Allah (Kristen): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Tidak semua Kristen meyakini definisi Allah ini, sehingga saya menambahi kata "sebagian |
|||
(350 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Redirect|Tuhan dalam Kekristenan||Tuhan}}
{{for multi|penggunaan istilah "Allah" secara umum|Allah|penggunaan dalam sudut pandang Islam|Allah (Islam)}}
{{Tuhan}}{{Christianity|expanded=teologi}}
[[Berkas:Rublev Troitsa.jpg|jmpl|''Troitsa'', [[ikon]] [[Tritunggal|Tritunggal Mahakudus]] karya [[Andrei Rublev]], sekitar tahun 1400]]
'''Allah''' menurut sebagian [[Kekristenan]] adalah [[Ontologi|Wujud]] Mulia Raya Mahakekal yang [[Penciptaan menurut Kitab Kejadian|mencipta]] dan [[providensi ilahi|memelihara]] segala sesuatu.<ref name="Theokritoff 2010">{{cite book |author-last=Theokritoff |author-first=Elizabeth |year=2010 |origyear=2008 |chapter=Part I: Doctrine and Tradition – Creator and creation |chapter-url=https://books.google.com/books?id=jP2vivMSezMC&pg=PA63 |editor1-last=Cunningham |editor1-first=Mary B. |editor2-last=Theokritoff |editor2-first=Elizabeth |title=The Cambridge Companion to Orthodox Christian Theology |location=[[Cambridge]] dan Kota New York |publisher=[[Cambridge University Press]] |pages=63–77 |doi=10.1017/CCOL9780521864848.005 |isbn=9781139001977}}</ref><ref name="Young 2008">{{cite book |author-last=Young |author-first=Frances M. |author-link=Frances Young |year=2008 |chapter=Part V: The Shaping of Christian Theology – Monotheism and Christology |chapter-url=https://books.google.com/books?id=6UTfmw_zStsC&pg=PA452 |editor1-last=Mitchell |editor1-first=Margaret M. |editor1-link=Margaret M. Mitchell |editor2-last=Young |editor2-first=Frances M. |title=The Cambridge History of Christianity, Jilid 1: Origins to Constantine |location=[[Cambridge]] dan Kota New York |publisher=[[Cambridge University Press]] |pages=452–469 |doi=10.1017/CHOL9780521812399.027 |isbn=9781139054836}}</ref><ref name="Cross-Livingstone 2005">{{cite book |editor1-last=Cross |editor1-first=F. L. |editor1-link=F. L. Cross |editor2-last=Livingstone |editor2-first=E. A. |editor2-link=Elizabeth Livingstone |year=2005 |chapter=Doctrine of the Trinity |chapter-url=https://books.google.com/books?id=fUqcAQAAQBAJ&pg=PA1652 |title=The Oxford Dictionary of the Christian Church |location=[[Oxford]] dan Kota New York |publisher=[[Oxford University Press]] |edition=3, edisi revisi |doi=10.1093/acref/9780192802903.001.0001 |pages=1652–1653 |isbn=978-0-19-280290-3}}</ref><ref name="Schnelle 2005">{{cite book |author-last=Schnelle |author-first=Udo |author-link=Udo Schnelle |year=2005 |origyear=2003 |chapter=Part II: The Basic Structures of Pauline Thought – Theology: God as the Father of Jesus Christ |chapter-url=https://books.google.com/books?id=dh4MKI1QhCEC&pg=PA395 |title=Apostle Paul: His Life and Theology |location=[[Ada, Michigan]] |publisher=[[Baker Academic]] |edition=1 |pages=395–400 |isbn=9781441242006 |lccn=2005025534}}</ref> [[Umat Kristen]] percaya bahwa Allah itu [[transenden]] (sepenuhnya lepas dan terpisah dari jagat bendawi) sekaligus [[imanen]] (melibatkan diri di dalam jagat bendawi).<ref name=Leith55>''Basic Christian Doctrine'', John H. Leith (1 Januari 1992) {{ISBN|0664251927}} hlmn. 55-56</ref><ref name=Millard87 >''Introducing Christian Doctrine'' (edisi ke-2), Millard J. Erickson (1 April 2001) {{ISBN|0801022509}} hlmn. 87-88</ref> Ajaran-ajaran Kristen tentang imanensi Allah, keterlibatan Allah, dan cinta kasih Allah kepada umat manusia memungkiri keyakinan akan [[Panteisme|kesehakikatan Allah]] dengan jagat ciptaan-Nya,<ref name="Berkhof, L. 1963, hlm.61">Berkhof, L. ''Systematic Theology'', Penerbit Banner of Truth:1963, hlm.61</ref> tetapi meyakini bahwa hakikat keilahian Allah [[persatuan hipostatik|manunggal]] dengan kodrat kemanusiaan di dalam pribadi [[pandangan Kristen tentang Yesus|Yesus Kristus]] melalui peristiwa yang disebut "[[inkarnasi (Kekristenan)|inkarnasi]]".
Fikrah [[Gereja perdana|Kristen purba]] tentang Allah terjabarkan di dalam [[surat-surat Paulus]] maupun di dalam [[kredo|syahadat-syahadat Kristen]],<ref name="Schnelle 2005"/><ref name="Kelly 2006">{{cite book |author-last=Kelly |author-first=J. N. D. |author-link=John Norman Davidson Kelly |year=2006 |origyear=1950 |chapter=Part II: Creeds and Baptism |chapter-url=https://books.google.com/books?id=Titk-TEYqD4C&pg=PA30 |title=Early Christian Creeds |location=London dan Kota New York |publisher=[[Continuum International Publishing Group|Continuum International]] |edition=3 |pages=30–61 |doi=10.4324/9781315836720 |isbn=9781315836720 |s2cid=161264947}}</ref><ref name="BWell424">{{cite encyclopedia |author-last=Fotopoulos |author-first=John |year=2010 |title=Chapter 23: 1 Corinthians |editor-last=Aune |editor-first=David E. |editor-link=David Edward Aune |encyclopedia=The Blackwell Companion to the New Testament |location=[[Chichester, Sussex Barat]] |publisher=[[Wiley-Blackwell]] |pages=413–433 |doi=10.1002/9781444318937.ch23 |isbn=9781444318937}}</ref> yang menandaskan [[Monoteisme|kemahaesaan Allah]] serta [[kristologi|keilahian Yesus]].{{efn|Salah satu contohnya adalah [[1 Korintus]] 8:5-6({{Alkitab|1 Korintus 8:5-6}})<ref name="Alkitab|1 Korintus 8:5-6">{{Alkitab|1 Korintus 8:5-6}}</ref> "Sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di surga, maupun di bumi, dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian, namun bagi kita hanya ada [[Allah Bapa|satu Allah saja, yaitu Bapa]], yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu, dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan, dan yang karena Dia kita hidup.