Anikonisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: praktek → praktik (2)
Baris 1:
'''Anikonisme''' adalah praktekpraktik atau keyakinan dalam menghindari atau mengucilkan [[gambar]] makhluk Tuhan, [[nabi]], atau tokoh agama lainnya yang dihormati, atau dalam manifestasi yang berbeda, setiap [[manusia]] atau [[makhluk hidup]]. Istilah ''[https://en.wiktionary.org/wiki/aniconic aniconic]'' dapat digunakan untuk mendeskripsikan ketiadaan representasi grafis dalam sistem keyakinan tertentu, terlepas dari apakah adanya perintah untuk melarangnya. Kata itu sendiri berasal dari bahasa [[Yunani Kuno|Yunani]] εικων 'gambar' dengan awalan negatif ''an-'' ([[alfabet privatif]] Yunani) dan akhiran ''-isme'' (Yunani: -ισμος).
 
==Kategorisasi==
Anikonisme adalah kasus tertentu pada [[Representasi (seni)|representasi]] (tidak adanya gambar) dan [[tabu]] (larangan gambar). Perbedaannya, seseorang hanya mengungkapkan tidak adanya gambar, sementara yang lain juga berisi perintah yang disusun untuk mengatur ketidakhadiran gambar. Penghindaran dan kebencian terhadap representasi disebut ''ikonophobia'', lawan katanya adalah ''[[ikonodul]]''. Ketika kecenderungan yang tidak formal atau peraturan perundang-undangan dinyatakan dengan jelas direalisasikan dalam praktekpraktik dan ditegakkan, yang mengarah kepada penghapusan dan penghancuran representasi, anikonisme menjadi ''[[ikonoklasme]]''. Anikonisme juga berkaitan dengan ''[[penyensoran]]'', yang terjadi setelah representasi telah dibuat, namun sebelum atau segera sesudah ditampilkan khalayak umum; dan juga melibatkan kekerasan lebih rendah daripada ikonoklasme. Dalam penggunaan umum, "anikonisme" digunakan untuk menunjuk pada ketiadaan lukisan dan patung, ciri perilaku yang dianggap "tabu", "penyensoran" diterapkan untuk bahan tertulis, dan "ikonoklasme" untuk penghancuran lukisan dan patung.
 
==Objek==
Baris 27:
===Agama===
[[Image:Aikya Linga in Varanasi.jpg|thumb|Kegiatan tabur bunga kepada lingga Siwa yang anikonik di [[Varanasi]].]]
Meskipun anikonisme lebih dikenal dalam hubungan dengan [[Agama Abrahamik|agama-agama Abrahamik]], pola dasarnya dibagi antara berbagai agama, termasuk agama [[Hindu]] yang juga memiliki keyakinan anikonistik. Sebagai contoh, meskipun Hindu umumnya diwakili oleh [[murti]] keagamaan yang antropomorfik, anikonisme sama-sama diwakili dengan simbol-simbol abstrak Tuhan, seperti [[Lingga (arca)|Lingga Siwa]] dan [[saligrama]].<ref>Hinduism: Beliefs and Practices, oleh Jeanne Fowler, hal. 42-43, di [http://books.google.com/books?id=RmGKHu20hA0C&pg=PA42&dq=Hinduism+murtis+shiva+linga&lr=&cd=18#v=onepage&q&f=false books.google.com] dan Flipside of Hindu symbolism, oleh M. K. V. Narayan, hal. 84-85, di [http://books.google.com/books?id=ewRfp4qpvt4C&pg=PA84&dq=Hinduism+murtis+saligrama&lr=&cd=1#v=onepage&q&f=false books.google.com]</ref> Selain itu, agama Hindu mendapati lebih mudah untuk fokus pada ikon antropomorfik, karena Dewa [[Krishna]] berkata dalam [[Bhagavad Gita]], Bab 12, Ayat 5, bahwa jauh lebih sulit untuk fokus pada Tuhan tanpa wujud daripada Tuhan dengan bentuk, karena manusia memiliki kebutuhan untuk melihat melalui indranya.<ref>[http://www.bhagavad-gita.org/Gita/verse-12-04.html Bhagavad-Gita: Bab 12, Ayat 5<!-- Bot generated title -->]</ref> Sebuah fase ikonoklastik dalam peradaban India awal dijadikan hipotesis{{By whom}}, ketika invasi Mughal menghancurkan berhala orang-orang asli India.{{citation needed}} Beberapa cabang modern Hindu, termasuk [[Brahmo Samaj]] dan [[Arya Samaj]] menolak gambar-gambar agama, yang awalnya dilakukan oleh [[Sikhisme]].<ref>Diane Apostolos-Cappadona, et al. "Iconoclasm." In [[Grove Art Online]]. Oxford Art Online, [http://www.oxfordartonline.com/subscriber/article/grove/art/T039783 subscription required] (diakses April 26, 2011).</ref>
 
Dalam [[monoteisme]], anikonisme dibentuk oleh pertimbangan teologis tertentu dan konteks sejarahnya. Ini muncul sebagai akibat wajar dari melihat posisi Tuhan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, dan kebutuhan untuk mempertahankan status yang unik terhadap persaingan kekuatan eksternal dan internal, seperti berhala-berhala, manusia-manusia kritis, dan [[masyarakat massa]]. [[Penyembahan berhala]] adalah ancaman bagi keunikan tersebut, dan salah satu cara yang dipilih para nabi dan misionaris untuk melawannya ialah melalui larangan representasi material. Solusi yang sama juga dilakukan melawan pretensi manusia untuk memiliki daya penciptaan seperti Tuhan (karena itulah terjadi kisah pengusiran dari [[surga]], kehancuran [[Babilonia]], dan [[Sepuluh Perintah Allah|Perintah]] Kedua dalam teks kitab suci, atau mitos [[golem]] dalam literatur Yahudi). Sikhisme juga mendorong anikonisme: Foto atau berhala [[Guru (agama dharma)|guru]] Sikh tidak untuk disembah, dan seorang aktor tidak dapat memainkan peran sebagai guru Sikh di film.
Baris 42:
==Catatan==
{{reflist}}
 
{{Seni-stub}}
 
[[Kategori:Anikonisme| ]]
 
 
{{Seni-stub}}