Asoka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(43 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kegunaanlain|Asoka (pohon)}}
{{Infobox royalty
|name = Asoka
|title ='''[[Samraat]] [[Cakrawartin|Chakravartin]]'''<br>Devanampriya, Priyadarsin
|image =Indian_relief_from_Amaravati,_Guntur._Preserved_in_Guimet_Museum.jpg
|caption = Asoka yang agungAgung
|succession= Kaisar [[Kekaisaran Maurya|Maurya]] ke-3
|reign = 269–232 SM
|coronation = 269 SM
|predecessor = [[Bindusara]]
|successor = [[DasarathaDasharatha Maurya|DasarathaDasharatha]]
|othertitles= ''Devanampriya'', ''Priyadarsin''
|religion = [[Hindu]], kemudian [[Agama Buddha]]
|spouse=[[Karuvaki]]<br>[[Asandhimitra]]
|spouse-type=Istri
|spouses=[[Maharani Devi|Devi]]<br>[[Karuvaki]]<br>[[Rani Padmavati|Padmavati]]<br>[[Tishyaraksha]]
|issue={{unbulleted list|[[Mahinda (buddhist monk)|Mahendra]]
|[[Sanghamitra]]
Baris 21:
|Jaluka{{citation needed|date=October 2014}}
|[[Charumati]]}}
|spouses-type =WivesSelir
|house= [[MauryanDinasti dynastyMaurya|Maurya]]
|father = [[Bindusara]]
|mother =Dharma/Shubhadrangi
Baris 30:
|death_place = [[Pataliputra]], [[Patna]]
}}
[[Berkas:Indian relief from Amaravati, Guntur. Preserved in Guimet Museum.jpg|rightka|thumbjmpl|250px|Maharaja Asoka]]'''Asoka yang Agung''' (juga '''Ashoka''', '''Aśoka''', dilafazkan sebagai Asyoka) adalah penguasa [[Kekaisaran Maurya|Kekaisaran]] Gupta dari [[273 SM]] sampai [[232 SM]]. Seorang penganut agama [[Buddha]], Asoka menguasai sebagian besar [[anak benua India]], dari apa yang sekarang disebut [[Afganistan]] sampai [[Bangladesh]] dan di selatan sampai sejauh [[Mysore]].
 
Nama "Asoka" berarti 'tanpa duka' dalam [[bahasa Sanskerta]] (''a'' – tanpa, ''soka'' – duka). Asoka adalah pemimpin pertama [[Bharata]] ([[India]]) Kuno, setelah para pemimpin [[Mahabharata]] yang termasyhur, yang menyatukan wilayah yang sangat luas ini di bawah kekaisarannya, yang bahkan melampaui batas-batas wilayah kedaulatan negara India dewasa ini.
 
Sang penulis [[Britania Raya|Britania]] [[H. G. Wells]] menulis tentang Asoka: "Dalam sejarah dunia, ada ribuan raja dan kaisar yang menyebut diri mereka sendiri ‘Yang Agung’, ‘Yang Mulia’ dan ‘Yang Sangat Mulia’ dan sebagainya. Mereka bersinar selama suatu waktu singkat, dan kemudian cepat menghilang. TetapiNamun, Asoka tetap bersinar dan bersinar cemerlang seperti sebuah bintang cemerlang bahkan sampai hari ini" (Aslinya dalam [[bahasa Inggris]]: ''"In the history of the world there have been thousands of kings and emperors who called themselves 'Their Highnesses', 'Their Majesties' and 'Their Exalted Majesties' and so on. They shone for a brief moment, and as quickly disappeared. But Ashoka shines and shines brightly like a bright star, even unto this day"'').
 
== Kehidupan awal ==
Asoka adalah putra maharaja [[Maurya]], maharaja [[Bindusara]] dari seorang selir yang pangkatnya agak rendah dan bernama subhadrangi yang akhir nya disebut Dharma karena ia mengikuti jalan kebenaran. Asoka memiliki beberapa kakak dan hanya satu adik, WitthasokaDrupadh. Karena kepandaian yang meneladani dan kemampuannya berperang, ia dikatakan merupakan cucu kesayangan kakeknya, maharaja [[Candragupta Maurya]]. Maka seperti diceritakan dalam bentuk legenda, ketika Candragupta Maurya meninggalkan kerajaannya untuk hidup sebagai seorang [[Jain]], ia membuang pedangnya. Asoka menemukan pedangnya dan menyimpannya.
 