}}<ref name="Young 2008"/><ref name="Bernard 2019">{{cite book |last=Bernard |first=David K. |author-link=David K. Bernard |year=2019 |origyear=2016 |chapter=Monotheism in Paul's Rhetorical World |chapter-url=https://books.google.com/books?id=0AD1DwAAQBAJ&pg=PA53 |title=The Glory of God in the Face of Jesus Christ: Deification of Jesus in Early Christian Discourse |location=[[Leiden]] dan [[Boston]] |publisher=[[Brill Publishers]] |series=Journal of Pentecostal Theology: Supplement Series |volume=45 |pages=53–82 |isbn=978-90-04-39721-7 |issn=0966-7393}}</ref><ref name="Hurtado 2015">{{cite book |last=Hurtado |first=Larry W. |author-link=Larry Hurtado |year=2015 |origyear=1988 |chapter=Introduction: Early Christology and Chronology – Bab 5: The Early Christian Mutation |chapter-url=https://books.google.com/books?id=dS41CgAAQBAJ&pg=PA1 |title=One God, One Lord: Early Christian Devotion and Ancient Jewish Monotheism |location=London dan Kota New York |publisher=[[T&T Clark]] |edition=3 |pages=1–16, 97–130 |isbn=9780567657718}}</ref><ref name="Hurtado 2005">{{cite book |last=Hurtado |first=Larry W. |year=2005 |chapter=How on Earth Did Jesus Become a God? Approaches to Jesus-Devotion in Earliest Christianity |chapter-url=https://books.google.com/books?id=Xi5xIxgnNgcC&pg=PA13 |title=How on Earth Did Jesus Become a God? Historical Questions about Earliest Devotion to Jesus |location=[[Grand Rapids, Michigan]] dan [[Cambridge]], Inggris |publisher=[[Wm. B. Eerdmans]] |pages=13–55 |isbn=978-0-8028-2861-3}}</ref>
Meskipun beberapa sekte Kristen Purba, misalnya [[Ebionit|kaum Ebioni]], golongan sempalan [[umat Kristen Yahudi|Kristen Yahudi]], menggugat [[apotheosis|apoteosis]] Yesus,<ref>("Khotbah-Khotbah Klemens," xvi. 15)</ref> konsep bahwa Yesus itu [[homoousion|satu dengan Allah]] diterima umat [[Kekristenan Paulin|Kristen dari bangsa-bangsa non-Yahudi]] yang lebih banyak jumlahnya.<ref name="JE-Trinity">{{cite encyclopedia|title=TRINITY|url=http://www.jewishencyclopedia.com/articles/14519-trinity|encyclopedia=Jewish Encyclopedia|publisher=JewishEncyclopedia.com|access-date=22 Agustus 2013}}</ref> Inilah titik anjak [[umat Kristen Yahudi|perbedaan pandangan umat Kristen dari bangsa-bangsa non-Yahudi tentang Allah]] dari ajaran-ajaran Yahudi pada masa itu.<ref name="Hurtado 2015"/>
Wacana [[teologi Kristen|teologi]]s seputar atribut-atribut atau [[Atribut-atribut Allah menurut Kekristenan|sifat-sifat hakiki Allah]] sudah mencuat semenjak awal sejarah Kekristenan. Pada abad ke-2, [[Ireneus]] mengemukakan di dalam risalahnya bahwa "kemahabesaran Allah tidak kekurangan apa-apa, malah mewadahi segala-galanya".<ref name=Irena27/> Pada abad ke-8, [[Yohanes dari Damsyik]] menjabarkan delapan belas sifat hakiki Allah yang berterima luas sampai sekarang.<ref name=Globe352/> Seiring bergulirnya waktu, para teolog Kristen menghasilkan daftar-daftar sifat hakiki Allah yang sistematis. Ada yang mengacu kepada pernyataan-pernyataan di dalam Alkitab (misalnya [[doa Bapa Kami]] yang menyatakan bahwa [[Allah Bapa|Sang Bapa]] berada di [[surga (Kekristenan)|surga]]), dan ada pula yang berlandaskan penalaran teologis.<ref name=SGuthrie/><ref name=Hirschberger>Hirschberger, Johannes. ''Historia de la Filosofía I, Barcelona'': Herder 1977, hlm. 403</ref> [[Kerajaan Allah]] adalah frasa yang menonjol di dalam injil-[[injil sinoptik|injil sinoptis]], dan kendati hampir semua sarjana sepakat bahwa frasa tersebut merupakan unsur utama dari ajaran-ajaran Yesus, tidak banyak mufakat yang tercapai di kalangan sarjana sehubungan dengan tafsir yang benar-benar tepat dari frasa tersebut.<ref name=Image478/><ref name=FranceK1/>
Artikel ini mengutamakan pembahasan tentang Allah dari sudut pandang [[Syahadat Nikea|Kekristenan versi Konsili Nikea]]. Meskipun tidak memuat doktrin resmi mengenai [[Tritunggal]] seperti Syahadat Nikea, [[Perjanjian Baru|Kitab Suci Perjanjian Baru]] "berulang kali berbicara tentang Bapa, [[Allah Anak|Putra]], dan [[Roh Kudus]]... dengan cara yang mengarahkan orang menuju pemahaman tentang Allah yang [[Tritunggal]]." Tritunggal bukanlah [[triteisme]], karena tidak menyiratkan keberadaan tiga ilah terpisah.<ref name=Stagg>Stagg, Frank. ''New Testament Theology''. Broadman Press, 1962. {{ISBN|0-8054-1613-7}}</ref> Sekitar tahun 200, [[Tertulianus]] merumuskan salah satu versi doktrin Tritunggal yang meneguhkan keilahian Yesus secara gamblang dan nyaris separipurna doktrin Tritunggal definitif yang dirumuskan [[Konsili Konstantinopel I|Konsili Ekumene tahun 381]].<ref name=Prestige29>Prestige G.L. ''Fathers and Heretics'' SPCK:1963, hlm. 29</ref><ref name=Kelly280>Kelly, J.N.D. ''Early Christian Doctrines'' A & C Black:1965, hlm. 280</ref> Secara ringkas, boleh dikata doktrin Tritunggal adalah ajaran bahwa "Allah Yang Mahaesa itu wujud di dalam Tiga Pribadi Yang Sehakikat, yakni Pribadi Allah Bapa, Pribadi Allah Putra, dan Pribadi Allah Roh Kudus."<ref name=Behr/><ref name=Fair48 /> Para penganut doktrin Tritunggal, yang merupakan golongan mayoritas di dalam Kekristenan, menjunjung tinggi doktrin ini sebagai inti sari iman mereka,<ref name=mercer935/><ref name=Kelly115/> sementara denominasi-denominasi yang [[Anti-Tritunggal|memungkiri doktrin Tritunggal]] memaknai Bapa, Putra, dan Roh Kudus dengan berbagai macam cara.<ref name=Mac117/>
== Pengantar: istilah "Allah" ==
{{Further|Allah#Penggunaan sebagai kata serapan}}
[[Berkas:Vocabularium, ofte Woordenboek, in 't Duytsch en Maleys (IA vocabulariumoft00dancgoog).djvu|page=78|thumb|Kamus Belanda-Melayu pertama yang disusun [[Albert Cornelius Ruyl|A.C. Ruyl]], Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens (terbit tahun 1650) mencantumkan kata "Allah" sebagai padanan kata [[bahasa Belanda|Belanda]] "''Godt''"]]
[[Umat Kristen]] di [[Indonesia]] dan [[Malaysia]] menggunakan kata "''Allah''" sebagai terjemahan kata [[Bahasa Ibrani Alkitabiah|bahasa Ibrani]] ''Elohim'' (אֱלֹהִים, ''elohím'') dan kata-kata serupa di [[Perjanjian Lama]] serta kata [[Bahasa Yunani Kuno|bahasa Yunani]] ''Theos'' (θεός, ''theós'') dan kata-kata serupa di [[Perjanjian Baru]] pada Alkitab-Alkitab terjemahan [[bahasa Indonesia]] dan [[Bahasa Melayu Malaysia|bahasa Malaysia]] (keduanya merupakan bentuk baku dari [[bahasa Melayu]] dan [[bahasa resmi]] di negara terkait), terutama dalam [[Alkitab Terjemahan Baru]] yang dipakai oleh Gereja-Gereja [[denominasi Kristen]] arus utama (termasuk [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]]) di Indonesia. Pelafalannya juga menggunakan pelafalan {{IPA|[ˈʔalah]}} (seperti mengucapkan "alah") alih-alih pelafalan {{IPA|[ʔɑɫːɑːh]}}.
