Baabullah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TTD
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(22 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
|name = Baabullah
|title = Sultan Ternate ke-24
|succession = [[Sultan Ternate]]
|reign = 1570–1583
Baris 13 ⟶ 14:
|death_date = Juli 1583
|religion = [[Islam]]
|image=Sultan Babullah of Ternate 1579.jpg
}}
|signature = Signature and seal of Babullah.jpg}}
 
'''Sultan Baabullah''' (10 Februari 1528 (?) – Juli 1583) atau '''Babullah''', juga dikenali sebagai '''Baab''' atau '''Babu''' dalam sumber Eropa, merupakan [[sultan]] ke-7 dan penguasa ke-24 [[Kesultanan Ternate]] di [[Kepulauanmaluku utara|Maluku Utara]] yang memerintah antara tahun 1570 dan 1583. Ia dianggap sebagai Sultan teragung dalam sejarah Ternate dan Maluku karena keberhasilannya mengusir penjajah [[Orang Portugis|Portugis]] dari Ternate dan membawa kesultanan tersebut kepada puncak kejayaannya di akhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dikenali dengan gelar "Penguasa 72 Pulau", berdasarkan wilayah kekuasaannya di Indonesia timur, yang mencakup sebagian besar Kepulauan Maluku, [[Kepulauan Sangihe|Sangihe]] dan sebagian dari [[Sulawesi]]. Pengaruh Ternate pada masa kepemimpinannya bahkan mampu menjangkau [[Solor]] (Lamaholot), Bima ([[Pulau Sumbawa|Sumbawa]] bagian timur), [[Mindanao]], dan [[Raja Ampat]].<ref>Robert Cribb (2000) ''Historical atlas of Indonesia''. Richmond: Curzon, p. 103.</ref> Peran Maluku dalam jaringan niaga Asia meningkat secara signifikan karena perdagangan bebas hasil rempah dan hutan Maluku pada masa pemerintahannya.{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. I, hlm. 47}}
 
== Kehidupan awal ==
=== Masa muda ===
Menurut tradisi, Baabullah dilahirkan pada 10 Februari 1528. Meski begitu, tanggal ini mungkin terlalu awal, karena ayahnya, [[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Khairun Jamil]] (memerintah 1535–⁠1570), lahir pada sekitar tahun 1522 menurut catatan Portugis.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian II:5, hlm. 39}} ''Kaicili'' (pangeran) Baab merupakan putra tertua, atau setidaknya salah satu yang tertua, dari Sultan Khairun dan permaisurinya Boki Tanjung,<ref>Naïdah (1878) "Geschiedenis van Ternate", ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'', 4:1, p. 441.[https://brill.com/view/journals/bki/26/1/article-p381_30.xml]</ref> putri Sultan Alauddin I dari [[Kepulauan Bacan|Bacan]].{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16}} Menurut satu catatan hikayat yang disusun jauh di kemudian hari oleh penulis Ternate [[Naidah]], Baab juga merupakan anak angkat dari Sultan Bacan.{{sfnp|Naidah|1878|p=411, 449}} Tak banyak yang diketahui mengenai masa kecilnya, kecuali bahwa ayahnya memberikan pendidikan dalam hal-hal keagamaan; ia diajari untuk "berdakwah kepada masyarakat", yang ditafsirkan sebagai tanda bahwa ia memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang al-Qur'an.{{sfnp|Jacobs|1974|p=239}} ''Kaicili'' Baab dan saudara-saudaranya kemungkinan mendapatkan pemahaman ilmu agama dari [[mubalig]] dan ilmu peperangan dari ahli militer.<ref>Cf. Hubert Jacobs (1971) ''A treatise on the Moluccas (c. 1544)''. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 123.</ref>
 
