Anas Nafis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Jayrangkoto (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 21:
== Sekolah dan mengajar ==
Setelah [[Indonesia]] merdeka, Anas Nafis kembali bersekolah di [[SMA]]. Sebelumnya, saat masa penjajahan Jepang, Anas sekolah di HIS [[Muhammadiyah]],
Setelah lulus dari SMA, Anas Nafis berencana menjadi guru di daerahnya. Hal itu disebabkan kondisi ibunya, Sawiyah, yang hampir setahun menderita sakit. Namun, Uda-nya A.A Navis menyuruhnya untuk terus melanjutkan sekolah.
Baris 32:
Sejumlah ide bisa mengalir dari cerita Anas Nafis. Sastrawan [[A.A Navis]] saat menulis novel ''Robohnya Surau Kami'' ([[1956]]) idenya berasal dari ''Merontokkan Surau Anduang Montok Belakang Gudang''. Ide yang muncul ketika mereka tinggal di Padang Panjang. Selain peneliti, akademisi, seniman dan budayawan yang meminjam referensi yang dimilikinya, pejabat daerah juga sering memanfaatkan jasa Anas Nafis.
Selain mengumpulkan literatur tentang [[Minangkabau]] dan [[Sumatera Barat]], tahun [[1987]] Anas Nafis menggagas berdirinya [[Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau]] (
Tahun [[2004]], 10 naskah cerita rakyat Minangkabau yang ia sadur, diterbitkan [[Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau]] (PPIM). Anas Nafis juga menulis buku [[Peribahasa]] [[Minangkabau]] ([[1997]]) yang sudah mengalami cetak ulang berkali-kali. Sejumlah skenario yang ditulisnya sudah difilmkan di [[TVRI]], seperti [[Dang Tuanku]] ([[1975]]) dan [[Perang Kamang]] ([[1980]]), serta mengolah cerita dan sinopsis film [[Palasik]] untuk [[RCTI]] ([[1997]]).
|