Penggunaan kata "[[Allah]]" dapat ditelusuri keberadaannya sejak penggunaannya pada [[Arabia pra-Islam|zaman pra-Islam]] oleh [[bangsa Arab]].<ref name="Robin304">{{cite book|author=Christian Julien Robin|title=Arabia and Ethiopia. In The Oxford Handbook of Late Antiquity|url=https://books.google.com/books?id=GKRybwb17WMC&pg=PA304|year=2012|publisher=OUP USA|pages=304–305|isbn=9780195336931}}</ref> Umat berbagai [[agama samawi]] yang menuturkan [[bahasa Arab]] sama-sama menggunakan kata "Allah" sebagai sebutan bagi Sang Sembahan menurut keyakinan masing-masing.<ref name="Columbia" /> Kata "Allah" secara khusus digunakan [[umat Islam]] (Arab maupun non-Arab) dan [[umat Kristen Arab]],<ref>{{cite dictionary |url=http://www.merriam-webster.com/dictionary/allah |title=Allah |author=Merriam-Webster |dictionary=Merriam-Webster |access-date=25 Februari 2012|archive-url=https://web.archive.org/web/20140420121231/http://www.merriam-webster.com/dictionary/allah |archive-date=20 April 2014 }}</ref> tetapi juga digunakan oleh umat [[orang Shabiin|Sabi'ah]], umat [[Babisme|Babiyah]], umat [[Baháʼí|Baha'i]], [[Sefardim|umat Yahudi Sefardi]], [[Kekristenan di Malta|umat Kristen Malta]], dan [[Kekristenan di Indonesia|umat Kristen Indonesia]].<ref name="Columbia">[[Columbia Encyclopedia]], ''Allah''</ref><ref name="Britannica">"Allah." [[Encyclopædia Britannica]]. 2007. Encyclopædia Britannica</ref><ref name="EncMMENA">Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa, ''Allah''</ref><ref>Willis Barnstone, Marvin Meyer ''The Gnostic Bible: Revised and Expanded Edition'' Penerbit Shambhala 2009 {{ISBN|978-0-834-82414-0}} halaman 531</ref> Penggunaan nama "Allah" oleh umat Kristen dan [[Sikh|umat Sikh]] di [[Malaysia Barat|Semenanjung Malaka]] telah menyulut kontroversi hukum dan politik.<ref>[http://www.nzherald.co.nz/world/news/article.cfm?c_id=2&objectid=10620032 Sikhs target of 'Allah' attack], Julia Zappei, 14 Januari 2010, ''The New Zealand Herald''. Diakses daring tanggal 15 Januari 2014.</ref><ref>[http://www.nzherald.co.nz/world/news/article.cfm?c_id=2&objectid=11139915 Malaysia court rules non-Muslims can't use 'Allah'], 14 Oktober 2013, ''The New Zealand Herald''. Diakses daring tanggal 15 Januari 2014.</ref><ref>[https://www.reuters.com/article/us-malaysia-religion-idUSBREA010C120140102 Malaysia's Islamic authorities seize Bibles as Allah row deepens], Niluksi Koswanage, 2 Januari 2014, Reuters. Diakses daring tanggal 15 Januari 2014. [https://www.reuters.com/article/us-malaysia-religion-idUSBREA010C120140102]</ref><ref name="10-point">
{{cite web|author=Idris Jala|author-link=Idris Jala|date=24 Februari 2014|title=The 'Allah'/Bible issue, 10-point solution is key to managing the polarity|url=http://www.thestar.com.my/Business/Business-News/2014/02/24/My-take-on-the-Allah-issue-10point-solution-is-key-to-managing-the-polarity/|work=The Star|access-date=25 Juni 2014}}
</ref>
Sejarah penggunaan kata "Allah" di tengah kalangan [[Kekristenan di Indonesia|umat Kristen Indonesia]] dapat ditelusuri jauh pada waktu masuknya Kekristenan di Nusantara, terutama pada penggunaan kata tersebut oleh [[Fransiskus Xaverius]] saat menerjemahkan nas-nas Alkitab ke dalam bahasa Melayu pada abad ke-16.<ref>The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society Sneddon, James M.; University of New South Wales Press; 2004</ref><ref>The History of Christianity in India from the Commencement of the Christian Era: Hough, James; Adamant Media Corporation; 2001</ref> Di dalam kamus bahasa Belanda–Melayu pertama yang disusun [[Albert Cornelius Ruyl]], Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens pada tahun 1650, kata "Allah" dicantumkan sebagai padanan kata Belanda ''Godt''.<ref>{{cite book|last1=Wiltens|first1=Caspar|last2=Heurnius|first2=Justus|year=1650|url=https://books.google.com/books?id=3GcTAAAAQAAJ&q=allah|title=Justus Heurnius, Albert Ruyl, Caspar Wiltens. "Vocabularium ofte Woordenboeck nae ordre van den alphabeth, in 't Duytsch en Maleys". 1650:65|access-date=14 Januari 2014|archive-url=https://web.archive.org/web/20131022172808/https://books.google.com/books?id=3GcTAAAAQAAJ&v=onepage&q=allah&f=false|archive-date=22 Oktober 2013}}</ref>
== Latar belakang ==
Sama seperti umat [[Yahudi]] dan [[Islam]], umat Kristen mengaitkan diri dengan [[Abraham]], bapa leluhur yang
== Perkembangan
=== Selayang pandang ===
[[
Pandangan-pandangan [[Gereja perdana|Kristen purba]] mengenai Allah (sebelum [[
{{quote|Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.}}
Selain menandaskan
{{quote|Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.}}
[[Surat-surat Paulus]] juga berulang kali menyebut-nyebut Roh Kudus. Tema "Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu" ({{Alkitab|1 Tesalonika 4:8}}) terus-menerus mengemuka di dalam surat-suratnya.<ref name=Dunn418 >''Theology of Paul the Apostle'', James D. G. Dunn 2003 {{ISBN|0-567-08958-4}} halaman 418-420</ref> Di dalam [[Injil Yohanes]] ({{Alkitab|Yohanes 14:26}}) Yesus juga berbicara tentang "Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku".<ref>''The anointed community: the Holy Spirit in the Johannine tradition'', [[Gary M. Burge]], 1987 {{ISBN|0-8028-0193-5}} halaman 14-21</ref>
Menjelang akhir abad pertama tarikh Masehi, [[Paus Klemens I|Klemens dari Roma]] berulang kali menyebut-nyebut "Bapa, Putra, dan Roh Kudus", dan menghubungkan Sang Bapa dengan karya penciptaan di dalam imbauannya kepada umat Kristen di Korintus ([[Wikisource:Ante-Nicene Fathers/Volume I/CLEMENT OF ROME/First Epistle to the Corinthians/Chapter XIX.|1 Klemens 19.2]]) supaya "hendaklah pandangan kita tunak tertuju kepada Allah, khalik sarwa sekalian alam".<ref name="Veli70">''The Doctrine of God: A Global Introduction'', [[Veli-Matti Kärkkäinen]], 2004 {{ISBN|0801027527}} halaman 70-73</ref> Pada pertengahan abad ke-2, di dalam risalah ''[[Melawan Ajaran Sesat|Melawan Bidat-Bidat]]'' ([[Wikisource:Ante-Nicene Fathers/Volume I/IRENAEUS/Against Heresies: Book IV/Chapter V.|Buku 4, bab 5]]), [[Ireneus]] menegaskan bahwa [[Dewa pencipta|Sang Mahapencipta]] adalah "satu-satunya Allah" dan "khalik langit dan bumi".<ref name=Veli70/> Semua pandangan tersebut sudah lama mengemuka sebelum [[Tertulianus]] menjabarkan konsep [[Tritunggal]] secara resmi di dalam karya tulisnya pada abad ke-3.<ref name=Veli70/>
Pada umumnya rentang waktu akhir abad ke-2 sampai awal abad ke-4 (kira-kira dari tahun 180 sampai 313) disebut "zaman [[Gereja Raya]]" atau "[[zaman Pranikea]]." Pada rentang waktu inilah teologi Kristen berkembang pesat dan sejumlah ajaran Kristen dibakukan.<ref name=Rahner375>Peter Stockmeier dalam ''Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi'', disunting [[Karl Rahner]] {{ISBN|0860120066}} New York: Sea-bury Press, 1975, halaman 375-376, "Pada kurun waktu selanjutnya, kira-kira mulai tahun 180 sampai 313, struktur-struktur tersebut sudah secara esensial menentukan citra dari Gereja yang mengaku mengemban misi universal di Kekaisaran Romawi. Kurun waktu ini memang pantas disebut zaman Gereja Raya, menilik angka pertumbuhannya, perkembangan konstitusionalnya, dan aktivitas teologisnya yang intens."</ref>
Semenjak abad ke-2, syahadat-syahadat [[Gereja Barat]] diawali dengan menandaskan kepercayaan akan "Allah Bapa Yang Mahakuasa", yakni "Allah dalam kemahaberdayaan-Nya selaku Bapa dan Khalik sarwa sekalian alam".<ref name="Kelly">Kelly, J.N.D. ''Early Christian Creeds'' Longmans:1960, hlm. 136; hlm. 139; hlm. 195</ref> Penandasan semacam ini tidaklah menafikan kepercayaan bahwa "Bapa sarwa sekalian alam Yang Mahakekal itu juga adalah Bapa Yesus Kristus" maupun kepercayaan bahwa Allah "berkenan mengangkat orang beriman menjadi anak-Nya oleh kasih karunia".<ref name="Kelly" /> Di lain pihak, syahadat-syahadat [[Gereja Timur]] diawali dengan menandaskan kepercayaan akan "Allah Yang Mahaesa", dan hampir selalu diperjelas dengan tambahan kalimat "Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala sesuatu yang kasatmata maupun yang tak kasatmata" atau kalimat lain yang senada.<ref name="Kelly" />
[[Agustinus dari Hipo]], [[Thomas Aquinas|Tomas Aquinas]], dan banyak tokoh Kristen lainnya menyifatkan Allah dengan istilah Latin "''ipsum esse''", yang kurang lebih berarti "keberadaan itu sendiri".<ref>{{Citation|chapter=St Augustine and Being|title=Journal of the History of Philosophy| url=https://muse.jhu.edu/article/229574/summary}}</ref><ref>{{Citation|chapter=Saint Thomas Aquinas|title=Stanford Encyclopedia of Philosophy| url=https://plato.stanford.edu/entries/aquinas/}}</ref> Lantaran bersifat [[aseitas|swaada]], Allah Kristen bukanlah "suatu keberadaan" melainkan "hakikat keberadaan itu sendiri", dan dapat dijelaskan dengan kalimat-kalimat seperti "mengada tanpa bergantung kepada apa-apa di luar diri sendiri" atau "mengada tanpa terikat prasyarat yang wajib dipenuhi segala sesuatu untuk dapat mengada".