== Jalan menuju kekuasaan ==
 
Maka sementara ia berkembang menjadi seorang prajurit ulung yang sempurna dan seorang negarawan lihai, Asoka memimpin beberapa regimen tentara Maurya. Popularitasnya yang naik di seluruh wilayah kekaisaran membuat kakak-kakaknya menjadi cemburu karena mereka cemas ia bisa dipilih [[Bindusara]] menjadi maharaja selanjutnya. Kakaknya yang tertua, pangeran Susima, putra mahkota pertama, membujuk Bindusara untuk mengirim Asoka mengatasi sebuah pemberontakan di kota [[Taxila]], di provinsi barat laut [[Sindhu]], di mana pangeran Susima adalah gubernurnya. Taxila adalah sebuah daerah yang bergejolak karena penduduknya adalah sukubangsa [[Yunani-India]] yang suka berperang dan juga karena pemerintahan kakaknya, pangeran Susima kacau. Oleh karena itu dalam daerah ini banyak terbentuk milisi-[[milisi]] yang mengacau keamanan. Asoka setuju dan bertolak ke daerah yang sedang dilanda huru-hara. Maka ketika berita bahwa Asoka akan datang menjenguk mereka dengan pasukannya, ia disambut dengan hormat oleh para milisi yang memberontak dan pemberontakan bisa diakhiri tanpa pertumpahan darah. (Provinsi ini di kemudian hari memberontak lagi ketika Asoka memerintah, namuntetapi kemudian ditumpas dengan tangan besi).
 
Keberhasilan Asoka membuat kakak-kakaknya semakin cemas akan maksudnya menjadi maharaja penerus, maka hasutan-hasutan Susima kepada Bindusara membuatnya membuang Asoka. Asoka kemudian pergi ke [[Orissa|Kalinga]] dan menyembunyikan jatidirinya. Di sana ia bertemu dengan seorang [[nelayan]] wanita bernama [[KarubakiKaurwaki]], dan ia jatuh cinta. Prasasti-prasasti yang baru ditemukan menunjukkan bahwa ia kelak menjadi permaisuri selirnya yang kedua atau ketiga.
 
Sementara itu, ada sebuah pemberontakan lagi, kali ini di [[Ujjayani]] (Ujjain). Maharaja Bindusara mengundang Asoka kembali setelah dibuang selama dua tahun. Asoka pergi ke Ujjayani dan pada pertempuran di sana terluka, tetapi para hulubalangnya berhasil menumpas pemberontakan. Asoka kemudian diobati secara diam-diam sehingga para pengikut setia pangeran Susima tidak bisa melukainya. Ia diurusi oleh para [[bhiksubiksu]] dan [[bhiksunibiksuni]] beragama [[Buddha]]. Di sinilah ia pertama kalinya berkenalan dengan ajaran [[Gautama Buddha|Buddha]], dan di sini pula ia berjumpa dengan Dewi, yang merupakan perawat pribadinya dan putri seorang saudagar bernama Widisha. Maka setelah pulih, ia menikahinya. Hal ini tidak bisa diterima oleh Bindusara bahwa salah seorang putranya menikah dengan seorang penganut Buddha, maka dia tidak memperbolehkannya tinggal di [[Pataliputra]], tetapi mengirimnya kembali ke Ujjayani dan membuat menjadi seorang gubernur.
 
Tahun selanjutnya berjalan cukup tenang untuknya dan Dewi akan melahirkan putranya yang pertama. Sementara itu maharaja Bindusara mangkat. Sementara berita putra mahkota yang belum lahir menyebar, Pangeran Susima berniat untuk membunuhnya; namun si pembunuh justru membunuh ibunya. Menurut legenda, dalam keadaan murka, pangeran Asoka menyerang [[Pataliputra]] (sekarang [[Patna]]), dan memenggal kepala kakak-kakaknya semua termasuk Susima, dan membuangnya di sebuah sumur di Pataliputra. Pada saat tersebut banyak orang yang menyebutnya Canda Asoka yang artinya adalah Asoka si pembunuh dan tak kenal kasih.
 
