Arif Rahman Hakim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Menolak 8 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 13218492 oleh Edowidivirgian
Baris 6:
|office =
|birth_date = {{birth date|1943|2|24}}
|birth_place = {{negara|IndonesiaJepang}} [[PadangJakarta]], [[Indonesia]]
|death_date = {{death date and age|1966|2|24|1943|2|24}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|nationality = {{flag|Indonesia}}
|profession = [[mahasiswa]] [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]]
|religion = [[Islam]][[Ahmadiyah]]
}}
 
'''Arif Rahman Hakim''' (nama lahir Attaurahman<ref>{{Cite web|url=http://warta-ahmadiyah.org/arif-rahman-hakim-pahlawan-ampera-itu-pemeluk-islam-ahmadiyah.html|title=Arif Rahman Hakim, Pahlawan Ampera itu Pemeluk Islam Ahmadiyah {{!}} Warta Ahmadiyah|website=warta-ahmadiyah.org|language=id-ID|access-date=2017-10-01}}</ref>) ({{lahirmati|[[Padang]], [[Sumatera Barat]]|24|2|1943|[[Jakarta]]|24|2|1966}}) adalah mahasiswa [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]] yang meninggal karena ditembak sewaktu berlangsungnya demonstrasi mahasiswa yang menuntut [[Tritura]] atas pemerintahan [[Orde Lama]] di bawah Presiden [[Soekarno]] pada tanggal [[24 Februari]] [[1966]].<ref>{{Cite news|url=https://www.merdeka.com/peristiwa/benarkah-tjakrabirawa-tembak-mati-arief-rahman-hakim.html|title=Benarkah Tjakrabirawa tembak mati Arief Rahman Hakim? {{!}} merdeka.com|last=Fadillah|first=Ramadhian|newspaper=merdeka.com|language=en|access-date=2017-10-01}}</ref> Namun menurut [[Maulwi Saelan]], penembak Arif lahirRahman Hakim bukanlah salah satu prajurit [[Resimen Tjakrabirawa]] tetapi beliau mendapat penjelasan dari pasangananggota perantauPolisi Militer [[OrangKomando MinangDaerah Militer Jaya/Jayakarta|MinangkabauKodam Jaya]], H.tembakan Syairitu danberasal Hakimah.<ref>{{Citedari salah satu web|url=http:anggota Pom Dam yang bertugas di [[Garnisun Tetap I//warta-ahmadiyahJakarta|garnizun]] ibu kota.org/arif-rahman-hakim-pahlawan-ampera- Dari informasi itu-pemeluk-islam-ahmadiyah, dia berusaha mendapatkan visum Arif Rahman.html|title= "Namun hingga Resimen Tjakrabirawa dibubarkan saya tak mendapat visum Arif Rahman Hakim itu," kata Saelan. Penyelidikan mendalam juga tak pernah dilakukan Pahlawansoal Amperapenembakan itu. PemelukTak Islamada Ahmadiyahseorang {{!}}pun Wartadivonis Ahmadiyah|website=warta-ahmadiyahbersalah dalam kasus penembakan Arif Rahman Hakim. Hanya nama Tjakrabirawa yang semakin terpuruk.org|language=id-ID|access-date=2017-10-01}}</ref>
 
Arif lahir dari pasangan perantau [[Orang Minang|Minangkabau]], H. Syair dan Hakimah.
== Perjalanan Hidup ==
Dia dibesarkan dalam keluarga yang penuh kesederhanaan. Pada saat sekolah SD, pasar dimana toko Ayahnya berada terbakar, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terpaksa ibunya berjualan kue pastel ke warung. Tugas seorang Rahman kecil adalah menumbuk singkong setiap malam hari dan keesokan paginya kue pastel tersebut dikirimkan ke warung-warung.
 