Seiring bergulirnya waktu, para teolog dan filsuf menggagas pemahaman-pemahaman yang jitu tentang sifat-sifat hakiki Allah dan mulai menyusun daftar-daftar sistematis yang merangkum sifat-sifat tersebut. Isinya berbeda-beda, tetapi pada dasarnya sifat-sifat hakiki Allah dipilah-pilah menjadi menjadi dua kelompok, yakni kelompok sifat hakiki berdasarkan ''pengingkaran'' (Allah tidak terpengaruh) dan kelompok sifat hakiki berdasarkan ''persangatan'' (Allah Mahabaik).<ref name="Hirschberger"/> Menurut [[Ian Ramsey]], ada tiga kelompok sifat hakiki Allah, dan sifat-sifat hakiki seperti ''mahasahaja'' dan ''mahasempurna'' memiliki dinamika logis yang berbeda dari sifat-sifat hakiki semacam ''mahabaik'', karena ada bentuk-bentuk nisbi dari sifat-sifat hakiki semacam ''mahabaik'' (berpembanding) tetapi tidak demikian halnya dengan sifat-sifat hakiki semacam ''mahasempurna'' (tak berpembanding).<ref>Ian T. Ramsey, ''Religious Language'' SCM 1967, hlm.50 dst.</ref>
Sepanjang perkembangan fikrah Kristen tentang Allah, Alkitab "telah menjadi pengaruh yang dominan, baik pada teorinya maupun pada kenyataannya" di Dunia Barat.<ref>David Ray Griffin, ''God, Power, and Evil: a Process Theodicy'', Westminster, 1976/2004, hlm. 31.</ref>
=== Nama ===
{{Main|Nama Allah dalam Kekristenan}}
[[Berkas:Jhwh4.jpg|thumb|[[Tetragrammaton|Caturaksara Suci]] YHWH, nama Allah dalam bahasa Ibrani, lukisan dinding di belakang mimbar gereja lama [[Ragunda]], Swedia]]
Di dalam teologi Kristen, nama Allah senantiasa mengandung makna dan signifikansi yang jauh lebih dalam daripada sekadar sebuah label atau sebutan belaka. Nama Allah bukan rekaan manusia melainkan diwahyukan Allah kepada manusia.<ref name="Systematic47">''Systematic Theology'', [[Louis Berkhof]], 24 September 1996 {{ISBN|0802838200}} halaman 47-51</ref><ref name=mercer336 >''Mercer dictionary of the Bible'', Watson E. Mills, Roger Aubrey Bullard, 1998 {{ISBN|0-86554-373-9}} halaman 336</ref> Memuliakan nama Allah merupakan salah satu perintah [[Sepuluh Perintah Allah|Dasatitah]]. Menurut ajaran-ajaran Kristen, perintah ini bukanlah sekadar peringatan agar menjauhi tindakan menyebut nama Allah secara sembarangan, melainkan juga suatu amanat untuk memuliakan nama Allah lewat amal saleh dan puji-pujian.<ref name="Miller">''The Ten Commandments: Interpretation: Resources for the Use of Scripture in the Church'', [[Patrick D. Miller]], 6 Agustus 2009 {{ISBN|0664230555}} halaman 111</ref> Amanat ini tercerminkan di dalam kalimat permohonan pertama kepada [[Allah Bapa]] di dalam [[Doa Bapa Kami]], yaitu "Dikuduskanlah Nama-Mu".<ref>''Theology of the New Testament'', (2000) {{ISBN|0664223362}} hlm. 282</ref>
Menurut para [[Bapa Gereja]] purba, nama Allah adalah representasi segenap tatanan "kebenaran ilahi" yang diwahyukan kepada umat beriman "yang percaya kepada Nama-Nya" ({{Alkitab|Yohanes 1:12}}) atau yang "berjalan demi nama Tuhan Allah kita" ({{Alkitab|Mikha 4:5}}).<ref name="Pink23">''Ten Commandments'', [[Arthur W. Pink]], 30 Desember 2007 {{ISBN|1589603753}} hlmn. 23-24</ref><ref name=Cyril>''John 11-21'' (Ancient Christian Commentary on Scripture), Joel C. Elowsky, 23 Mei 2007 {{ISBN|0830810994}} hlm. 237</ref> Menurut [[Kitab Wahyu]] ({{Alkitab|Wahyu 3:12}}), orang-orang yang pada dirinya tertera nama Allah adalah orang-orang yang sudah ditentukan menjadi ahli surga. [[Injil Yohanes]] ({{Alkitab|Yohanes 17:6}}) menghadirkan ajaran-ajaran Yesus sebagai manifestasi nama Allah kepada murid-murid Sang Mesias.<ref name=Pink23/>
Injil Yohanes ({{Alkitab|Yohanes 12:27}}) menyajikan pengorbanan Yesus Sang [[Anak Domba Allah]] maupun keselamatan yang dianugerahkan melalui pengorbanan tersebut sebagai pemuliaan nama Allah, dengan meriwayatkan suara dari surga yang menanggapi permohonan Yesus ("Bapa, muliakanlah nama-Mu") dengan perkataan "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi", mengacu kepada pembaptisan dan [[penyaliban Yesus]].<ref name="WBC274">'' Wiersbe Bible Commentary'', [[Warren W. Wiersbe]], 1 November 2007 {{ISBN|0781445396}} hlm. 274</ref>
Nama Allah biasanya ditulis dalam bentuk tunggal (misalnya {{Alkitab|Keluaran 20:7}} dan {{Alkitab|Mazmur 8:1}}), lazimnya dengan istilah-istilah dengan makna yang sangat umum, ketimbang dengan sebutan khusus bagi Allah.<ref name=Berkhof19/> Meskipun demikian, penyebutan-penyebutan nama Allah secara umum dapat saja menyimpang ke bentuk-bentuk khusus yang mengungkap sifat-sifat hakiki Allah.<ref name=Berkhof19/> Kitab Suci memuat banyak sebutan untuk nama Allah, tetapi nama-nama utama di dalam Kitab Suci [[Perjanjian Lama]] adalah ''Allah Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia'', ''[[El Syadai]]'', dan ''[[Yahweh]]''. ''Teos'' (θεός), ''[[Kirios]]'' (κύριος), dan ''Pater'' (πατήρ) adalah nama-nama asasi Allah di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.<ref name=Berkhof19>''Manual Of Christian Doctrine'', Louis Berkhof, 1 Agustus 2007 {{ISBN|1930367902}} hlmn. 19-20</ref>
=== Sifat hakiki ===
{{Atribut-atribut Allah}}
{{Main|Atribut-atribut Allah menurut Kekristenan}}
Wacana teologis seputar sifat-sifat hakiki Allah sudah mengemuka sedari awal sejarah Kekristenan. Pada abad ke-2, [[Ireneus]] mengangkat isu ini dan mengetengahkan beberapa sifat hakiki Allah. Sebagai contoh, di dalam karya tulisnya, ''Melawan Bidat-Bidat'' ([[Wikisource:Ante-Nicene Fathers/Volume I/IRENAEUS/Against Heresies: Book IV/Chapter XIX.|Buku IV, Bab 19]]), Ireneus mengemukakan bahwa "kemahabesaran-Nya tidak kekurangan apa-apa, malah mewadahi segala-galanya".<ref name=Irena27>''Irenaeus of Lyons'', Eric Francis Osborn, 26 November 2001 {{ISBN|0521800064}} hlmn. 27-29</ref> Ireneus menyenaraikan sifat-sifat hakiki Allah berdasarkan pengetahuan yang ia gali dari tiga sumber, yakni Kitab Suci, mistisisme yang berkembang pada zamannya, dan amalan-amalan ibadat yang umum dijalankan umat Kristen.<ref name=Irena27/> Sekarang ini, beberapa sifat hakiki yang dikaitkan dengan Allah masih tetap didasarkan atas nas-nas Alkitab, misalnya nas [[Doa Bapa Kami]] yang menyatakan bahwa Bapa berada di surga. Sifat-sifat hakiki selebihnya disarikan melalui penalaran teologis.<ref name="SGuthrie">''Christian Doctrine'', [[Shirley C. Guthrie]], 1 Juli 1994 {{ISBN|0664253687}} hlmn. 111 & 100</ref>