Sejak kecil, ia menemani ayahnya kemana-mana, termasuk ketika sang sultan diasingkan untuk sementara ke [[Goa, India|Goa]] pada tahun 1545 hingga 1546.<ref>A.B. de Sá (1956) ''Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente'', Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 185.</ref> Beranjak dewasa, ia membantu ayahnya menjalankan pemerintahan kesultanan, dan ikut menandatangani surat perjanjian vasalisasi Ternate kepada Portugis pada tahun 1560—surat Indonesia tertua dengan stempel kesultanan yang masih bertahan.<ref>Annabel Teh Gallop (2019) ''Malay seals from the Islamic world of Southeast Asia''. Singapore: NUS Press, Nos 1836-1837.</ref> Sumber-sumber Portugis semasa mengenali Baab sebagai calon pewaris takhta (''herdeiro do reino'') Ternate, walaupun ada pula sumber lain yang menyebut bahwa ia memiliki satu atau dua saudara dengan klaim takhta yang lebih kuat.{{sfnp|Jacobs|1974|p=61}}{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16–⁠17}}
Baris 37 ⟶ 39:
== Masa pemerintahan ==
=== Kenaikan takhta ===
Kematian tragis Sultan Khairun memicu kemurkaan orang-orang Ternate serta raja-raja Maluku lainnya. Dewan diraja Ternate, yang didukung oleh para ''kaicili'' dan ''sangaji'' (penguasa daerah), mengadakan musyawarah di Pulau Hiri dan menetapkan ''Kaicili'' Baab sebagai Sultan Ternate berikutnya, dengan gelar ''Sultan Baabullah Datu Syah''. Menurut satu riwayat yang tercatat di kemudian hari, pada pertemuan itu mereka berikrar: "Apa yang mesti kita segani dari Portugis jika kita menyadari kekuatan kita sendiri? Apa yang mesti kita takuti, apa yang dapat membuat kita putus asa? Bangsa Portugis memuliakan orang yang merampok paling banyak, dan yang bergelimang kejahatan serta dosa-dosa besar ... Negeri kita adalah tanggungan kita, dan begitu pula perlindungan akan orang tua, istri, anak-anak dan kemerdekaan kita."<ref>Bartholomew Leonardo de Argensola (1708) ''The Discovery and Conquest of the Molucco and Philippine Islands''. London, p. 54.[https://archive.org/details/discoveryandcon01argegoog/page/n80/mode/2up]</ref> Sultan bermaksud untuk berperang demi menegakkan kembali agama [[Islam]] di Maluku, membawa Kesultanan Ternate menjadi kekuatan utama, dan mengusir orang-orang Portugis dari negerinya.{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. I, hlm. 40}}{{sfnp|Andaya|1993|p=132}}
 
Tak lama setelah penobatannya, Sultan Baabullah menyumpahkan permusuhan yang tak dapat lagi didamaikan kepada orang-orang Portugis di seluruh wilayah kekuasaannya.<ref>Bartholomew Leonardo de Argensola (1708), p. 55.[https://archive.org/details/discoveryandcon01argegoog/page/n80/mode/2up Bartholomew Leonardo de Argensola (1708), p. 55]</ref><!-- Though the word is not used by the European sources, this corresponded to the holy war or [[Jihad]], as seen from the strongly anti-Christian agenda. No less than his father he emerged as a capable coordinator of different ethnic and cultural groups in the eastern archipelago.--> Untuk menguatkan posisinya, Baabullah menikahi saudari Sultan [[Gapi Baguna]] dari Tidore.<ref>Diogo do Couto (1777) ''Da Asia'', Decada VIII. Lisboa : Na Regia officina typografica, p. 269-70.[https://archive.org/details/daasiadejoodebar08barr/page/270/mode/2up]</ref>{{sfnp|van Fraassen|1987|loc=Vol. II, hlm. 16}} Beberapa raja Maluku lainnya menyisihkan sejenak perselisihan mereka dan bergabung di bawah pasukan Baabullah dan bendera Ternate. Begitu pula sejumlah penguasa daerah di sekitar Maluku. Baabullah juga didukung oleh beberapa panglima yang cakap dalam peperangan, seperti Sultan Jailolo, penguasa [[Kepulauan Sula|Sula]] Kapita Kapalaya, dan juga panglima laut Ambon Kapita Rubohongi beserta anaknya Kapita Kalasinka.<ref>François Valentijn (1724) ''Oud en Nieuw Oost-Indien'', Vol. I. Amsterdam: Onder de Linden, p. 144.[https://archive.org/details/oudennieuwoostin01vale/page/144/mode/2up]</ref>
 
