washington, Kawilarang sendiri menyatakan bahwa posisi itu ditawarkan oleh Nasution dan ia menerimanya karena Kawilarang ingin memperoleh lebih banyak pengetahuan militer di luar negeri.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 285.</ref>
 
Pada bulan Agustus 1956, Mayjen Nasution sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]] menunjuk Kawilarang sebagai Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat dengan pangkat [[brigadir jenderal]].<ref>[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 161.</ref> Terdapat sumber yang mengatakan bahwa tujuan pengangkatan Kawilarang sebagai atase militer adalah menghilangkan pengaruhnya sebagai Panglima TT III/Siliwangi di Jawa Barat sehingga kedudukan panglima bisa dipegang oleh seorang perwira yang tidak akan mengancam Nasution atau bahkan seorang yang pro-Nasution.<ref>[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 161.</ref><ref>[[#Kahin1995|Kahin (1995)]], p. 51.</ref><ref>[[#Hill2010|Hill (2010)]], pp. 47, 49</ref> Langkah serupa dilakukan Nasution dengan mengganti Panglima TT VII/Indonesia Timur dari [[Joop Warouw]] ke [[Ventje Sumual]].<ref>[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 160.</ref><ref>[[#Morrison1999|Morrison (1999)]], p. 9.</ref> Hanya sehari sebelum upacara serah-terima jabatan, Kawilarang memerintahkan penangkapan [[Menteri Luar Negeri]] [[Ruslan Abdulgani]] karena kegiatannya yang diduga korupsi.<ref>[[#vanderKroef1957|van der Kroef (April 1957)]], p. 49.</ref> Langkah ini didukung oleh [[Zulkifli Lubis]] yang merupakan lawan dari Nasution.<ref>[[#Hill2010|Hill (2010)]], p. 47</ref> Nasution akhirnya membatalkan perintah Kawilarang dan Abdulgani dibebaskan.<ref>[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 162.</ref> Mengenai penunjukan ke Washington, Kawilarang sendiri menyatakan bahwa posisi itu ditawarkan oleh Nasution dan ia menerimanya karena Kawilarang ingin memperoleh lebih banyak pengetahuan militer di luar negeri.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 285.</ref>
 
== Permesta ==
Baris 79:
{{utama|Permesta}}
 
Karena adanya ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat karena (di antaranya) kurangnya otonomi daerah, maka pada tanggal 2 Maret 1957, Ventje Sumual mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta dan gerakan [[Permesta]].<ref>[[#Harvey2009|Harvey (2009)]], p. 15.</ref> Pusat gerakan tersebut adalah di Manado dan [[Minahasa]] di Sulawesi Utara. Gerakan ini bersatu dengan gerakan terpisah di Sumatra yang disebut [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI). Kawilarang memantau situasi dari [[Washington, D.C.|Washington]] dan kemudian menyimpulkan bahwa pemerintah pusat di Jawa yang menjadi penyebab krisis regional tersebut.<ref>[[#Harvey2009|Harvey (2009)]], p. 103.</ref> Pada bulan Maret 1958, ia memberi tahu [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat|Duta Besar Indonesia untuk AS]], Murkoto[[Moekarto Notowidigdo|Mukarto]], bahwa ia akan berangkat ke Sulawesi Utara.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 292.</ref> Ia meninggalkan jabatannya pada 22 Maret 1958.<ref>[[#vanderKroef1957|van der name="Kroef (April 1957)]], p. 49.<"/ref> Sekembalinya ke tanah air, ia menjabat sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI (1958) dan Kepala Staf Angkatan Perang APREV (Angkatan Perang Revolusi) PRRI, dengan pangkat [[Mayor Jenderal|mayor jenderal]] dari Februari 1959 hingga Februari 1960. Ada juga sumber lain yang mengatakan bahwa Kawilarang belum sepenuhnya menerima sisi PRRI karena menurutnya PRRI sejalan dengan ekstrimis agama.<ref name="Conboy 2003 pp. 50, 51">[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], pp. 50, 51.</ref><ref name="Harvey 2009 p. 123">[[#Harvey2009|Harvey (2009)]], p. 123.</ref> Kawilarang adalah satu-satunya perwira yang tidak segera diberhentikan oleh pemerintah pusat secara tidak hormat atas partisipasi mereka dalam Permesta dan PRRI.<ref>[[#Lev1966|Lev (1966)]], pp. 54, 55.</ref> Karena keraguannya terhadap PRRI, pemerintah pusat masih berharap bahwa dia akan berubah pikiran.<ref>[[#Conboy2003| name="Conboy (2003)]], pp. 50, 51.<"/ref><ref>[[#Harvey2009| name="Harvey (2009)]], p. 123.<"/ref> Namun ia tetap mendukung Permesta dan menjadi Panglima angkatan bersenjata Permesta.<ref>[[#Asnan2006|Asnan et al. (2006)]], p. 140.</ref><ref>[[#Johnson2015|Johnson (2015)]], p. 206.</ref>
 