Pada abad ke-8, [[Yohanes dari Damsyik]] mengetengahkan delapan belas sifat hakiki Allah di dalam karya tulisnya, ''Paparan Tepat Iman Ortodoks'' ([[Wikisource:Nicene and Post-Nicene Fathers: Series II/Volume IX/John of Damascus/An Exact Exposition of the Orthodox Faith/Book I/Chapter 8|Buku 1, Bab 8]]).<ref name=Globe352>''Global Dictionary of Theology'', William A. Dyrness, Veli-Matti Kärkkäinen, Juan F. Martinez, & Simon Chan, 10 Oktober 2008, {{ISBN|0830824545}} hlmn. 352-353</ref> Sifat-sifat hakiki tersebut dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan waktu (kekal), ruang (tidak terbatas), materi, dan kualitas. Senarai sifat hakiki Allah yang disusun Yohanes dari Damsyik masih dihargai sampai sekarang. Beberapa di antaranya diangkat kembali dengan menggunakan istilah-istilah lain di dalam berbagai daftar sifat hakiki Allah yang disusun pada zaman modern.<ref name=Globe352/> Pada abad ke-13, [[Thomas Aquinas|Tomas Aquinas]] mengemukakan delapan sifat hakiki Allah, yakni ''mahasahaja'', ''mahasempurna'', ''mahabaik'', ''mahatakterpahami'', ''mahahadir'', ''mahatakberubah'', ''mahakekal'', dan ''mahaesa''.<ref name=Globe352/> Salah satu di antara daftar-daftar sifat hakiki Allah lainnya adalah daftar tahun 1251 keluaran [[Konsili Lateran IV]] yang diadopsi [[Konsili Vatikan I]] tahun 1870 dan [[Katekismus Kecil Westminster]] pada abad ke-17.<ref name=Globe352/>
Dua sifat hakiki yang memosisikan Allah ''di atas'' dunia tetapi sekaligus mengakui keterlibatan-Nya ''di dalam'' dunia adalah [[transenden]] dan [[imanen]].<ref name=Leith55/><ref name=Millard87 /> Transenden berarti Allah itu Mahakekal dan Mahaananta, tidak dikendalikan jagat ciptaan dan mengatasi peristiwa-peristiwa insani. Imanen berarti Allah itu terlibat di dalam dunia. Ajaran-ajaran Kristen sudah lama meyakini bahwa Allah memperhatikan hal-ihwal umat manusia.<ref name=Leith55/><ref name=Millard87 /> Meskipun demikian, berbeda dari agama-agama [[Panteisme|panteistis]], keberadaan Allah menurut agama Kristen tidak berasal dari hakikat jagat ciptaan.<ref name="Berkhof, L. 1963, hlm.61"/>
Sejalan dengan kebiasaan yang sudah mentradisi, sejumlah teolog semisal [[Louis Berkhof]] membedakan sifat-sifat hakiki ''yang terkomunikan'' (sifat-sifat hakiki yang juga dapat dimiliki manusia) dari sifat-sifat hakiki ''yang tak terkomunikan'' (sifat-sifat hakiki yang hanya dimiliki Allah).<ref>''Manual Of Christian Doctrine'', Louis Berkhof, 1 Agustus 2007 {{ISBN|1930367902}} hlmn. 21-23</ref> Meskipun demikian, teolog-teolog lain semisal [[Donald Macleod (teolog)|Donald Macleod]] beranggapan bahwa segala bentuk penggolongan sifat-sifat hakiki Allah hanyalah reka-rekaan manusia belaka dan tidak berdasar.<ref>[[Donald Macleod (teolog)|Donald Macleod]], ''Behold Your God'', [[Christian Focus Publications]], 1995, hlmn. 20-21.</ref>
Para teolog pada umumnya sepakat bahwa menganggap hakikat Allah ada dengan sendirinya dan lepas dari sifat-sifat hakiki-Nya, atau sifat-sifat hakiki adalah karakterisitk-karakteristik tambahan pada keberadaan Allah adalah pemikiran yang keliru. Sifat-sifat hakiki Allah adalah kualitas-kualitas hakiki yang ada secara permanen di dalam Keberadaan Allah dan ada bersama-sama dengan Allah. Perubahan dalam bentuk apa pun pada sifat hakiki Allah hanya dapat diartikan sebagai perubahan di dalam keberadaan hakiki Allah.<ref name="berkhof"/>
Menurut Hick, penyusunan daftar sifat hakiki Allah harus bertitik tolak dari "swaada" (''aseitas''), yang mengisyaratkan bahwa Allah itu Mahakekal dan keberadaan-Nya tidak bergantung kepada syarat apa pun. Menurut Hick, sifat hakiki berikutnya adalah "mahapencipta", karena Allah adalah sumber segala sesuatu yang menjadi unsur pembentuk makhluk ciptaan-Nya (''creatio ex nihilo''), dan adalah pemelihara segala sesuatu yang sudah dijadikan-Nya. Sifat-sifat hakiki selebihnya adalah "berpribadi", "maharahim", "mahabaik", dan "mahakudus".<ref>John H. Hick, ''Philosophy of Religion'' Prentice-Hall 1973, hlmn. 7-14</ref> Berkhof juga bertitik tolak dari "swaada", tetapi menurut Berkhof, sifat-sifat hakiki berikutnya adalah "mahatakberubah", "mahaananta" (mengisyaratkan bahwa Allah itu "Mahasempurna", "Mahakekal", dan "Mahahadir"), dan "mahaesa". Berkhof selanjutnya mengulik sifat-sifat hakiki intelektual, yakni "mahatahu", "mahabijaksana", serta "mahabenar", maupun sifat-sifat hakiki moral, yakni "mahabaik" (sudah mencakup "mahapengasih", "mahapemurah", "maharahim", dan "mahasabar"), "mahakudus", serta "mahasadik", dan akhirnya menelaah sifat hakiki "mahaberdaulat".<ref name="berkhof">Berkhof, Louis ''Systematic Theology'', Banner of Truth 1963, hlmn. 57-81, 46</ref>
[[Gregorius dari Nisa]] adalah salah seorang teolog pertama yang mengemukakan pandangannya (berseberangan dengan pandangan [[Origenes]]) bahwa Allah itu ''Maha[[tak hingga|ananta]]''. Dalil utama untuk kemahaanantaan Allah ia jabarkan di dalam karya tulisnya, ''Melawan Eunomius'', bahwasanya kebaikan Allah itu tidak terhingga, dan karena kebaikan Allah itu bersifat [[esensi|hakiki]], maka Allah juga tidak terhingga.<ref>''The Brill Dictionary of Gregory of Nyssa''. (Lucas Francisco Mateo-Seco & Giulio Maspero, penyunting.) 2010. Leiden: Brill, hlm. 424</ref>
=== Penggambaran ===
[[Berkas:Enluminure Drogon c.jpg|thumb|upright=1.0|Lambang [[Tangan Allah (seni rupa)|Tangan Allah]] pada gambar peristiwa [[kenaikan Yesus]] di dalam naskah [[Sakramentarium Drogo]], sekitar tahun 850]]
{{See also|Gambar religius dalam teologi Kristen}}
Umat Kristen purba percaya bahwa ayat-ayat Alkitab yang menegaskan ketakterlihatan Allah{{efn|Salah satu contohnya adalah Yohanes 1:18, "tidak seorangpun yang pernah melihat Allah",<ref>{{Alkitab|Yohanes 1:18}}</ref>}} tidak semata-mata menyifatkan diri Allah, tetapi juga merupakan pengharaman terhadap segala macam usaha untuk membuat gambar Allah.<ref name="James Cornwell halaman 24">James Cornwell, 2009 ''Saints, Signs, and Symbols: The Symbolic Language of Christian Art'' {{ISBN|0-8192-2345-X}} Halaman 2</ref> Meskipun demikian, lambang [[Tangan Allah (seni rupa)|Tangan Allah]] kemudian hari berulang kali ditemukan di [[sinagoge Dura-Europos|sinagoge Dura Europos]], satu-satunya [[sinagoge]] kuno berhiaskan lukisan dari abad ke-3 yang masih lestari. Mungkin sekali penggambaran Tangan Allah dalam [[seni rupa dan arsitektur gereja perdana|seni rupa Kristen purba]] diserap dari [[Kebudayaan Yahudi|seni rupa Yahudi]]. Lambang ini menjadi jamak dijumpai dalam seni rupa [[Abad Kuno Akhir]], baik di Dunia Timur maupun Dunia Barat, dan terus menjadi cara utama untuk melambangkan tindakan atau perkenanan Allah Bapa di Dunia Barat sampai akhir kurun waktu perkembangan [[seni rupa Romanesque|seni rupa Romanik]].
