Allah (Kristen)

konsep keilahan dalam agama Kristen

Allah menurut Kekristenan adalah Keberadaan Mahakekal yang mencipta dan memelihara segala sesuatu. Umat Kristen percaya bahwa Allah itu transenden (sepenuhnya tidak terikat dan terpisah dari jagat bendawi) sekaligus imanen (terlibat di dalam dunia).[1][2] Ajaran-ajaran Kristen tentang imanensi Allah, keterlibatan Allah, dan cinta kasih Allah kepada umat manusia juga mencakup kepercayaan tentang kesehakikatan Allah dengan jagat ciptaan-Nya,[3] tetapi mengakui bahwa hakikat keilahian Allah manunggal dengan kodrat kemanusiaan di dalam pribadi Yesus Kristus lewat peristiwa yang disebut "inkarnasi".

Allah mempersilahkan Kristus bertahkta di sebelah kanan-Nya, Roh Kudus digambarkan dalam wujud seekor burung merpati, lukisan karya Pieter de Grebber, 1645

Pandangan-pandangan Kristen purba tentang Allah dijabarkan di dalam surat-surat Paulus maupun syahadat-syahadat yang menandaskan keesaan Allah dan keilahian Yesus, nyaris senapas dengan pernyataan Paulus di dalam 1 Korintus (1 Korintus 8:5–6) bahwa "sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi, dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup."[4][5][6] Meskipun ditentang kaum Ebioni, sebuah sempalan Kristen Yahudi, pandangan yang mengapoteosis Yesus ini[7] justru diterima umat Kristen asal bangsa-bangsa lain yang lebih banyak jumlahnya.[8] Inilah pangkal perbedaan pandangan umat Kristen asal bangsa-bangsa lain tentang Allah dari ajaran-ajaran Yahudi pada masa itu.[4]

Wacana teologis seputar sifat-sifat Allah sudah mencuat semenjak awal sejarah Kekristenan. Pada abad ke-2, Irenaeus mengemukakan dalam karya tulisnya bahwa "kemahabesaran-Nya tidak kekurangan apa-apa, malah menampung segala sesuatu".[9] Pada abad ke-8, Yohanes dari Damsyik menjabarkan delapan belas sifat Allah yang masih diterima luas sampai sekarang.[10] Seiring bergulirnya waktu, para teolog mengembangkan daftar-daftar sifat Allah yang sistematis. Ada yang mengacu kepada pernyataan-pernyataan di dalam Alkitab (misalnya doa Bapa Kami yang menyatakan bahwa Sang Bapa ada di surga), dan ada pula yang didasarkan atas penalaran teologis.[11][12] Kerajaan Allah adalah frasa yang menonjol dalam injil-injil sinoptis, dan meskipun para sarjana nyaris secara bulat sepakat bahwa frasa tersebut merupaan unsur utama dari ajaran-ajaran Yesus, hanya ada sedikit kesepakatan mengenai tafsir persis dari frasa tersebut di kalangan sarjana.[13][14]

Artikel ini mengutamakan pembahasan tentang Allah dari sudut pandang Kristen Nikea. Meskipun tidak memuat doktrin resmi mengenai Tritunggal seperti Syahadat Nikea, Kitab Suci Perjanjian Baru "berulang kali berbicara tentang Bapa, Putra, dan Roh Kudus... dengan cara yang mengarahkan orang menuju pemahaman tentang Allah yang Tritunggal." Tritunggal bukanlah triteisme, karena tidak menyiratkan bahwa ada tiga ilah terpisah.[15] Sekitar tahun 200, Tertulianus merumuskan salah satu versi doktrin Tritunggal yang secara jelas meneguhkan keilahian Yesus dan mendekati doktrin definitif yang dirumuskan Konsili Ekumene tahun 381.[16][17] Doktrin Tritunggal dapat diringkas menjadi "Allah Yang Mahaesa wujud di dalam Tiga Pribadi dan Satu Hakikat, sebagai Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus."[18][19] Penganut doktrin Tritunggal, yang merupakan golongan Kristen mayoritas, menjunjung tinggi doktrin ini sebagai inti sari iman mereka.[20][21] Denominasi-denominasi yang menolak doktrin Tritunggal memaknai Bapa, Putra, dan Roh Kudus dengan berbagai macam cara.[22]

Istilah "Allah" di dalam Kekristenan

Kata "Allah" sudah digunakan bangsa Arab sebelum zaman Islam.[23] Meskipun secara khusus digunakan umat Islam (baik Arab maupun bukan Arab) dan umat Kristen Arab untuk menyebut Sembahannya,ref>Merriam-Webster. "Allah". Merriam-Webster. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 April 2014. Diakses tanggal 25 Februari 2012. </ref> istilah "Allah" juga digunakan agama Bábi, agama Baháʼí, agama Sabiʼah, umat Yahudi Sefardi, umat Kristen di Malta, dan umat Kristen di Indonesia,[24][25][26][27] Pemakaian kata "Allah" oleh umat Kristen dan umat Sikh di Semenanjung Malaysia telah menimbulkan kontroversi hukum dan politik.[28][29][30][31]