Pada tahun 1961 pasukan dari pemerintah pusat berhasil meredam perlawanan pasukan Permesta. Pasukan dari Jakarta ini terdapat perwira-perwira yang dulu di bawah pimpinan Kawilarang.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 51.</ref> Konflik ini dapat diselesaikan secara damai melalui upaya [[Frits Johannes Tumbelaka|FJ Tumbelaka]]. Beberapa upacara diadakan pada bulan April dan Mei 1961 di mana pemerintah Indonesia secara resmi menerima kembali pasukan Permesta. Kawilarang berpartisipasi dalam upacara pada tanggal 14 April yang dihadiri oleh Mayjen [[Hidajat Martaatmadja|Hidayat]] dan Brigjen [[Achmad Yani]] dari TNI, keduanya kenal baik dengan Kawilarang.<ref>[[#Palohoon2017|Palohoon (Mei 2017)]].</ref> Namun menurut Kawilarang, sebelumnya telah tercapai kesepakatan bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak TNI untuk bersama-sama menghadapi pihak [[komunisme|komunis]] di Jawa. Karenanya, Kawilarang merasa menyesal ketika Nasution tidak menepati janjinya.
Baris 95:
== Keluarga ==
 
Kawilarang menikah dua kali. Pertama dengan Petronella Isabella van Emden pada tanggal 16 Oktober 1952.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 272.</ref> Mereka bercerai pada tahun 1958. Kedua dengan Henny Olga Pondaag, mantan istri [[Ventje Sumual]], sahabatnya dalam perjuangan Permesta. Dari pernikahannya yang pertama, ia memperoleh dua orang anak: Aisabella Nelly Kawilarang dan [[A. Edwin Kawilarang|Alexander Edwin Kawilarang]]. Dari pernikahannya yang kedua, ia memperoleh seorang anak yakni Pearl Hazel Kawilarang.
 
== Referensi ==
Baris 136:
| date = 1972
| title = Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944–1946
| url = https://archive.org/details/javaintimeofrevo0000ande
| trans-title = Jawa pada Masa Revolusi: Pendudukan dan Perlawann, 1944–1946
| language = Inggris
Baris 189 ⟶ 190:
| title = Ketat dan Semarak di Pacuan AE Kawilarang Memorial 2017, Hingga Hujanpun tak Dihiraukan
| url = http://www.tribunnews.com/sport/2017/01/23/ketat-dan-semarak-di-pacuan-ae-kawilarang-memorial-2017-hingga-hujanpun-tak-dihiraukan
| newspaper = Tribun News
| access-date = 27 Desember 2017
| ref = Bramantoro2017
}}
Baris 211 ⟶ 212:
| first = Cornelius
| title = Rebellion Under the Banner of Islam: The Darul Islam in Indonesia
| url = https://archive.org/details/rebellionunderba0000dijk
| trans-title = Pemberontakan di bawah Spanduk Islam: Darul Islam di Indonesia
| publisher = Martinus Nijhoff
Baris 259 ⟶ 261:
| date = April 1983
| title = Indonesian Army Territorial Commanders 1950 -- March 1983
| url =https://archive.org/details/sim_indonesia_1983-04_35/page/109| trans-title = Panglima-Panglima Teritorial Tentara Angkatan Darat Indonesia 1950 -- Maret 1983
| journal = Indonesia
| volume = 35
Baris 311 ⟶ 313:
| authorlink2 = George McTurnan Kahin
| title = Subversion as Foreign Policy: The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia
| url = https://archive.org/details/subversionasfore0000kahi
| trans-title = Subversi sebagai Kebijakan Luar Negeri: Bencana Rahasia Eisenhower dan Dulles di Indonesia
| year = 1995
Baris 325 ⟶ 328:
| date = 2003
| title = Power Politics and the Indonesian Military
| url = https://archive.org/details/powerpoliticsind0000king
| trans-title = Politik Kekuasaan dan Militer di Indonesia
| location = London
Baris 363 ⟶ 367:
| date = May 1958
| title = Disunited Indonesia (II)
| url = https://archive.org/details/sim_far-eastern-survey_1958-05_27_5/page/73
| trans-title = Indonesia yang Terpecah Belah (II)
| language = Inggris
Baris 396 ⟶ 401:
 
* {{cite report
| date = 2011
| title = Daftar Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instrucksi Presiden
| url = http://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2011/10/03/p/e/perpres-keppres-inpres_1947-2011.pdf
| publisher = Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
| ref = Depdagri2011
| access-date = 2018-06-03
| archive-date = 2018-04-04
| archive-url = https://web.archive.org/web/20180404095413/http://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2011/10/03/p/e/perpres-keppres-inpres_1947-2011.pdf
| dead-url = yes
}}
 
Baris 424 ⟶ 433:
| newspaper = Berita Manado
| location =
| access-date = 18 November 2017
| ref = Palohoon2017
}}
 
Baris 534 ⟶ 543:
| date = April 1971
| title = The Post-Revolutionary Transformation of the Indonesian Army
| url = https://archive.org/details/sim_indonesia_1971-04_11/page/131
| trans-title = Transformasi Angkatan Darat Indonesia Pasca Revolusi
| journal = Indonesia
Baris 558 ⟶ 568:
 
{{DEFAULTSORT:Kawilarang, Alexander Evert}}
[[Kategori:TokohPejuang darikemerdekaan JakartaIndonesia]]
[[Kategori:Tokoh Permestamiliter Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh SangirTNI]]
[[Kategori:Tokoh Minahasa]]
[[Kategori:Marga Kawilarang]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer VII/Wirabuana]]
[[Kategori:Tokoh Kopassus]]
[[Kategori:Tokoh Sangir]]
[[Kategori:Tokoh Minahasa]]
[[Kategori:Marga Kawilarang]]
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Tokoh Permesta]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]