Di dalam penggambaran peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya [[pembaptisan Yesus|peristiwa pembaptisan Kristus]], yang mengindikasikan [[Allah Bapa dalam seni rupa Dunia Barat|representasi Allah Bapa]], motif [[Tangan Allah (seni rupa)|Tangan Allah]] dipakai, dengan tingkat kebebasan yang kian meningkat sejak [[seni rupa Karoling|zaman Karoling]] sampai akhir [[seni rupa Romanesque|zaman Romanik]]. Sesudah ditemukannya [[sinagoga Dura Europos]] yang diperkirakan dibangun pada abad ke-3, motif ini sekarang tampaknya dipinjam dari [[Kebudayaan Yahudi|seni rupa Yahudi]], dan ditemukan di dalam seni rupa Kristen nyaris sejak permulaan sejarahnya.<ref>Hachlili, Rachel. ''Ancient Jewish Art and Archaeology in the Diaspora, Bagian 1'', BRILL, 1998, {{ISBN|90-04-10878-5}}, {{ISBN|978-90-04-10878-3}}, Halaman 144–145.</ref>
Pemakaian citra-citra religius secara umum terus meningkat sampai penghujung abad ke-7. Ketika naik takhta pada tahun 695, [[Kaisar Romawi Timur|Kaisar]] [[Yustinianus II]] menerakan gambar Kristus pada sisi kepala uang emas keluarannya, yang menyebabkan Dunia Islam berhenti memakai uang-uang logam keluaran [[Romawi Timur]].<ref>Robin Cormack, 1985 ''Writing in Gold, Byzantine Society and its Icons'', {{ISBN|0-540-01085-5}}</ref> Meskipun demikian, peningkatan pembuatan citra-citra religius tidak mencakup pembuatan gambar Allah Bapa. Sebagai contoh, kendati tidak secara khusus mengecam gambar-gambar Allah Bapa, kanon 82 [[Konsili Trullo]] tahun 692 menyiratkan kecenderungan untuk mengutamakan [[ikon]]-ikon [[Kristus]] ketimbang bayang-bayang dan sosok-sosok Perjanjian Lama.<ref>Steven Bigham, 1995 ''Image of God the Father in Orthodox Theology and Iconography'' {{ISBN|1-879038-15-3}} halaman 27</ref>
[[Berkas:God the Father with His Right Hand Raised in Blessing.jpg|thumb|''Allah Bapa Memberkati dengan Tangan Kanan'', pada latar tampak praba segitiga yang melambangkan Tritunggal, lukisan karya [[Girolamo dai Libri]] sekitar tahun 1555]]
Pada permulaan abad ke-8, muncul usaha untuk menekan dan menghancurkan citra-citra religius seiring bermulanya masa [[Ikonoklasme Bizantium|ikonoklasme Romawi Timur]] (secara harfiah, ikonoklasme berarti "perusakan citra" atau "perang melawan citra"). Kaisar [[Leo III orang Isauria|Leo III]] (717–741) menerbitkan [[maklumat]] [[Kaisar]] [[Kekaisaran Romawi Timur|Romawi Timur]] yang melarang pemanfaatan ikon, diduga lantaran menafsirkan kekalahan angkatan bersenjata Romawi Timur di medan perang sebagai ganjaran terhadap amalan keliru menghormati ikon.<ref>Menurut catatan Batrik Nikeforos dan petawarikh Teofanes.</ref> Maklumat tersebut (diterbitkan tanpa meminta pertimbangan Gereja) melarang penghormatan terhadap citra-citra religius, tetapi tidak diberlakukan untuk karya-karya seni rupa di bidang lain, antara lain citra kaisar, dan lambang-lambang religius semisal salib.<ref>Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997</ref> Dalil teologis menentang ikon mulai dimunculkan pihak [[Ikonoklasme|ikonoklas]]. Menurut mereka, ikon tidak dapat merepresentasikan kodrat ilahi Yesus serentak dengan kodrat manusiawinya. Lingkungan semacam ini tidak memberi peluang bagi tindakan membuat gambar Allah Bapa secara terang-terangan, dan gambar-gambar semacam itu baru mulai muncul dua abad kemudian.
[[Konsili Nikea II]] tahun 787 secara efektif menyudahi kurun waktu pertama ikonoklasme Romawi Timur dan memulihkan penghormatan terhadap ikon dan citra-citra suci pada umumnya,<ref>Edward Gibbon, 1995 ''The Decline and Fall of the Roman Empire'' {{ISBN|0-679-60148-1}} halaman 1693</ref> tetapi bukan berarti penggambaran Allah Bapa langsung mendadak muncul dalam skala besar. Tokoh-tokoh pendukung ikon pada abad ke-8, misalnya Santo [[Yohanes dari Damsyik]], membedakan citra-citra Allah Bapa dari citra-citra Kristus.
{{blockquote|Jika kita berusaha membuat gambar Allah yang tidak kasatmata itu, maka sungguh berdosalah kita. Mustahil menggambarkan Dia yang tidak berjasad, tidak kasatmata, tidak terbatas, dan tidak berbentuk.}}
Sekitar tahun 790, [[Karel Agung]] memerintahkan penulisan empat jilid buku, yang kemudian hari dikenal dengan sebutan [[Libri Carolini]] (Kitab-Kitab Karel), untuk membantah gagasan yang keliru dipahami sidang majelis istananya sebagai maklumat-maklumat bersifat anti-ikon yang dikeluarkan [[Konsili Nikea II]] di Bizantium. Kendati tidak begitu dikenal pada Abad Pertengahan, buku-buku tersebut menguraikan unsur-unsur pokok dari pendirian teologis Katolik mengenai citra-citra suci. Bagi [[Gereja Barat]], citra-citra hanyalah benda buatan seniman yang dimanfaatkan untuk menggugah indra umat beriman, dan sepantasnya dihormati lantaran subjek yang ditampilkannya, bukan lantaran benda itu sendiri pantas dihormati.
[[Konsili Konstantinopel IV (Katolik Roma)|Konsili Konstantinopel tahun 869]] (dianggap ekumenis hanya oleh Gereja Barat) mengukuhkan keputusan-keputusan Konsili Nikea II dan melempangkan jalan bagi pemberantasan sisa-sisa gerakan ikonoklasme. Pada khususnya, kanon ketiga konsili ini mewajibkan citra Kristus dihormati sama seperti [[kitab Injil]]:<ref>Gesa Elsbeth Thiessen, 2005 ''Theological aesthetics'' {{ISBN|0-8028-2888-4}} halaman 65</ref>{{blockquote|Dengan ini kami nyatakan bahwa citra suci Tuhan kita Yesus Kristus, Pembebas dan Juru Selamat semua orang, harus dimuliakan dengan penghormatan yang sama kepada Injil-Injil kudus. Sebab sebagaimana melalui bahasa dari kata-kata yang terkandung di dalam kitab-kitab itu, semua orang dapat meraih keselamatan, demikian pula lewat tindakan yang dilakukan citra-citra itu dengan melalui warna-warnanya, semua orang, berhikmat maupun wantahan, dapat memetik manfaat bagi dirinya.}}
Konsili Konstantinopel tahun 869 tidak mengeluarkan maklumat yang langsung menyentuh persoalan seputar citra-citra Allah Bapa. Konsili ini menyusun daftar ikon yang boleh dibuat, tetapi lambang-lambang Allah Bapa tidak termasuk di dalamnya.<ref>Steven Bigham, 1995 ''Image of God the Father in Orthodox Theology and Iconography'' {{ISBN|1-879038-15-3}} halaman 41</ref> Meskipun demikian, keberterimaan umum terhadap ikon dan citra-citra suci mulai menciptakan suatu atmosfer yang memungkinkan pembuatan lambang-lambang Allah Bapa.