Untuk mengenang perjuangannya, namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan di beberapa kota di Indonesia. Di Universitas Indonesia, namanya diabadikan menjadi nama masjid di Kampus Salemba dan nama salah satu stasiun radio swasta di Jakarta.
Dimasa sekolah SD, kecerdasannya sudah menonjol dengan selalu memperoleh juara 1 di kelasnya. Kelebihan lainnya adalah saat bermain kelereng bersama temannya dia selalu menang sehingga banyak memperoleh kelereng. Jika kelereng yang terkumpul sudah banyak, maka kelereng tersebut dijual dan uangnya diberikan kepada ibu untuk tambahan dapur.
 
Mimpi dia menjadi seorang dokter dimulai saat dia mengalami kecelakaan parah di bagian kepalanya yang membuatnya hampir kehilangan nyawa. Kejadian tersebut terjadi ketika di kelas 4 SD saat sedang mengikuti kegiatan dalam memperingati hari pahlawan di sekolah. Dia dan teman-temannya menaiki truk untuk mengambil batu di sungai yang akan dibawa ke sekolah. Dalam perjalanan truk yang dinaikinya mengalami kecelakaan terguling dan dia mengalami luka yang paling parah. Kepalanya terluka dan gegar otak, bahkan dokter menyatakan bahwa umurnya ditentukan hari itu setelah jam 12 malam. Jika berhasil hidup kata dokter ada kemungkinan besar syarafnya terganggu. Tetapi Allah swt mempunyai rencana yang luar biasa, dia berhasil hidup bahkan kecerdasannya meningkat setelah kecelakaan tersebut. Sejak kejadian ini, Apabila Rahman kecil ditanya cita-citanya maka dia menjawab ingin jadi dokter bedah, karena dokter bedahlah yang telah menyelamatkannya.
 
Cita-cita inilah yang menuntun dia akhirnya pindah sekolah ke SMA 7 Jakarta agar bisa masuk perguruan tinggi di Jakarta. Setelah lulus dan berhasil masuk perguruan tinggi [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia|Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia]], dia menulis surat meminta izin ke Ibunya untuk mengubah namanya menjadi Arif Rahman Hakim dengan arti nama Arif adalah bijaksana, Rahman nama aslinya dan Hakim dari nama ibu (Hakimah). Setelah memperoleh izin dari ibunya maka saat mulai kuliah dia menggunakan nama Arif Rahman Hakim.
 
Untuk sampai ke kampus UI Salemba, dia hanya minum air putih sebelum berangkat dan dia selalu jalan kaki setiap hari dari tempat tinggalnya di [[Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat|Tanah Tinggi]]. Tidurnya hanya beralaskan tikar dan sarung padahal nyamuk ditempat tinggalnya sangat banyak. Sulitnya hidup dijalani tanpa keluhan, pakaian yang menempel hanyalah pemberian dari orang lain dan sudah penuh jahitan karena banyak yang sobek. Selesai kuliah, dia selalu belajar dan membaca buku cetak di perpustakaan kampus sampai sore dan pulang setelah maghrib. Dia berhasil kuliah di Fakultas Kedokteran sampai tingkat 4 dengan hanya memiliki buku tulis karena mahalnya harga buku cetak.
 
Dia rutin sholat jumat di masjid Al Hidayah di jalan Balikpapan 1 no 10. Dia juga aktif dalam pengajian dan kegiatan sosial di masjid Al Hidayah serta ikut dalam MKAI yaitu Majelis Khudamul Ahmadiyah Indonesia<ref>{{Cite web|url=http://warta-ahmadiyah.org/arif-rahman-hakim-pahlawan-ampera-itu-pemeluk-islam-ahmadiyah.html|title=Arif Rahman Hakim, Pahlawan Ampera itu Pemeluk Islam Ahmadiyah {{!}} Warta Ahmadiyah|website=warta-ahmadiyah.org|language=id-ID|access-date=2017-10-01}}</ref>
 