=== Pengusiran Portugis ===
{{utama |Perang Ternate-Portugis}}
[[File:Kora kora of the King of Ternate.jpg|thumb|left|upright=1.2|Penggambaran tahun 1601 untuk ''kora-kora'' yang digunakan oleh penguasa Ternate]]
Sebagai balasan atas pembunuhan Khairun, Baabullah meminta agar Lopes de Mesquita dibawa ke hadapannya untuk diadili. Benteng-benteng Portugis di Ternate, yaitu [[Benteng Tolukko|Tolucco]], [[Benteng Kalamata|Santa Lucia]], dan [[Benteng Kota Janji|Santo Pedro]] jatuh dalam waktu singkat, menyisakan São João Baptista (kediaman Mesquita) sebagai pertahanan terakhir. Di bawah komando Baabullah, pasukan Ternate mengepung São João Baptista dan memutuskan hubungan benteng tersebut dengan dunia luar; suplai makanan dari luar tidak diperbolehkan masuk kecuali sejumlah kecil sagu yang hampir-hampir tidak dapat membantu penduduk benteng bertahan hidup. Walaupun begitu, pasukan Ternate sesekali memperbolehkan pertemuan antara penduduk benteng yang dikepung dengan masyarakat pulau lainnya—sebab banyak penduduk asli Ternate kala itu yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Portugis melalui pernikahan. Dalam kondisi tertekan seperti ini, orang-orang Portugis mengangkat Alvaro de Ataide sebagai kapten baru mereka menggantikan Lopes de Mesquita. Namun, pergantian kepemimpinan ini tidak menggoyahkan niat Baabullah untuk mengusir orang-orang Eropa.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=88–⁠91}}
 
Selagi pengepungan tersebut berlangsung, pasukannya menyerang wilayah-wilayah yang menjadi pusat misi [[Yesuit]] di [[Pulau Halmahera|Halmahera]], dan memaksa penguasa Bacan yang sudah dibaptis untuk beralih kembali ke Islam pada sekitar tahun 1571.{{sfnp|Andaya|1993|p=132}} Pada tahun 1571 sebuah armada Ternate dengan enam ''kora-kora'' besar di bawah pimpinan Kapita Kalasinka menyerbu Ambon.<ref>A.B. de Sá (1956) ''Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente'', Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 210.</ref> Pasukan Ternate juga berhasil menaklukkan wilayah Hoamoal (di [[Pulau Seram|Seram]]), [[Ambelau]], [[Manipa]], [[Kelang]] dan [[Boano]]. Tentara Portugis yang dikomandoi Sancho de Vasconcellos berusaha dengan susah payah untuk mempertahankan benteng-benteng mereka, dan kehilangan kuasa mereka di laut atas perdagangan cengkeh.<ref>Gerrit Knaap (2004) ''Kruidnagelen en Christenen: De VOC en de bevolking van Ambon 1656-1696''. Leiden: KITLV Press, p. 17-9.</ref> Dengan bantuan penduduk setempat yang sudah masuk Kristen, Vasconcellos sempat berhasil menangkal serangan Ternate di [[Pulau Buru]] selama beberapa waktu,<ref>A.B. de Sá (1956), p. 331, 396-7.</ref> akan tetapi wilayah tersebut jatuh ke Ternate tak lama setelah serangan baru dilancarkan di bawah pimpinan Kapita Rubohongi.{{sfnp|Jacobs|1974|p=691}}<ref>Georgius Everhardus Rumphius (1910) "De Ambonsche historie", ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'', 64, p. 18-9.[https://brill.com/view/journals/bki/64/1/article-p1_1.xml] Buru later fell under Tidore's suzerainty for a while; see Hubert Jacobs (1980) ''Documenta Malucensia'', Vol. II. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 22; </ref>
 