Umat agama-agama Ibrahimi penutur bahasa Arab menggunakan kata "Allah".[24] Umat Kristen Arab sekarang ini tidak memiliki kata selain "Allah" yang dapat digunakan untuk menyebut Sembahannya.[32]

Latar belakang

Sama seperti umat Yahudi dan Islam, umat Kristen mengaitkan diri dengan Abraham, bapa leluhur yang menerima pewahyuan langsung dari Allah. Abraham diyakini sebagai orang pertama yang percaya akan keesaan Allah dan menjalin hubungan ideal dengan Allah. Agama-agama Ibrahimi meyakini bahwa Allah berinteraksi dengan keturunan Abraham selama beribu-ribu tahun. Perjanjian yang diikat Allah dengan keturunan Abraham termaktub di dalam Alkitab Ibrani yang dikenal umat Kristen sebagai Kitab Suci Perjanjian Lama.[33]

Perkembangan wacana teologis mengenai Allah

Selayang pandang

 
Folio naskah Papirus 46 yang memuat salinan nas 2 Korintus 11:33–12:9, diperkirakan berasal dari kurun waktu antara tahun 175 sampai 225 Masehi

Rujukan

  1. ^ Basic Christian Doctrine, John H. Leith (1 Januari 1992) ISBN 0664251927 hlmn. 55-56
  2. ^ Introducing Christian Doctrine (edisi ke-2), Millard J. Erickson (1 April 2001) ISBN 0801022509 hlmn. 87-88
  3. ^ Berkhof, L. Systematic Theology, Penerbit Banner of Truth:1963, hlm.61
  4. ^ a b One God, One Lord, Larry W. Hurtado (25 Oktober 2003) ISBN 0567089878 hlmn. 1-2
  5. ^ The Blackwell Companion to The New Testament, David E. Aune (23 Maret 2010) ISBN 1405108258 hlm. 424
  6. ^ Apostle Paul: His Life and Theology, Udo Schnelle (1 November 2005) ISBN 0801027969 hlm. 396
  7. ^ ("Clementine Homilies," xvi. 15)
  8. ^ "TRINITY". Jewish Encyclopedia. JewishEncyclopedia.com. Diakses tanggal 22 Agustus 2013. 
  9. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Irena27
  10. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Globe352
  11. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SGuthrie
  12. ^ Hirschberger, Johannes. Historia de la Filosofía I, Barcelona: Herder 1977, hlm. 403
  13. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Image478
  14. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FranceK1
  15. ^ Stagg, Frank. New Testament Theology. Broadman Press, 1962. ISBN 0-8054-1613-7
  16. ^ Prestige G.L. Fathers and Heretics SPCK:1963, hlm. 29
  17. ^ Kelly, J.N.D. Early Christian Doctrines A & C Black:1965, hlm. 280
  18. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Behr
  19. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Fair48
  20. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama mercer935
  21. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Kelly115
  22. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Mac117
  23. ^ Christian Julien Robin (2012). Arabia and Ethiopia. In The Oxford Handbook of Late Antiquity. OUP USA. hlm. 304–305. ISBN 9780195336931. 
  24. ^ a b Columbia Encyclopedia, Allah
  25. ^ "Allah." Encyclopædia Britannica. 2007. Encyclopædia Britannica
  26. ^ Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa, Allah
  27. ^ Willis Barnstone, Marvin Meyer The Gnostic Bible: Revised and Expanded Edition Penerbit Shambhala 2009 ISBN 978-0-834-82414-0 halaman 531
  28. ^ Sikhs target of 'Allah' attack, Julia Zappei, 14 Januari 2010, The New Zealand Herald. Diaksen daring tanggal 15 Januari 2014.
  29. ^ Malaysia court rules non-Muslims can't use 'Allah', 14 Oktober 2013, The New Zealand Herald. Diakses daring tanggal 15 Januari 2014.
  30. ^ Malaysia's Islamic authorities seize Bibles as Allah row deepens, Niluksi Koswanage, 2 Januari 2014, Reuters. Diakses daring tanggal 15 Januari 2014. [1]
  31. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama 10-point
  32. ^ Lewis, Bernard; Holt, P. M.; Holt, Peter R.; Lambton, Ann Katherine Swynford (1977). The Cambridge history of Islam. Cambridge, Eng: University Press. hlm. 32. ISBN 978-0-521-29135-4. 
  33. ^ Silverstein, Adam J.; Stroumsa, Guy G.; Blidstein, Moshe (2015). "The Oxford Handbook of the Abrahamic Religions" (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 3–4. Diakses tanggal 20 April 2021. 

Sumber

Pranala luar