Atman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 16 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q1052811
Tag: kemungkinan IP LTA Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(27 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Hindu}}
'''Atman''' atau '''Atma''' ([[IAST]]: Ātmā, [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: आत्म‍ ) dalam [[Hindu]] merupakan percikan kecil dari [[Brahman]] yang berada di dalam setiap makhluk hidup.<ref name="Takwin">Bagus Takwin. 2003. ''Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur''. Depok: Jalasutra.</ref><ref name="Harun">Harun Hadiwijono. 1971. ''Sari Filsafat India''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau [[jiwa]] atau [[roh]] yaitu yang menghidupkan [[manusia]].<ref name="Takwin"/> Demikianlah atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di alam semesta ini).<ref name="Harun"/> [[Panca indria|Indria]] tak dapat bekerja bila tak ada atman.<ref name="Harun"/> Atman itu berasal dari Brahman, bagaikan [[matahari]] dengan [[sinar]]nya.<ref name="Takwin"/> Brahman sebagai matahari dan atman-atman sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.<ref name="Takwin"/>
 
== Sifat-sifat Atman ==
Dalam [[Bhagavad Gita]] dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, diantaranya adalah:<ref name="Gita">{{en}}Bhaktivedanta Swami Prabhupada (Trans.). 1986. ''Bhagavad Gita As It Is''. Sydney: The Bhaktivedanta Book Trust.</ref>
* '''Achedya ''': tak terlukai oleh senjata
* '''Adahya ''': tak terbakar oleh api
* '''Akledya ''':tak terkeringkan oleh angin
* '''Acesyah ''': tak terbasahkan oleh air
* '''Nitya ''': abadi
* '''Sarwagatah ''': di mana- mana ada
* '''Sthanu ''': tak berpindah- pindah
* '''Acala ''': tak bergerak
* '''Awyakta''': tak dilahirkan
* Sanatana : selalu sama
* Awyakta '''Acintya''': tak dilahirkanterpikirkan
* '''Awikara ''': tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.
* Acintya : tak terpikirkan
* '''Sanatana ''': selalu sama
* Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.
 
== Atman dalam Bhagavad Gita ==
Berikut adalah beberapa kutipan sloka yang memuat sifat-sifat Atman dalam Bhagavad Gita:<ref name="Gita"/>
 
{{col-begin}}
{{col-3}}
Sloka{{br}}
{{Cquote| <poem><i><b>
nai'nam
nai'nam chhindanti sastrani{{br}}
na chai'nam kledayanty apo{{br}}
na soshayati marutah{{br}}
</i></b>
anginSenjata tidak dapat mengeringkanmelukai Dia{{br}}
dan api tidak bisa membakar- Nya{{br}}
angin tidak dapat mengeringkan Dia
dan air tidak bisa membasahi- Nya{{br}}
 
[[Bhagawad Gita]] (II,23)<ref name="Gita"/>
</poem>}}{{br}}
----
{{Cquote| <poem><i><b>
nai'nam chhindanti sastrani{{br}}
Achedyo 'yam adahyo 'yam{{br}}
na chai'nam kledayanty apo{{br}}
akledya 'soshya eva cha{{br}}
na soshayati marutah{{br}}
nityah sarwagatah sthanur{{br}}
{{col-3}}
achalo 'yam sanatanah{{br}}
Terjemahan{{br}}
</i></b>
----
SenjataDia tidak dapat melukaidilukai, Dia{{br}}dibakar
juga tidak dikeringkan dan dibasahi{{br}}
dan api tidak bisa membakar- Nya{{br}}
Dia adalah abadi, tiada berubah{{br}}
angin tidak dapat mengeringkan Dia{{br}}
tiada bergerak, tetap selama- lamanya.{{br}}
dan air tidak bisa membasahi- Nya{{br}}
 