Sementara Asoka naik takhta, ia memperluas wilayah kekaisarannya dalam kurun waktu delapan tahun kemudian dari perbatasan daerah yang sekarang disebut [[Bangladesh]] dan [[Assam]] di India di timur sampai daerah-daerah di [[Iran]] dan [[Afganistan]] di barat; dari Palmir Knots sampai hampir di ujung jazirah India di sebelah selatan [[India]].
[[Berkas:ashokan empire.gif|rightka]]
 
== Penaklukkan Kalingga ==
Sementara tahap-tahap awal kepemimpinan Asoka terbukti cukup haus darah, ia kemudian menjadi pengikut ajaran Buddha setelah menaklukkan Kalingga, daerah yang sekarang adalah negeri bagian India [[Orissa]]. Kalingga adalah sebuah negeri yang bangga akan kemerdekaan dan demokrasinya; dengan demokrasi monarki dan parlementernya, negeri ini bisa dikatakan sebuah pengecualian di Bharata KunaKuno, karena di sana ada konsep [[Rajadharma]], yang berarti kewajiban para pemimpin, yang secara dasar bersatu-padu dengan konsep keberanian dan [[Ksatriyadharma]].
 
Asal mula [[Perang Kalingga]] ([[265 SM]] atau [[263 SM]]) tidak jelas. Salah satu saudara Susima kemungkinan melarikan diri ke Kalingga dan mendapat suaka secara resmi di sana. Hal ini sangat membuat murka Asoka. Ia diberi saran oleh para menterinya menyerang Kalingga untuk tindakan pengkhianatan ini. Asoka kemudian meminta Kalingga untuk tunduk kepada kekuasaannya. Ketika mereka menolak diktatnya, Asoka mengirimkan salah seorang panglima perangnya supaya mereka tunduk.
 
Sang panglima perang dan pasukannya kalah dan melarikan diri berkat kepandaian panglima perang Kalingga. Asoka yang tercengang akan kekalahan ini, menyerang dengan sebuah pasukan terbesar yang belum pernah ada dalam sejarah India sampai saat itu. Kalingga melawan dengan sengit tetapi mereka bukan padanan pasukan perang Asoka yang sangat kuat. Seluruh wilayah Kalingga dijarah dan dihancurkan: piagam-piagam Asoka di kemudian hari menyebutkan bahwa di sisi Kalingga kurang lebih 100.000 jiwa tewas sedangkan jumlah prajurit Asoka yang tewas kurang lebih 10.000. Ribuan pria dan wanita dibuang pula.
 
== Asoka masuk Buddha ==
'''Lihat pula''': [[Maklumat-maklumat Asoka|Piagam-piagam Asoka]]
 
Menurut cerita legenda, satu hari setelah peperangan usai, Asoka menjelajah kota dan yang bisa dilihat hanyalah rumah-rumah yang terbakar dan mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana. Hal ini membuatnya muak dan ia berteriak dengan kata-kata yang menjadi termasyhur: "Apakah yang telah kuperbuat?" Kekejian penaklukan ini akhirnya membuatnya memeluk agama [[Buddha]] dan ia memakai jabatannya untuk mempromosikan falsafah yang masih relatif baru ini sampai dikenal di mana-mana, sejauh [[Roma]] dan [[Mesir]]. Sejak saat itu Asoka, yang sebelumnya dikenal sebagai “Asoka yang kejam” (Canda Asoka) mulai dikenal sebagai sang “Asoka yang Saleh” (Dharmâsoka).
 