Sebelum abad ke-10, tidak ada upaya menggunakan sosok manusia untuk melambangkan [[Allah Bapa]] di dalam [[seni rupa Eropa|seni rupa Dunia Barat]].<ref name="James Cornwell halaman 24" /> Meskipun demikian, seni rupa Dunia Barat pada akhirnya membutuhkan satu dan lain cara untuk mengilustrasikan kehadiran Allah Bapa. Oleh karena itu, beberapa gaya artistik yang memanfaatkan sosok manusia untuk melambangkan Allah Bapa lama-kelamaan muncul secara bertahap sekitar abad ke-10. Alasan yang mendasari pemakaian sosok manusia adalah keyakinan bahwa Allah menciptakan jiwa manusia menurut citra-Nya sendiri (dan dengan demikian memungkinkan manusia jauh mengatasi satwa lain).
Tampaknya ketika para seniman pertama kali berusaha menggambarkan Allah Bapa, rasa takut dan kagum menghalangi mereka untuk menggunakan sosok manusia yang utuh. Lazimnya cuma salah satu bagian tubuh yang ditampilkan pada gambar, biasanya tangan, atau kadang-kadang wajah, tetapi jarang sekali seluruh jasad manusia. Di dalam banyak gambar, sosok Allah Putra menggeser sosok Allah Bapa, sehingga hanya sebagian kecil dari sosok Allah Bapa yang digambarkan.<ref name="Adolphe Napoléon Didron pages 169">Adolphe Napoléon Didron, 2003 ''Christian iconography: or The history of Christian art in the middle ages'' {{ISBN|0-7661-4075-X}} halaman 169</ref>
[[Berkas:Andrea del Verrocchio, Leonardo da Vinci - Baptism of Christ - Uffizi.jpg|thumb|upright=1.0|Gambar dua tangan Allah dan Roh Kudus dalam wujud burung merpati pada lukisan ''[[Pembaptisan Kristus (Verrocchio)|Pembaptisan Kristus]]'' karya [[Andrea del Verrocchio]] dan [[Leonardo da Vinci]], 1472]]
Pada abad ke-12, penggambaran sosok Allah Bapa mulai muncul di dalam naskah-[[naskah beriluminasi]] buatan Prancis dan seni [[kaca patri]] pada jendela-jendela gereja di Inggris. Sebagai media yang tidak banyak diakses masyarakat, naskah-naskah beriluminasi di Prancis kerap lebih berani dari segi ikonografinya. Mula-mula kepala atau sosok sedada Allah Bapa ditampilkan dalam semacam bingkai awan di bagian atas bidang gambar, yakni bagian yang dulu biasanya ditempati gambar Tangan Allah. Salah satu contoh penggambaran semacam ini adalah relief adegan [[pembaptisan Yesus]] pada [[Bejana baptis di Gereja Santo Bartolomeus, Liège|bejana baptis di Liège]] yang dikerjakan perupa [[Renier de Huy]] pada tahun 1118. Citra tangan Allah juga ditampilkan pada relief adegan lain. Lambat laun sosok manusiawi yang melambangkan Alah Bapa ditampilkan sampai sepinggang, kemudian sebadan, biasanya dalam posisi duduk di atas singgasana, misalnya pada [[fresko]] yang dilukis perupa [[Giotto]] sekitar tahun 1305 di [[Padua]].<ref name="ReferenceA">[[Kapel Scrovegni|Kapel Arena]], pada puncak pelengkung kejayaan, ''Allah mengutus malaikat pewarta kabar gembira''. Lih. Schiller, I, gambar 15</ref>
Pada abad ke-14, naskah [[Alkitab Napoli]] menampilkan gambar Allah Bapa di dalam [[semak duri berapi|belukar yang bernyala-nyala]]. Pada abad ke-15, naskah [[Très Riches Heures du Duc de Berry]] menampilkan lumayan banyak lambang Allah Bapa, antara lain gambar sebadan penuh sosok pria yang sudah lanjut usia tetapi berperawakan tinggi dan gagah, tampak sedang berjalan-jalan di [[Taman Eden]], yang menampilkan pakaian dan ciri-ciri usia yang cukup beragam. Daun-daun pintu [[Baptisterium Firenze|"Gapura Firdaus" di gedung baptisterium Firenze]] yang mulai dikerjakan [[Lorenzo Ghiberti]] pada tahun 1425 menampilkan citra manusia sebadan penuh untuk melambangkan Allah Bapa. [[Buku Ibadat Harian Rohan]] dari sekitar tahun 1430 juga memuat gambar-gambar Allah Bapa berupa manusia sebadan penuh, yang pada saat itu sudah menjadi bentuk penggambaran yang baku, sementara citra Tangan Allah kian langka dijumpai. Pada kisaran waktu yang sama, karya-karya seni lain, misalnya lukisan [[hiasan altar]] bertema kejadian dunia karya perupa Hamburg, [[Meister Bertram]], melanjutkan cara lama yang menggambarkan Kristus sebagai ''Logos'' pada adegan kejadian dunia. Pada abad ke-15, muncul kebiasaan, meskipun tidak bertahan lama, untuk menggambarkan ketiga-tiga Pribadi Tritunggal Mahakudus dengan menampilkan [[Tritunggal dalam seni rupa|tiga sosok yang mirip atau sama persis dengan sosok yang lazim ditampilkan sebagai gambaran Kristus]].
Pada lukisan beraliran Venesia awal, [[Santa Maria Dimahkotai]] karya [[Giovanni d'Alemagna]] dan [[Antonio Vivarini]] (sekitar tahun 1443), Allah Bapa digambarkan dengan menggunakan lambang yang kemudian hari secara konsisten digunakan para seniman, yakni sosok seorang bapa leluhur yang terlihat baik hati sekaligus adikuasa, lengkap dengan rambut dan janggut yang putih memanjang, yakni gambaran hampir-fisis tetapi masih figuratif yang bersumber dari dan dibenarkan oleh uraian tentang [[Yang Lanjut Usianya]].<ref>Bigham Chapter 7</ref>
{{blockquote|Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar.|({{Alkitab|Daniel 7:9}})}}
Pada lukisan ''Kabar Sukacita'' yang dikerjakan [[Benvenuto di Giovanni]] pada tahun 1470, Allah Bapa digambarkan berjubah merah dan berkopiah kardinal. Meskipun demikian, representasi simbolis Allah Bapa dan Roh Kudus dalam rupa "tangan dan burung merpati" terus bertahan, bahkan sampai akhir abad ke-15, misalnya di dalam lukisan [[Pembaptisan Kristus (Verrocchio)|Pembaptisan Kristus yang dikerjakan Verrocchio]] pada tahun 1472.<ref>Arthur de Bles, 2004 ''How to Distinguish the Saints in Art by Their Costumes, Symbols and Attributes'' {{ISBN|1-4179-0870-X}} halaman 32</ref>
Di dalam lukisan-lukisan penyembahan Tritunggal Mahakudus dari zaman Renaisans, sosok Allah digambarkan dengan dua cara, baik dengan menonjolkan pribadi Allah Bapa maupun dengan menghadirkan ketiga-tiga pribadi Tritunggal Mahakudus. Penggambaran Tritunggal Mahakudus di dalam karya-karya seni Renaisans sangat sering menampilkan sosok laki-laki tua sebagai gambaran Allah Bapa, biasanya berjanggut panjang dan berwajah kebapaan, kadang-kadang dengan praba segitiga (melambangkan Tritunggal Mahakudus) atau [[mahkota paus]] di kepala, teristimewa di dalam lukisan Renaisans Utara. Di dalam lukisan-lukisan tersebut, sosok Allah Bapa digambarkan menggenggam bola dunia atau memegang buku (sebagai lambang kemahatahuan Allah sekaligus untuk menunjukkan bahwa pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang bersifat ilahi). Sosok Allah Bapa ditempatkan di belakang dan lebih tinggi daripada sosok Kristus yang tersalib di dalam ikonografi [[Takhta Kerahiman]]. Seekor burung merpati, lambang Roh Kudus, dapat pula digambarkan sedang melayang-layang di angkasa.<ref>[https://news.artnet.com/market/introduction-to-medieval-iconography-32889 Bourlier, Cyriil. "Introduction to Medieval Iconography", ''Artnet News'', 28 Oktober 2013]</ref> Berbagai macam orang dari berbagai lapisan masyarakat, misalnya raja-raja, paus-paus, maupun para martir dapat saja turut dihadirkan di dalam lukisan itu. Pada lukisan [[pietà]] Tritunggal, Allah Bapa kerap digambarkan sebagai sosok seorang pria yang mengenakan pakaian kebesaran dan mahkota paus, kedua belah tangannya menopang jasad Kristus yang sudah tak bernyawa. Keduanya tampak mengambang di angkasa, dikawal malaikat-malaikat pembawa [[Arma Christi|alat-alat sengsara Kristus]].<ref>Irene Earls, 1987 ''Renaissance art: a topical dictionary'' {{ISBN|0-313-24658-0}} halaman 8 & 283</ref>
