Atman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tag: kemungkinan IP LTA Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(24 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Hindu}}
'''Atman''' atau '''Atma''' ([[IAST]]: Ātmā, [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: आत्म
== Sifat-sifat Atman ==
Dalam [[Bhagavad Gita]] dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, diantaranya adalah:<ref name="Gita">{{en}}Bhaktivedanta Swami Prabhupada (Trans.). 1986. ''Bhagavad Gita As It Is''. Sydney: The Bhaktivedanta Book Trust.</ref>
* '''Achedya
* '''Adahya
* '''Akledya
* '''Acesyah
* '''Nitya
* '''Sarwagatah
* '''Sthanu
* '''Acala
* '''Awyakta''': tak dilahirkan
*
* '''Awikara''': tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.
* '''Sanatana''': selalu sama
== Atman dalam Bhagavad Gita ==
Berikut adalah beberapa kutipan sloka yang memuat sifat-sifat Atman dalam Bhagavad Gita:
Sloka{{br}}
{{Cquote| <poem><i><b>
nai'nam
chhindanti sastrani
na chai'nam kledayanty apo
na soshayati marutah
</i></b>
Senjata tidak dapat melukai Dia
dan api tidak bisa membakar- Nya
angin tidak dapat mengeringkan Dia
dan air tidak bisa membasahi- Nya
[[Bhagawad Gita]] (II,23)<ref name="Gita"/>
</poem>}}{{br}}
----
{{Cquote| <poem><i><b>
Achedyo 'yam adahyo 'yam
akledya 'soshya eva cha
nityah sarwagatah sthanur
achalo 'yam sanatanah
</i></b>
juga tidak dikeringkan dan dibasahi
Dia adalah abadi, tiada berubah
tiada bergerak, tetap selama- lamanya.
[[Bhagawad Gita]] (II,24)<ref name="Gita"/>
</poem>}}{{br}}
----
{{Cquote| <poem><i><b>
Awyakto 'yam achintyo 'yam
Awikaryo 'yam uchyate
tasmad ewam widitasi 'nam
na 'nusochitum arhasi.
</i></b>
Dia dikatakan tidak termanifestasikan
tidak dapat dipikirkan, tidak berubah- ubah
dan mengetahui halnya demikian
engkau hendaknya jangan berduka.
[[Bhagawad Gita]] (II,25)<ref name="Gita"/>
</poem>}}{{br}}
Atman tidak dapat menjadi subyek atau
==
1. Atman dianggap sebagai sumber hidup citta meliputi pikiran, perasaan dan instuisi.
2. Atman bertanggung jawab atas baik dan buruknya segala karma manusia.
3. Atman dianggap sebagai sumber hidup stula sarira (badan kasar)
== Empat Jalan menemukan Atman (Catur Marga Yoga) ==
Catur Marga Yoga merupakan 4 langkah cara untuk menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia harus melakukan [[Yoga]].<ref name="Smith"/> Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.<ref name="Smith"/> Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.<ref name="Smith"/> "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan untuk mencapai tujuan praktis ini...bagaimana caranya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."<ref>Heinrich Zimmer. 1951. ''The Philosophy of India''. New York: Patheon Books. p. 80-81.</ref>
Ada empat jalan (yoga) untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa kepada tujuan yang satu.<ref name="Smith"/> Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut berdasarkan pribadi orang tersebut.<ref name="Smith"/> Menurut analisis Hindu, pada umumnya ada empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).<ref name="Smith">Huston Smith. 1999. ''Agama-Agama Manusia''. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.</ref>
Baris 82 ⟶ 84:
Jalan untuk memperoleh pengetahuan ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.<ref name="Smith"/> Pertama adalah mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.<ref name="Smith"/> Tujuannya agar orang yang bersangkutan berkenalan dengan hipotesis pokok bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan.<ref name="Smith"/> Langkah kedua adalah berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah menjadi kenyataan penting.<ref name="Smith"/> Langkah ketiga adalah pengalihan identifikasi dirinya dengan roh abadi dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh abadi itu.<ref name="Smith"/> Ia harus melihat dirinya dari sudut pandang yang berbeda seolah-olah ia adalah pribadi yang berbeda, karena memang dirinya adalah fana dan hanya atman yang nyata.<ref name="Smith"/>
=== Jalan melalui Cinta / Bhakti Marga Yoga ===
Jalan melalui cinta atau bhakti yoga berbeda dengan jnana yoga.<ref name="Smith"/> Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan berada di dasar diri kita.<ref name="Smith"/> Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya berada di dalam manusia ataupun di luar manusia.<ref name="Smith"/> Tugas manusia adalah mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi.<ref name="Smith"/> Akan tetapi, bagi seseorang yang lebih mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan berbeda dengan hal-hal tersebut.<ref name="Smith"/> Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan adalah diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.<ref name="Smith"/> Alasannya, karena cinta merupakan perasaan yang dicurahkan keluar.<ref name="Smith"/> Kedua, tujuan jnana berbeda dengan bhakti.<ref name="Smith"/> Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan untuk memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang ada pada dirinya.<ref name="Smith"/> Apa yang harus dilakukan adalah mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.<ref name="Smith"/>
Ada tiga cara pendekatan bhakti yang perlu diketahui yaitu:
* a.