{{col-3}}
[[Bhagawad Gita]] (II,24)<ref name="Gita"/>
{{col-end}}
</poem>}}{{br}}
{{col-begin}}
{{col-3}}
----
Achedyo 'yam adahyo 'yam{{br}}
akledya 'soshya eva cha{{br}}
nityah sarwagatah sthanur{{br}}
achalo 'yam sanatanah{{br}}
{{col-3}}
----
{{Cquote| <poem><i><b>
Dia tidak dapat dilukai, dibakar{{br}}
Awyakto 'yam achintyo 'yam{{br}}
juga tidak dikeringkan dan dibasahi{{br}}
Awikaryo 'yam uchyate{{br}}
Dia adalah abadi, tiada berubah{{br}}
tasmad ewam widitasi 'nam{{br}}
tiada bergerak, tetap selama- lamanya.{{br}}
na 'nusochitum arhasi.{{br}}
{{col-3}}
</i></b>
{{col-end}}
Dia dikatakan tidak termanifestasikan{{br}}
{{col-begin}}
tidak dapat dipikirkan, tidak berubah- ubah{{br}}
{{col-3}}
dan mengetahui halnya demikian{{br}}
----
engkau hendaknya jangan berduka.{{br}}
Awyakto 'yam achintyo 'yam{{br}}
Awikaryo 'yam uchyate{{br}}
tasmad ewam widitasi 'nam{{br}}
na 'nusochitum arhasi.{{br}}
{{col-3}}
----
Dia dikatakan tidak termanifestasikan{{br}}
tidak dapat dipikirkan, tidak berubah- ubah{{br}}
dan mengetahui halnya demikian{{br}}
engkau hendaknya jangan berduka.{{br}}
{{col-3}}
{{col-end}}
 
[[Bhagawad Gita]] (II,25)<ref name="Gita"/>
</poem>}}{{br}}
 
Atman tidak dapat menjadi subyek atau obyekobjek dan tindakan atau pekerjaan.<ref name="Harun"/> Atman tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.<ref name="Harun"/> Badan jasmani bisa berubah, lahir, mati, datang dan pergi, namun Atman tetap langgeng untuk selamanya.<ref name="Harun"/>
 
== EmpatFungsi JalanAtman menemukanSebagai AtmanSumber Hidup ==
1. Atman dianggap sebagai sumber hidup citta meliputi pikiran, perasaan dan instuisi.
Untuk menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia harus melakukan [[Yoga]].<ref name="Smith"/> Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.<ref name="Smith"/> Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.<ref name="Smith"/> "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan untuk mencapai tujuan praktis ini...bagaimana caranya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."<ref>Heinrich Zimmer. 1951. ''The Philosophy of India''. New York: Patheon Books. p. 80-81.</ref>
 
2. Atman bertanggung jawab atas baik dan buruknya segala karma manusia.
Ada empat jalan (yoga) untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa kepada tujuan yang satu.<ref name="Smith"/> Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut berdasarkan pribadi orang tersebut.<ref name="Smith"/> Menurut analisis Hindu, pada umumnya ada empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).<ref name="Smith">Huston Smith. 1999. ''Agama-Agama Manusia''. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.</ref>
 
3. Atman dianggap sebagai sumber hidup stula sarira (badan kasar)
 
== Empat Jalan menemukan Atman (Catur Marga Yoga) ==
UntukCatur Marga Yoga merupakan 4 langkah cara untuk menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia harus melakukan [[Yoga]].<ref name="Smith"/> Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.<ref name="Smith"/> Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.<ref name="Smith"/> "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan untuk mencapai tujuan praktis ini...bagaimana caranya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."<ref>Heinrich Zimmer. 1951. ''The Philosophy of India''. New York: Patheon Books. p. 80-81.</ref>
 
Ada empat jalan (yoga) untuk menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa kepada tujuan yang satu.<ref name="Smith"/> Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut berdasarkan pribadi orang tersebut.<ref name="Smith"/> Menurut analisis Hindu, pada umumnya ada empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).<ref name="Smith">Huston Smith. 1999. ''Agama-Agama Manusia''. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.</ref>
 
Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa petunjuk penting mengenai kesusilaan.<ref name="Smith"/> Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan adalah untuk menjernihkan permukaan diri kita agar dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu harus dibersihkan dari kotoran moral yang besar.<ref name="Smith"/> Orang yang ingin melakukan yoga harus memulai kebiasaan serta praktik hidup yang bermoral.<ref name="Smith"/>
 
=== Jalan melalui Pengetahuan / Jnana Marga Yoga ===
Jalan melalui pengetahuan atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat.<ref name="Smith"/> Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan untuk meyakinkan si pemikir bahwa ada hal yang lebih dari dirinya yang berhingga itu.<ref name="Smith"/>
 
Jalan untuk memperoleh pengetahuan ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.<ref name="Smith"/> Pertama adalah mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.<ref name="Smith"/> Tujuannya agar orang yang bersangkutan berkenalan dengan hipotesis pokok bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan.<ref name="Smith"/> Langkah kedua adalah berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah menjadi kenyataan penting.<ref name="Smith"/> Langkah ketiga adalah pengalihan identifikasi dirinya dengan roh abadi dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh abadi itu.<ref name="Smith"/> Ia harus melihat dirinya dari sudut pandang yang berbeda seolah-olah ia adalah pribadi yang berbeda, karena memang dirinya adalah fana dan hanya atman yang nyata.<ref name="Smith"/>
 