Baris 69:
Asoka juga dipercayai membangun [[rumah-sakit]] untuk hewan dan me[[renovasi]] jalan-jalan utama yang menghubungkan daerah-daerah di India. Setelah perubahan dirinya, Asoka dikenal sebagai ''Dhammashoka'' ([[bahasa Pali]]), artinya Asoka, penganut [[Dhamma]], atau Asoka yang Soleh. Bentuknya dalam [[bahasa Sanskerta]] adalah Dharmâsoka. Asoka kemudian mendefiniskan prinsip-prinsip dasar dharma (dhamma) sebagai tindakan anti-kekerasan, toleransi terhadap semua sekte atau aliran agama, dan segala pendapat, mematuhii orang tua, menghormati para [[Brahmana]], guru-guru agama dan pandita, baik hati terhadap kawan, perlakuan [[manusia]]wi terahadap para pembantu, dan murah hati terhadap semua orang. Prinsip-prinsip ini menyinggung haluan umum [[etika]] berkelakuan terhadap sesama di mana tidak ada kelompok agama atau sosial yang bisa menentang.
 
[[Berkas:AshokaColumn.jpg|leftkiri]]
Beberapa pengkritik perpendapat bahwa Asoka takut akan adanya lebih banyak peperangan. Namun sebenarnya negara-negara tetangganya, termasuk [[kekaisaran Seleukus]] dan kerajaan-kerajaan [[Kerajaan Yunani-Baktria|Baktria-Yunani]] yang didirikan oleh [[Diodotus I]], tidak ada yang bisa menyamai kekuatan Asoka. Asoka hidup pada masa yang sama dengan [[Antiochus I Soter]] dan penerusnya [[Antiochus II Theos]] dari [[dinasti Seleukus]] seperti begitu pula Diodotus I dan putranya [[Diodotus II]] dari kerajaan Baktria-Yunani. Jika prasasti-prasasti dan piagam-piagamnya dipelajari dengan teliti, maka bisa disimpulkan bahwa ia mengenal Dunia Helenistik tetapi tidak pernah kagum. Piagam-piagamnya yang membicarakan hubungan persahabatan, memberikan Antiochus dari kekaisaran Seleukus dan [[Ptolemeus III]] dari [[Mesir]]. TetapiNamun, kemasyhuran kekaisaran Maurya sudah tersebar semenjak kakek Asoka, Candragupta Maurya mengalahkan [[Seleucus I Nicator|Seleucus Nicator]], pendiri dinasti Seleukus.
 
Sumber banyak pengetahuan kita akan Asoka adalah prasasti-prasasti yang banyak ditinggalkannya dan dipahatkannya di pilar-pilar dan batu-batu di seluruh wilayah kekaisarannya. Maharaja Asoka juga dikenal sebagai '''Piyadasi''' (dalam [[bahasa Pali]]) atau '''Priyadarsi''' (dalam bahasa Sanskerta) yang berarti "berparas baik" atau "dikaruniai Dewa-Dewa dengan berkah baik". Semua prasastinya memiliki sentuhan kekaisaran dan menunjukkan rasa kasih sesama yang mendalam; ia menyapa rakyatnya dengan kata "anak-anakku". Prasasti-prasasti ini mempromosikan moral sesuai agama Buddha dan memberi semangat pada tindakan non-kekerasan serta keteguhan dalam melaksanan Dharma (kewajiban atau tindakan yang bajik). Prasasti-prasasti ini juga membicarakan ketenarannya dan negara-negara taklukkan serta juga negara-negara tetangga yang berusaha menghancurkannya. Informasi tentang peperangan Kalinga juga bisa didapatkan dan juga tentang sekutu-sekutu Asoka. Lalu informasi mengenai pemerintahan sipil juga ada. Pilar-pilar Asoka di Sarnath adalah peninggalan Asoka yang paling dikenal. Mereka dibuat dari batu granit dan merekam kunjungan Asoka kepada maharaja Sarnath pada [[abad ke-3 SM]]. Pilar ini memiliki pucuk berbentuk empat kepala singa yang berdiri membelakangi satu sama lain. Lambang [[India]] modern adalah keempat singa ini. Singa selain melambangkan kekuasaan Asoka, juga melambangkan sifat kerajaan sang Buddha (singa dianggap raja hutan yang merajai semua margasatwa dan Buddha adalah seorang pangeran mahkota). Dalam menerjamahkan teks-teks yang berada pada prasasti di pilar-pilar ini, para sejarawan bisa mempelajari banyak tentang Kekaisaran Maurya. Namun sulit apakah yang tertulis di situ benar semua atau tidak. Yang jelas ialah teks-teks ini menunjukkan kepada kita bagaimana maharaja Asoka ingin dikenang.
 