* b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa ada berbagai jenis cinta, misalnya cinta anak-
* c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut bentuk ideal seseorang.<ref name="Smith"/> Menurut agama Hindu ada tingkatan-tingkatan cinta yang semakin mendalam dan timbal balik.<ref name="Smith"/> Tahap pertama adalah sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.<ref name="Smith"/> Tahap kedua adalah tahap persahabatan,
=== Jalan melalui Kerja / Karma Marga Yoga ===
Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif.<ref name="Smith"/> Kerja adalah pokok kehidupan manusia. Dorongan bekerja bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis.<ref name="Smith"/> Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak bekerja.<ref name="Smith"/> Jalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini menggunakan kerja sebagai sarana untuk menuju Tuhan.<ref name="Smith"/>
Baris 97 ⟶ 99:
Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu merupakan satu-satunya tugas yang harus dikerjakannya.<ref name="Smith"/> Ia akan berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala bentuk ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia untuk melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama.<ref name="Smith"/> Ia akan berusaha sekuat tenaga, karena jika tidak berarti ia telah menyerah kepada kemalasan yang merupakan sifat mementingkan diri.<ref name="Smith"/>
=== Jalan melalui Latihan Psikologis / Raja Marga Yoga ===
Jalan melalui latihan psikologis disebut juga dengan raja yoga karena jenis yoga ini mampu membawa orang ke taraf yang tinggi.<ref name="Smith"/> Satu-satunya syarat yang diperlukan untuk menempuh raja yoga ini adalah dimilikinya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh lebih mengagumkan dari yang kita sadari saat ini.<ref name="Smith"/> Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman ada di dalam lapisan-lapisan diri manusia.<ref name="Smith"/> Tujuan raja yoga adalah untuk membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.<ref name="Smith"/>
Tahap-tahap dari raja yoga ada delapan tingkat, namun dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
<ref name="Hadiwijono">Harun Hadiwijono. 1982. ''Agama Hindu Budha''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.</ref>
a. Persiapan etis atau persiapan di bidang kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan harus murni secara batin.
<ref name="Hadiwijono" />
b. Persiapan badani, yaitu orang harus menguasai gerak-gerik, napas tubuh, serta perasaannya.
<ref name="Hadiwijono" />
c. Merenung, yaitu orang harus dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu supaya menjadi tenang. Setelah tenang orang harus merenungkan sesuatu.
<ref name="Hadiwijono" />
d. Samadhi/Tapa, yang menghapuskan perasaan adanya identitas. Tubuh dan pikiran menjadi mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.<ref name="Hadiwijono" />
Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu adalah satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan itu.<ref name="Hadiwijono"/> Baginya hanya Atman/Brahman saja yang kekal, sedangkan segala yang lain di dalam dunia ini adalah maya atau tidak nyata.<ref name="Hadiwijono"/>
Baris 115 ⟶ 125:
* [[Roh]]
* [[Roh (Kristen)|Roh dalam agama Kristen]]
* [[Catur Marga|Catur Marga Yoga]]
[[Kategori:Konsep Hindu]]
|