=== Jalan melalui Cinta / Bhakti Marga Yoga ===
Jalan melalui cinta atau bhakti yoga berbeda dengan jnana yoga.<ref name="Smith"/> Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan berada di dasar diri kita.<ref name="Smith"/> Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya berada di dalam manusia ataupun di luar manusia.<ref name="Smith"/> Tugas manusia adalah mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi.<ref name="Smith"/> Akan tetapi, bagi seseorang yang lebih mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan berbeda dengan hal-hal tersebut.<ref name="Smith"/> Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan adalah diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.<ref name="Smith"/> Alasannya, karena cinta merupakan perasaan yang dicurahkan keluar.<ref name="Smith"/> Kedua, tujuan jnana berbeda dengan bhakti.<ref name="Smith"/> Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan untuk memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang ada pada dirinya.<ref name="Smith"/> Apa yang harus dilakukan adalah mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.<ref name="Smith"/>
 
Ada tiga cara pendekatan bhakti yang perlu diketahui yaitu:
* a. JapamJapa (bahasa Sanskerta: जप), yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.<ref name="Smith"/>
* b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa ada berbagai jenis cinta, misalnya cinta anak-orangtuaorang tua dan suami-istri, dan lain-lain.<ref name="Smith"/> Cara ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta kepada Tuhan.<ref name="Smith"/>
* c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut bentuk ideal seseorang.<ref name="Smith"/> Menurut agama Hindu ada tingkatan-tingkatan cinta yang semakin mendalam dan timbal balik.<ref name="Smith"/> Tahap pertama adalah sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.<ref name="Smith"/> Tahap kedua adalah tahap persahabatan, dimanadi mana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan.<ref name="Smith"/> Tahap ketiga adalah sikap cinta orang tua dimanadi mana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.<ref name="Smith"/>
 
=== Jalan melalui Kerja / Karma Marga Yoga ===
Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif.<ref name="Smith"/> Kerja adalah pokok kehidupan manusia. Dorongan bekerja bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis.<ref name="Smith"/> Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak bekerja.<ref name="Smith"/> Jalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini menggunakan kerja sebagai sarana untuk menuju Tuhan.<ref name="Smith"/>
Baris 97 ⟶ 99:
Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu merupakan satu-satunya tugas yang harus dikerjakannya.<ref name="Smith"/> Ia akan berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala bentuk ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia untuk melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama.<ref name="Smith"/> Ia akan berusaha sekuat tenaga, karena jika tidak berarti ia telah menyerah kepada kemalasan yang merupakan sifat mementingkan diri.<ref name="Smith"/>
 
=== Jalan melalui Latihan Psikologis / Raja Marga Yoga ===
Jalan melalui latihan psikologis disebut juga dengan raja yoga karena jenis yoga ini mampu membawa orang ke taraf yang tinggi.<ref name="Smith"/> Satu-satunya syarat yang diperlukan untuk menempuh raja yoga ini adalah dimilikinya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh lebih mengagumkan dari yang kita sadari saat ini.<ref name="Smith"/> Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman ada di dalam lapisan-lapisan diri manusia.<ref name="Smith"/> Tujuan raja yoga adalah untuk membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.<ref name="Smith"/>
 
Tahap-tahap dari raja yoga ada delapan tingkat, namun dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

<ref name="Hadiwijono">Harun Hadiwijono. 1982. ''Agama Hindu Budha''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.</ref>
a. Persiapan etis atau persiapan di bidang kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan harus murni secara batin.

<ref name="Hadiwijono">Harun Hadiwijono. 1982. ''Agama Hindu Budha''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.</ref>
b. Persiapan badani, yaitu orang harus menguasai gerak-gerik, napas tubuh, serta perasaannya.

<ref name="Hadiwijono" />
c. Merenung, yaitu orang harus dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu supaya menjadi tenang. Setelah tenang orang harus merenungkan sesuatu.

<ref name="Hadiwijono" />
d. Samadhi/Tapa, yang menghapuskan perasaan adanya identitas. Tubuh dan pikiran menjadi mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.<ref name="Hadiwijono" />
 
Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu adalah satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan itu.<ref name="Hadiwijono"/> Baginya hanya Atman/Brahman saja yang kekal, sedangkan segala yang lain di dalam dunia ini adalah maya atau tidak nyata.<ref name="Hadiwijono"/>
Baris 110 ⟶ 120:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
* [[Jiwa]]
* [[Roh]]
* [[Roh (Kristen)|Roh dalam agama Kristen]]
* [[Catur Marga|Catur Marga Yoga]]
 
[[Kategori:Konsep Hindu]]