Sumber banyak pengetahuan kita akan Asoka adalah prasasti-prasasti yang banyak ditinggalkannya dan dipahatkannya di pilar-pilar dan batu-batu di seluruh wilayah kekaisarannya. Maharaja Asoka juga dikenal sebagai '''Piyadasi''' (dalam [[bahasa Pali]]) atau '''Priyadarsi''' (dalam bahasa Sanskerta) yang berarti "berparas baik" atau "dikaruniai Dewa-Dewa dengan berkah baik". Semua prasastinya memiliki sentuhan kekaisaran dan menunjukkan rasa kasih sesama yang mendalam; ia menyapa rakyatnya dengan kata "anak-anakku". Prasasti-prasasti ini mempromosikan moral sesuai agama Buddha dan memberi semangat pada tindakan non-kekerasan serta keteguhan dalam melaksanan Dharma (kewajiban atau tindakan yang bajik). Prasasti-prasasti ini juga membicarakan ketenarannya dan negara-negara taklukkan serta juga negara-negara tetangga yang berusaha menghancurkannya. Informasi tentang peperangan Kalinga juga bisa didapatkan dan juga tentang sekutu-sekutu Asoka. Lalu informasi mengenai pemerintahan sipil juga ada. [[Pilar-pilar Asoka]] di Sarnath adalah peninggalan Asoka yang paling dikenal. Mereka dibuat dari batu granit dan merekam kunjungan Asoka kepada maharaja Sarnath pada [[abad ke-3 SM]]. Pilar ini memiliki pucuk berbentuk empat kepala singa yang berdiri membelakangi satu sama lain. Lambang [[India]] modern adalah keempat singa ini. Singa selain melambangkan kekuasaan Asoka, juga melambangkan sifat kerajaan sang Buddha (singa dianggap raja hutan yang merajai semua margasatwa dan Buddha adalah seorang pangeran mahkota). Dalam menerjamahkan teks-teks yang berada pada prasasti di pilar-pilar ini, para sejarawan bisa mempelajari banyak tentang Kekaisaran Maurya. Namun sulit apakah yang tertulis di situ benar semua atau tidak. Yang jelas ialah teks-teks ini menunjukkan kepada kita bagaimana maharaja Asoka ingin dikenang.
[[Berkas:190px-Asoka1.gif|thumb|right|190px|Prasasti batu pertama Asoka di Girnar]]
 
[[Berkas:190px-Asoka1.gif|thumbjmpl|rightka|190px|Prasasti batu pertama Asoka di Girnar]]
Kata-kata Asoka sendiri seperti diketahui dari piagam-piagamnya adalah: "Semua orang adalah anakku. Aku seperti ayah mereka. Seperti seorang ayah menginginkan kebaikan dan kebahagian untuk anaknya, aku ingin supaya semua orang selalu bahagia." Edward D'Cruz mentafsirkan dharma maharaja Ashoka sebagai "agama yang dipakai sebagai lambing dari sebuah persatuan kekaisaran dan semuah semen perekat untuk mempersatupadukan unsure-unsur heterogen dan berbeda-beda kekaisaran ini".
 
Kata-kata Asoka sendiri seperti diketahui dari piagam-piagamnya adalah: "Semua orang adalah anakku. Aku seperti ayah mereka. Seperti seorang ayah menginginkan kebaikan dan kebahagian untuk anaknya, aku ingin supaya semua orang selalu bahagia." Edward D'Cruz mentafsirkan dharma maharaja Ashoka sebagai "agama yang dipakai sebagai lambinglambang dari sebuah persatuan kekaisaran dan semuahsebuah semen perekat untuk mempersatupadukan unsureunsur-unsur heterogen dan berbeda-beda kekaisaran ini".
'''Lihat pula''': [[Piagam-piagam Asoka]]
 