{{multiple image
|total_width=300
Baris 157 ⟶ 130:
|image1=The Creation of Adam.jpg
|image2=Creación de Adán-crop.jpg
|footer=
}}
Di bidang seni rupa Katolik selepas Konsili Trento, penggambaran artistik Allah Bapa tidak akan luput dari kontroversi, tetapi penggambaran-penggambaran [[Tritunggal]] yang kurang lazim sudah tentu dikecam keras. Pada tahun 1745, [[Paus Benediktus XIV]] secara eksplisit mendukung penggambaran [[Takhta Kerahiman]], merujuk kepada "[[Yang Lanjut Usianya]]", tetapi [[Paus Pius VI]] merasa perlu menerbitkan [[bulla kepausan|bula]] pada tahun 1786 untuk mengecam keputusan sebuah sidang gereja di Italia untuk menyingkirkan semua citra Tritunggal dari gereja-gereja.<ref>Bigham, 73-76</ref>
[[
==
<!--Harap maklum kalau materi tentang Akhir Zaman dan Penghakiman ditempatkan di sini alih-alih pada pembahasan mengenai Yesus di bawah, karena pembahasan tersebut adalah bagian dari uraian tentang golongan Tritunggal, padahal golongan Awatritunggal pun mengimani Penghakiman, jadi memang sebaiknya ditempatkan di sini.-->
===
{{Main
[[
Penyifatan hubungan Allah dengan manusia di dalam Kekristenan mencakup gagasan tentang "Kerajaan Allah". Gagasan ini sudah mengemuka di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, dan dapat dipandang sebagai suatu konsekuensi dari penciptaan dunia oleh Allah.<ref name=Image478/><ref name=Mercer490>''Mercer Dictionary of the Bible'', Watson E. Mills, Edgar V. McKnight, & Roger A. Bullard, 1 Mei 2001 {{ISBN|0865543739}} Halaman 490</ref> "Mazmur-Mazmur Raja" ([[Mazmur]] {{Alkitab|Mazmur 45|45}}), {{Alkitab|Mazmur 93|93}}, {{Alkitab|Mazmur 96|96}}, {{Alkitab|Mazmur 97|97}}, {{Alkitab|Mazmur 98|98}}, {{Alkitab|Mazmur 99|99}}) menyediakan suatu latar belakang bagi gagasan ini dengan maklumat "Tuhan adalah Sang Raja".<ref name=Image478/> Meskipun demikian, di dalam agama Yahudi kemudian hari mengemuka suatu gagasan yang lebih bersifat "nasional" mengenai kedaulatan Allah sebagai raja. Dalam pandangan ini, Sang Mesias yang dijanjikan dapat dipandang sebagai tokoh pembebas sekaligus pendiri negara Israel yang baru.<ref>''Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi'', Karl Rahner, 28 Desember 2004 {{ISBN|0860120066}} Halaman 1351</ref>
===
{{see also|
[[
===
{{see also|
<!--Harap maklum kalau materi Penghakiman ditempatkan di sini alih-alih pada pembahasan mengenai Yesus di bawah, karena pembahasan tersebut adalah bagian dari uraian tentang golongan Tritunggal, padahal golongan Awatritunggal pun mengimani Penghakiman, jadi memang sebaiknya ditempatkan di sini.-->
Nas {{Alkitab|Ibrani 12:23}} menyifatkan Allah sebagai "Hakim seluruh bumi", dan pandangan bahwa seluruh umat manusia pada akhirnya akan "[[penghakiman terakhir|dihakimi]]" merupakan salah satu unsur pokok ajaran-ajaran Kristen.<ref name=Millard391/> Sejumlah nas Perjanjian Baru (misalnya {{Alkitab|Yohanes 5:22}} dan {{Alkitab|Kisah Para Rasul 10:42}}) dan [[kredo|pernyataan-pernyataan syahadat]] yang terumuskan kemudian hari mengindikasikan bahwa kewenangan untuk menghakimi telah diserahkan kepada Yesus.<ref name=Millard391/><ref name=Pann390>''Systematic Theology'' Jld. 2 oleh [[Wolfhart Pannenberg]] (27 Oktober 2004) {{ISBN|0567084663}} halaman 390-391</ref> {{Alkitab|Yohanes 5:22}} menyatakan bahwa "Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak".<ref name="Millard391">''Introducing Christian Doctrine'' (Edisi ke-2) oleh [[Millard J. Erickson]] (1 April 2001) {{ISBN|0801022509}} halaman 391-392</ref> {{Alkitab|Kisah Para Rasul 10:42}} menyifatkan Yesus yang sudah bangkit sebagai pihak "yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati."<ref name=Millard391/> Peran Yesus dalam penghakiman Allah ditonjolkan di dalam syahadat-syahadat Kristen yang paling umum dipakai. [[Syahadat Nikea]] menyatakan bahwa Yesus "duduk di sebelah kanan Bapa, dan akan datang kembali dalam kemuliaan, untuk menghakimi orang yang hidup maupun yang mati, dan pemerintahannya tidak berkesudahan".<ref name=Metz157/> [[Syahadat Para Rasul]] memuat pengakuan serupa.<ref name=Metz157>''The Oxford Companion to the Bible'' oleh Bruce M. Metzger dan Michael David Coogan (14 Oktober 1993) ISBN halaman 157</ref>
==
{{Main
===
{{See also|Tritunggalisme di dalam karya-karya tulis para Bapa Gereja}}
[[
: "
Bernhard Lohse (1928-1997)
===
[[
: "
<poem style="margin-left:3em;">
Kami menyembah Allah yang Tritunggal, dan Tritunggal yang Mahaesa,
tanpa mencampuradukkan pribadi-pribadi maupun membagi-bagi hakikat.
Karena ada satu Pribadi Bapa, satu lagi Pribadi Putra, dan satu lagi Pribadi Roh Kudus.
Namun Keallahan Bapa, Putra, dan Roh Kudus semuanya satu,
setara kemuliaan-Nya, sama-sama kekal keagungan-Nya.
Sebagaimana Bapa, demikian pula Putra, dan demikian pula Roh Kudus.
</poem>
====
{{Main
{{see also|
[[File:
====
{{Main
{{see also|
[[
====
{{Main
[[
=== Perbedaan antarpenganut Tritunggalisme ===
==
{{Main
[[
==
{{Portal|
* [[Allah (Islam)|Allah menurut agama Islam]]
* [[Gereja Katolik Roma#Hakikat Allah|Hakikat Allah menurut Gereja Katolik]]
== Keterangan ==
{{notelist}}
== Rujukan ==
Baris 321 ⟶ 292:
== Pranala luar ==
* [http://www.ccel.org/s/schaff/npnf103/cache/npnf103.txt Agustinus, ''Ihwal Tritunggal Mahakudus'']
* [http://www.newadvent.org/cathen/15047a.htm ''Tritunggal Mahakudus'', artikel di ''Catholic Encyclopedia'']
* [https://www.sefaria.org/Deuteronomy.6.4?lang=bi&lookup=%D7%A9%D7%81%D6%B0%D7%9E%D6%B7%D6%96%D7%A2%20%D7%99%D6%B4%D7%A9%D7%82%D6%B0&with=Lexicon&lang2=en Ulangan 6:4]
{{Kristen footer|collapsed}}
[[Kategori:Teologi Kristen]]
[[Kategori:Kristologi]]
|