Atheis (novel): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Alur: Rumit amat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 37:
Hasan, yang lahir di Panyeredan di keluarga penganut [[Tarekat Naqsyabandiyah]], adalah siswa yang lumayan pandai dan tinggal bersama keluarga dan adik angkat, Fatimah. Seusai masa sekolah, Hasan berusaha untuk melamar temannya Rukmini untuk menjadi istri. Namun, Rukmini, yang mempunyai kedudukan sosial lebih tinggi, sudah dijanjikan untuk seseorang kaya di Batavia (sekarang [[Jakarta]]). Sebagai ganti, orang tua Hasan minta agar dia menikah dengan Fatimah. Hasan menolak, lalu mulai sangat mendalami Islam bersama ayahnya. Dia lalu berpindah ke [[Bandung]] untuk bekerja sebagai pegawai pemerintah.
 
Di Bandung, Hasan bekerja untuk [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|pemerintah pendudukan Jepang]] dan hidup secara asketik; dia sering berpuasa berhari-hari dan memasukkanberendam tubuhnya ke dalamdi sungai berulang kali pada dini pagihari. Saat di Bandung, dia bertemu dengan sahabatnya semasa kecil, Rusli, yang memperkenalkan seorang gadis bernama Kartini. Karena melihat bahwa Rusli dan Kartini adalah [[Marxisme-Leninisme|Marxis-Leninis]] yang [[atheis]], Hasan merasa seakan dipanggil untuk mengembalikan mereka ke agama Islam. Namun, dia tidak dapat mengatasi argumentasi Rusli yang menolak agama, sampai Hasan pun mulai meragukan keimanannya. Lama-kelamaan Hasan menjadi semakin sekuler, sampai pada suatu hari dia lebih memilih menonton film di bioskop bersama Kartini daripada sholat [[Maghrib]]. Melalui Rusli, Hasan diperkenalkan dengan berbagai orang yang menganut berbagai macam ideologi, termasuk Anwar, seorang [[nihilisme|nihilis]] yang suka main wanita; Hasan juga mulai mendekati Kartini.
 
Pada suatu hari, Hasan kembali ke Panyeredan bersama Anwar untuk mengujungi keluarganya. Saat di sana, Anwar melihat dua penjaga malam yang ketakutan dekat suatu permakaman. Ketika diberi tahu bahwa penjaga malam itu melihat hantu, Anwar masuk ke permakaman itu bersama Hasan untuk membuktikan bahwa tidak ada hantu di sana. Namun, Hasan merasa bahwa ada sesuatu yang mengincarnya; hal ini membuat dia melarikan diri dari permakaman tersebut. Ketika Anwar tertawa atas reaksi Hasan, Hasan merasa imannya sudah patah. Dia akhirnya bertengkar heboh dengan keluarganya tentang soal agama, sehingga dia diusir dari rumah. Sekembali ke Bandung, dia menikah dengan Kartini.