Pada tahun 1575 sebagian besar tanah Portugis di Maluku telah diambil alih oleh Ternate, dan suku-suku serta negeri-negeri yang mendukung Portugis telah benar-benar tersudut. Hanya São João Baptista saja yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun sebelumnya orang Portugis beserta keluarga mereka mengalami kesulitan hidup di dalam benteng yang terputus dari dunia luar tersebut. Sultan Baabullah menuntut agar orang-orang Portugis di dalam benteng segera menyerahkan diri untuk meninggalkan Ternate, dan berjanji akan memberikan kapal serta suplai agar mereka dapat mencapai Ambon. Sementara itu penduduk benteng yang berasal dari Ternate diperbolehkan tinggal selama mereka mengakui pemerintahan kesultanan. Kapten Nuno Pereira de Lacerda menerima persyaratan tersebut.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=92}}{{sfnp|Andaya|1993|p=133}}
Baris 53 ⟶ 55:
 
=== Kunjungan Francis Drake ===
[[File:Francis Drake in Ternate 1579.jpg|thumb|right|upright=1.2|Pertemuan antara Francis Drake dan Baabullah pada tahun 1579]]
{{quote box
|width = 300px
|align = left
|quoted = true
|salign = left
|quote = Sang raja akhirnya datang dari benteng, bersama 8 atau 10 orang anggota dewan yang menyertainya, dalam naungan payung yang sangat mewah (dengan hiasan bersepuh emas di tengahnya), dan dipagari dengan 12 tombak yang matanya diarahkan ke bawah: orang-orang kita (yang disertai oleh Moro, saudara Sultan) bangkit untuk menemuinya, dan ia dengan sangat ramah menyambut dan berbasa-basi dengan mereka.
 
Pertemuan antara Francis Drake dan
Sebagaimana yang telah kami gambarkan sebelumnya, ia bersuara lirih, bicaranya halus, dengan keanggunan sikap seorang raja, dan berkebangsaan Moor. Pakaiannya mengikut gaya penduduk negerinya, tetapi jauh lebih mewah, sebagaimana dituntut oleh keberadaan dan statusnya; dari pinggang ke tanah ia mengenakan kain bersulam emas yang mewah; betisnya dibiarkan tersingkap, tetapi tapak kakinya tertutup sepatu dari kulit berwarna merah; hiasan kepalanya bertatahkan berbagai cincin berlapis emas, selebar satu atau satu setengah inci, yang membuatnya indah dan agung dipandang, mirip seperti mahkota; di lehernya ia mengenakan kalung rantai dari emas murni yang mata rantainya besar sekali dan satu rangkaian rangkap; di tangan kirinya terdapat Intan, batu Zamrud, batu Merah Delima dan batu Pirus, 4 batu permata yang sangat indah dan sempurna; di tangan kanannya; pada satu cincin terdapat satu batu Pirus besar dan sempurna, dan pada cincin lain terdapat banyak Intan berukuran lebih kecil, yang ditatahkan dengan sangat indah.
|source = — ''[[:commons:File:The World Encompassed by Sir Francis Drake, Being His Next Voyage to That to Nombre de Dios Formerly Imprinted- Carefully Collected out of the Notes of Master Francis Fletcher, Preacher in This WDL624.pdf|The World Encompassed by Sir Francis Drake]]'', hlm. 91
}}
Pada tanggal 3 November 1579, Sultan Baabullah menerima kunjungan dari penjelajah Inggris [[Francis Drake]], yang kala itu sedang memimpin sebuah ekspedisi pelayaran [[sirkumnavigasi|keliling dunia]] (ekspedisi keliling dunia kedua yang berhasil diselesaikan setelah [[Ekspedisi Magellan-Elcano]]). Drake menggambarkan Baabullah sebagai pria yang "berperawakan tinggi, sangat gemuk dan kuat, dengan wajah yang terkesan ramah dan layaknya bangsawan".{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=98}} Baabullah menerima tamunya dengan gembira, mendatangi armada Drake untuk menyambut mereka di sana. Sang sultan menyatakan pertemanan abadinya dengan [[Elizabeth I dari Inggris|Ratu Elizabeth]], dengan maksud untuk mengajak serta Inggris dalam perseteruan melawan Portugis.{{sfnp|Hanna|Alwi|1990|p=95–⁠96}} Drake sendiri memang sengaja memilih berlabuh di Ternate karena mengetahui bahwa Ternate merupakan musuh Portugis.{{sfnp|Lessa|1984|p=70}} Meski begitu, Drake menahan diri dari menyanggupi ajakan Baabullah untuk menyerbu orang-orang Portugis yang kini menetap di Tidore.<ref>A.E.W. Mason (1943) ''The life of Francis Drake''. London: Readers Union, p. 157.[https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.523176/page/n163/mode/2up]</ref>
 
