Ali bin Husain: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k WPCleaner v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Karakter kontrol Unicode - Pranala sama dengan teksnya)
k clean up
Baris 37:
Beberapa sejarawan Sunni, termasuk [[Ibnu Sa'ad]], [[Ibnu Qutaibah]], [[Ahmad bin Yahya bin Jabir al-Baladzuri|al-Baladzuri]] dan [[Ibnu Jarir ath-Thabari|at-Thabari]], menyebut Zainal Abidin sebagai Ali al-Asghar. Kadi an-Nu'man menyebut Zainal Abidin Ali al-Akbar, kakak tertua.<ref name="Kohlberg"/>
 
[[Kunya]] Ali adalah Abu al-Ḥasan, Abu al-Ḥusain, Abū Muḥammad, Abū Bakar, dan Abu Abdullāh.<ref name="MadelungKohlberg"/><ref name="KohlbergMadelung"/> Dia diberi kehormatan Sajjad (orang yang terus-menerus bersujud dalam ibadah), serta Zainal Abidin (Perhiasan Orang yang Taat Beribadah), dan Zaki (yang murni).<ref name="Madelung"/>
 
== Kelahiran dan kehidupan awal ==
Baris 50:
Ali bin Husain bersama para wanita dan anak-anak digiring ke Kufah sebagai tawanan. Menurut [[Al-Shaykh Al-Mufid|al-Syekh al-Mufid]], mereka dibawa dengan unta telanjang, rantai dikalungkan di leher Ali yang berdarah, sementara dia dilenyapkan oleh penyakit. Wanita Kufah mulai menangis saat melihat para tawanan, dan Ali mengatakan bahwa, "Mereka menangis dan meratapi kita! Jadi siapa yang membunuh kita?"<ref>{{harvnb|Sharif al-Qarashi|2000|p=146}}</ref>
 
Ali dihadirkan di hadapan [[Ubaidillah bin Ziyad]] sebagai tawanan. Ketika Ibnu Ziyad memintanya untuk memperkenalkan diri, dia menjawab, "Saya Ali bin Husain." Ibnu Ziyad kali ini bertanya, “Bukankah Allah membunuh Ali bin Husain?” Dia menjawab, "Dulu aku punya kakak laki-laki yang juga bernama Ali, yang kamu bunuh." "Tuhan membunuhnya," teriak Ibnu Ziyad. Ali kemudian mengutip sebuah ayat Quran, dengan alasan bahwa Tuhan mengambil jiwa pada saat kematian, menyiratkan bahwa Tuhan tidak membunuh manusia. Ibnu Ziyad meledak dalam kemarahan dan memerintahkan dia untuk dieksekusi. Dia, bagaimanapun, diselamatkan oleh intervensi [[Zainab binti Ali|Zainab]].<ref name="Madelung"/><ref>{{harvnb|Sharif al-Qarashi|2000|p=148}}</ref><ref name="Madelung"/>
==== Di Damaskus ====
Ali bin Husain dan para wanita kemudian dikirim ke Yazid di [[Damaskus]]. Diriwayatkan bahwa Yazid, membawa tawanan di hadapan orang-orang yang berkumpul di istananya, kemudian meminta seseorang untuk memberikan pidato menentang Husain dan pemberontakannya, setelah itu Ali bin Husain meminta Yazid untuk menyampaikan pidato yang diridhai Allah dan membawa kebaikan kepada orang-orang yang dihadirkan di sana. Atas desakan masyarakat, Yazid menerimanya. Ali memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan dirinya dan keluarganya, [[Ahlul Bait]], secara efektif kepada orang-orang yang belum mengenalnya dengan baik. Yazid menjadi khawatir, untuk menyela, memerintahkan muazin untuk memanggil orang-orang untuk sholat. Ketika [[Muazin|muadzin]] berteriak, “Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”, Ali bin Husain bertanya:<ref>{{harvnb|Sharif al-Qarashi|2000|pp=153–157}}</ref>
Baris 60:
Setelah tragedi Karbala, Zainal Abidin menjalani kehidupan yang terisolasi di [[Madinah]], membatasi dirinya pada lingkaran terbatas pengikutnya, yang merujuk dia untuk masalah agama.<ref name="Donaldson"/> Dia menjauhkan diri dari kegiatan politik, mendedikasikan waktunya untuk sholat, yang membuatnya mendapatkan gelar kehormatan Zainal Abidin dan Sajjad.<ref name="Kohlberg"/><ref name="Madelung"/> Menurut Chittick, Zainal Abidin menghabiskan waktunya dalam ibadah dan pembelajaran, seorang ahli hukum dan [[Hadis|hadits]], dan paling dikenal karena karakter dan kesalehannya.<ref name="Chittick 2009 11">{{Harvnb|Chittick|2009|p=11}}</ref>
 
Beberapa catatan mencatat kesedihan mendalam Zainal Abidin atas pembantaian tersebut. Dikatakan bahwa, selama tiga puluh empat tahun setelah peristiwa di Karbala, Ali akan menangis ketika makanan dihidangkan di hadapannya. Suatu hari seorang pelayan berkata kepadanya, "Wahai putra Rasulullah! Bukankah sudah waktunya kesedihanmu berakhir?" Dia menjawab, "Oh, Anda tidak melakukan keadilan dengan mengatakan ini! [[Yakub (tokoh Al-Qur'an)|Yakub]], sang nabi, memiliki dua belas anak, dan Tuhan membuat salah satu dari mereka menghilang. Matanya memutih karena menangis terus-menerus, kepalanya memutih karena kesedihan, dan punggungku menjadi bungkuk dalam kegelapan, meskipun putranya masih hidup. Tapi aku menyaksikan ayahku, saudara laki-lakiku, pamanku, dan tujuh belas anggota keluargaku dibantai di sekelilingku. Bagaimana kesedihanku harus berakhir?"<ref name="Imam Ali ib Husain 2009 10"/><ref>From Shaykh as-Sadooq, al-Khisal; quoted in al-Ameen, A’yan, IV, 195. The same is quoted from Bin Shahraashoob's Manaqib in Bihar al-Anwar, XLVI, 108; Cf. similar accounts, Ibid, pp.&nbsp;108–10</ref><ref name="Imam Ali ib Husain 2009 10"/><ref>{{harvnb|Sharif al-Qarashi|2000|p=163}}</ref><ref>{{Cite web|title=(Q12:84)|url=http://tanzil.net/#12:84|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20070611151726/http://tanzil.net:80/ |archive-date=11 June 2007 }}</ref>
 
=== Pertempuran al-Harrah ===