== Peristiwa 24 Februari 1966 ==
Pada tanggal 24 Februari 1966, saat demo yang terjadi hari Kamis pagi, dia berpamitan kepada kakaknya untuk ikut membantu demo dalam membagikan makanan kepada mahasiswa yang berdemo. Kakaknya berpesan hati-hati dalam berdemo karena kita orang susah, jangan sampai kena masalah. Pada pukul 11.30 wib terdengar bunyi letusan tembakan, saat itu kakaknya hanya beripikir kasihan mahasiswa yang terkena tembak. Sore harinya ada tentara yang datang ke tempat kakaknya di tanah tinggi dan mengajak ke RSPAD untuk menengok dia yang katanya terkena “tembakan di tangan”. Sampai di Rumah sakit sudah banyak mahasiswa yang menunggu dan banyak yang berbisik “kasihan ya..”. Akhirnya kakaknya baru sadar setelah sampai di depan kamar mayat dan Arif Rahman Hakim telah wafat terkena tembakan di dadanya.
 
Arif Rahman Hakim disemayamkan dirumah duka di [[Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat|Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.]] Setelah sholat Jumat, sholat Jenazah dilaksanakan di Aula UI, Salemba, dipimpin oleh Bapak Mubalig Ahmad Nuruddin. Hampir semua golongan agama seperti Budha, Hindu dan Kristen ikut hadir mendoakan dalam pelepasan jenazah di Aula UI.
 
Jenazah Arif Rahman Hakim dikuburkan di Blok P, tetapi sekarang telah dipindahkan ke Pemakaman Pahlawan Ampera di [[Tanah Kusir Kodim (Transjakarta)|Tanah Kusir, Jakarta Selatan]].<ref>{{Cite web|url=http://warta-ahmadiyah.org/arif-rahman-hakim-pahlawan-ampera-itu-pemeluk-islam-ahmadiyah.html|title=Arif Rahman Hakim, Pahlawan Ampera itu Pemeluk Islam Ahmadiyah {{!}} Warta Ahmadiyah|website=warta-ahmadiyah.org|language=id-ID|access-date=2017-10-01}}</ref>
 
== Kontroversi Kematian ==
Menurut [[Maulwi Saelan]], penembak Arif Rahman Hakim bukanlah salah satu prajurit [[Resimen Tjakrabirawa]]. Resimen Tjakrabirawa yang mengawal Presiden Soekarno, menepis tulisan sejarah yang menyebut anggota Tjakrabirawa yang menembak aktivis mahasiswa KAMI/KAPPI. Nama mahasiswa itu Arief Rahman Hakim dan terjadi saat KAMI/KAPPI sedang menyerbu Sekretariat Negara pada tahun 1966 dan Tjakrabirawa tak terlibat penembakan.
 
"‎KAMI/KAPPI yang menyerbu Sekretariat Negara sama sekali tidak ditembak dan mereka hanya saya perintahkan menghentikan aksi kerusuhan dan meninggalkan kompeks itu. Mereka juga hendak menemui presiden, tapi saya tolak karena ada prosedurnya," kata mantan Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa Maulwi Saelan.
 
Diceritakan Maulwi, saat pelantikan Kabinet 100 Menteri, sekitar pukul 09.30 WIB Maulwi berada di sekitar posko [[Istana Negara]] memantau demonstrasi KAMI/KAPPI. Tiba-tiba terdengar di radio posko bahwa di [[Lapangan Banteng]] terjadi insiden antara demonstran dan petugas patroli garnisun karena demonstran berusa merusak [[Tugu Pembebasan Irian Barat]] yang dibangun di tengah lapangan.
 
Seorang‎ demonstran tertembak personil patroli garnisun. Ia langsung dilarikan ke RSUP Gatot Mangunkusumo. Siaran radio menyebut nama mahasiswa itu bernama Arief Rahman Hakim.
 
Sementara itu, sekitar pukul 11.00 WIB demonstran depan Istana Merdeka mengendarai truk-truk tentara mengelilingi jalan sekitar Istana dengan membawa jaket kuning dengan noda merah. Jaket itu mereka kiibar-kibarkan sambil meneriakkan 'Tjakrabirawa pembunuh!'.
 
