Arkeologi Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
→‎Sejarah: pengayaan, terjemahan dari wikienglish
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext pranala ke halaman disambiguasi
Gunkarta (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 18:
Studi arkeologi secara formal di Indonesia dimulai pada abad ke-18 di [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]], ketika sekelompok intelektual Belanda mendirikan lembaga ilmiah bernama ''Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen'', ([[Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen|Perkumpulan Seni dan Sains Batavia]]) pada 24{{nbsp}}April 1778.<ref>{{cite book | last =Rosi | first =Adele | title =Museum Nasional Guide Book| publisher=PT Indo Multi Media, Museum Nasional and Indonesian Heritage Society |year=1998 | location =Jakarta | pages =4 }}</ref> Badan swasta ini mempunyai tujuan untuk memajukan penelitian di bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya sejarah, [[arkeologi]], [[etnografi]] dan [[fisika]],dan mempublikasikan berbagai temuannya.
 
Sir [[Thomas Stamford Raffles]], Gubernur Jenderal [[Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda|Jawa Britania]] (1811 sampai 1816) memiliki ketertarikan pribadi terhadap sejarah, budaya, dan masa lalu Jawa kuno, dan menulis ''[[Sejarah Pulau Jawa|The History of Java]]'', yang diterbitkan pada 1817.<ref>Sir Thomas Stamford Raffles: ''[[Sejarah Pulau Jawa|The History of Java]]''; Black, Parbury and Allen for the Hon. East India Company 1817; reprinted in the Cambridge Library Collection, 2010</ref> Pada masa pemerintahannya, reruntuhan candi kuno [[Borobudur]], [[Prambanan]] dan [[Trowulan]] terungkap. Hal ini memicu minat yang lebih luas terhadap arkeologi Jawa. Sejumlah [[Candi|temple ruins]]disurvei, dicatat dan dikatalogkan secara sistematis untuk pertama kalinya. Namun, pada abad ke-19, lonjakan minat terhadap seni rupa Jawa kuno menyebabkan penjarahan situs arkeologi oleh "pemburu suvenir" dan pencuri. Periode ini menyaksikan pemenggalan kepala Buddha di Borobudur. Dari 504 arca Buddha kuno asli di Borobudur, lebih dari 300 diantaranya rusak (kebanyakan tanpa kepala), dan 43 hilang. Kepala Buddha Borobudur yang dijarah sebagian besar dijual ke luar negeri, berakhir di koleksi pribadi atau dibeli dan menjadi koleksi museum Barat.<ref>{{cite journal| title=Acquisition |journal=Critical Inquiry |author=Hiram W. Woodward Jr. |volume=6 |issue=2 |year=1979 |pages=291–303| doi=10.1086/448048|s2cid=224792217 }}</ref> suchseperti as thedi [[Tropenmuseum]] indi [[Amsterdam]] anddan [[The British Museum]] indi [[London]].<ref>{{cite web
|url = http://www.bbc.co.uk/ahistoryoftheworld/objects/CPbWMMoFSnmUlSHF3dkf5A#
|title = Borobudur Buddha head