== Kematian dan warisannya ==
Maharaja Asoka memerintah selama 41 tahun, dan setelah mangkatnya, dinasti Maurya masih bertahan selama lebih dari 50 tahun. Asoka memiliki banyak selir dan anak, namuntetapi nama-nama mereka tidaklah diketahui. [[Mahinda]] dan [[Sanghamitta]] adalah anak [[kembar]] yang dilahirkan istri pertamanya, Dewi di kota Ujjayini. Ia mempercayai mereka untuk menyebarkan agama Buddha di dunia yang dikenal dan tak dikenal. [[Mahinda]] dan [[Sanghamitta]] pergi ke [[Sri Lanka]] dan memasukkan Raja, Ratu dan rakyatnya agama Buddha. Mereka lalu berkeliling dunia sampai ke [[Mesir]] dunia [[Helenistik]] (Yunani). Sehingga mereka tidak bisa melaksanakan kewajiban pemerintahan. Beberapa arsip langka membicarakan penerus Asoka bernama [[Kunal]], yang merupakan putra Asoka dari istri terakhirnya.
 
[[Berkas:Asokaemblem.jpg|rightka]]
Masa kepemimpinan maharaja Asoka bisa saja mudah menghilang dalam sejarah, dengan berselangnya abad, jika ia tidak meninggalkan arsip sejarah apa-apa. Kesaksian maharaja ini ditemukan dalam bentuk pilar-pilar dan batu-batu karang besar yang dipahati secara megah menjadi prasasti. Isinya adalah ajaran-ajaran dan tindakan-tindakan yang ingin ia sebar luaskan. Selain itu Asoka juga mewariskan kita bahasa tertulis pertama di India setelah kota kunakuno [[HarrapaHarappa]]. Namun berbeda dengan di Harrapa, teks-teks Asoka bisa kita pahami. Bahasa yang dipakai Asoka dalam menuliskan teks-teks prasastinya adalah sebuah bentuk bahasa rakyat atau [[bahasa Prakerta]]/[[Prakrit]] dan bukan bahasa Sanskerta.
 
Pada tahun [[185 SM]], kurang lebih 50 tahun setelah mangkatnya Asoka, penguasa Maurya terakhir, [[BrhadrataBrihadratha Maurya|Brihadratha]], dibunuh secara keji oleh panglima perang Maurya, [[Pusyamitra Sunga]], saat ia sedang menginspeksi pasukannya. Pusyamitra Sunga lalu mendirikan [[Kekaisaran Sunga|dinasti Sunga]] ([[185 SM]]-[[78 SM]]) dan hanya memerintah sebagian wilayah Kekaisaran Maurya yang telah runtuh.
 
Baru hampir 21.000700 tahun kemudian di bawah kepemimpinan [[Akbar yang Agung]] dan [[cicit]]nya ([[buyut]]nya) [[Aurangzeb]], sebuah bagian besar [[anak benua India]] yang pernah diperintah Asoka, dipersatukan lagi di bawah satu kepemimpinan. TetapiNamun, akhirnya, orang Inggris di bawah Kekaisaran Britania Indialah yang menyatukan anak benua yang terpecah-belah ini menjadi sebuah satuan politik dan merintis jalan menuju munculnya kembali negara Bharata modern yang sembari memakai lambang Asoka, diilhami oleh ajarannya yang penuh dengan rasa kepemimpinan kuat dan rasa kasih sesama.
 
{{S-start}}
{| border="1" align="center" style="border-collapse:collapse"
| width="30%" align="center"| '''Didahului oleh''':<br />[[Bindusara]]
| width="40%" bgcolor="#aaaaaa" align="center"| [[Dinasti Maurya]]
| width="30%" align="center"| '''Diteruskan oleh''':<br />[[Dasaratha Maurya|Dasaratha]]
|}
 
{{S-hou|[[Dinasti Maurya]]||||}}
{{Daftar yang Agung}}
{{Succession box|after=[[Dasharatha Maurya]]|before=[[Bindusara]]|title=Kaisar Maurya<br>Samraat [[Cakrawartin]] India|years=269–232 SM}}{{S-end}}
{{Commonscat|Ashoka}}
{{Commonscat|Ashoka}}<br />{{Daftar yang Agung}}
 
[[Kategori:Dinasti Maurya]]
[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Raja India]]
[[Kategori:100 Tokoh menurutyang berpindah agama dari MichaelHindu H.ke HartBuddha]]