Disebarkan isu bahwa mahasiswa Arief Rahman Hakim ditembak prajurit Tjakrabirawa di depan Gedung Pemuda, seberang Markas DKP (Detasemen Kawal Pribadi).
 
Mendengar teriakan demonstran, Komandan Kawal Istana Batalyon II KKO Kapten Hidrosin mengumpulkan pasukan dan seluruh senjata mereka untuk diperiksa.
 
"Dalam pemeriksaan yang teliti, tidak terdapat satu pun senjata dari anggota-anggota yang bertugas yang mengeluarkan tembakan. Laras senjata semuanya bersih," kata Maulwi.
 
Pada 1967 (setahun setelah kejadian), setelah dipindahkan dari Tjakrabirawa kembali ke Puspom ABRI, Maulwi mendapatkan penjelasan dari beberapa anggota POM PAM V tentang demonstrasi yang terjadi di Lapangan Banteng. Penembakan Arief Rahman Hakim dalam demonstrasi itu dilakukan oleh seorang anggota POM DAM C Jaya pada waktu bertugas di Garnisun Ibu Kota.
 
"Dengan demikian apa yang saya dengan di radio posko waktu bertugas di Istana Negara benar adanya. Arief Rahman Hakim bukan ditembak prajurit Tjakrabirawa tapi tertembak di Lapangan Banteng oleh anggota POM DAM V yang bertugas sebagai patroli garnisun," ucapnya.
 
Ia mengatakan bahwa ia pernah meminta pada Brigjen TNI dr Rubiono yang kerap bersamanya dalam perjalanan pengamanan presiden mengusahakan visum et repertum Arief Rahman Hakim untuk dilaporkan pada Presiden Soekarno. Namun, hingga Tjakrabirawa dibubarkan, Maulwi tak mendapatkan visum Rahman.<ref>{{Cite news|url=https://news.detik.com/berita/2708545/kisah-pasukan-tjakrabirawa-dan-penembakan-arief-rahman-hakim|title=Kisah Pasukan Tjakrabirawa dan Penembakan Arief Rahman Hakim|newspaper=detiknews|access-date=2017-10-01}}</ref>
 
== Memorabilia ==
Untuk mengenang perjuangannya, namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan di beberapa kota di Indonesia. Di Universitas Indonesia, namanya diabadikan menjadi nama masjid di Kampus Salemba<ref>{{Cite news|url=http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/11/12/newudq-masjid-arif-rahman-hakim-masjid-perjuangan-tritura-1|title=Masjid Arif Rahman Hakim, Masjid Perjuangan Tritura (1) {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2017-10-01}}</ref> dan nama salah satu stasiun radio swasta di Jakarta. Selain itu, selama era pergerakan tahun 1960'an, terdapat suatu kesatuan pergerakan yang dibentuk atas nama Laskar Ampera Arief Rahman Hakim yang berpusat di Jakarta.
 
Selain itu, puisi "Karangan Bunga" karya Taufik Ismail merupakan puisi yang dikhususkan untuk almarhum Arif Rahman Hakim.<ref>{{Cite web|url=http://puisi.nadiguru.web.id/2016/08/puisi-taufik-ismail-karangan-bunga.html|title=Puisi Taufik Ismail : Karangan Bunga {{!}} Kumpulan Puisi|website=puisi.nadiguru.web.id|access-date=2017-10-01}}</ref>
 
'''Karangan Bunga'''
 
Tiga anak kecil
 
Dalam langkah malu-malu
 
Datang ke salemba
 
Sore itu.
 
Ini dari kami bertiga
 
Pita hitam pada karangan bunga
 
Sebab kami ikut berduka
 
Bagi kakak yang ditembak mati
 
Siang tadi.
 
Salemba
 
Alma Mater, janganlah bersedih
 
Bila arakan ini bergerak pelahan
 
Menuju pemakaman
 
Siang ini.
 
Anakmu yang berani
 
Telah tersungkur ke bumi
 
Ketika melawan tirani.
 
''Karya : Taufik Ismail''
 
== Rujukan ==