Baris 79 ⟶ 72:
 
=== Hubungan dengan negeri lain ===
[[Berkas:Makam_Sultan_Babullah.jpg|thumb|300px|Makam Sultan Babullah di [[Foramadiahi]], Ternate]]
 
Ternate di bawah Baabullah tidak sepenuhnya tanpa lawan. Sultan Tidore, [[Gapi Baguna]], mendukung Baabullah melawan Portugis untuk membalas pembunuhan Khairun, tetapi begitu perang usai, Ternate dan Tidore kembali bermusuhan.{{sfnp|Andaya|1993|p=133}} Gapi Baguna berlayar menuju Ambon pada tahun 1576 untuk merundingkan persekutuan strategis dengan Portugis. Dalam perjalanan pulang ia dijebak oleh sebuah armada Ternate dan tertangkap, tetapi ia berhasil dibebaskan melalui penyerbuan yang dilakukan oleh kerabatnya, ''Kaicili'' Salama.{{sfnp|Jacobs|1974|p=703–704}}{{sfnp|de Sá|1956|p=354–356}} Pada tahun 1578, Gapi Baguna mengizinkan Portugis membangun benteng di Tidore, dengan harapan agar perdagangan rempah beralih ke sana dan agar Portugis memberikan sokongan militer untuk menghadapi Ternate. Setelah [[Uni Iberia|penyatuan Portugal dengan Spanyol menjadi Uni Iberia]] pada tahun 1581, pasukan dari [[Filipina Spanyol|daerah jajahan Spanyol di Filipina]] dikirimkan untuk menguatkan posisi Iberia di Maluku. Sepasukan armada Spanyol mencapai Tidore pada tahun 1582, dan berusaha untuk melemahkan Baabullah melalui penyerangan ke Ternate. Akan tetapi, sebuah wabah yang terjadi kala itu berdampak parah pada pasukan Spanyol hingga mereka harus pulang kembali ke [[Manila]] dengan tangan kosong.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian V:3, hlm. 179}}
 
Baabullah melanjutkan kebijakan ayahnya yang menjalin hubungan dengan negeri-negeri Muslim dari segala penjuru. Pada periode sekitar tahun 1570 terjadi serbuan serempak terhadap wilayah jajahan Portugis oleh negeri-negeri Muslim di [[India Selatan]] dan [[Kesultanan Aceh|Aceh]] dengan dukungan [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]], yang mungkin saja berkaitan dengan upaya perlawanan yang dilakukan oleh Baabullah.<ref>Anthony Reid (2006) "The pre-modern sultanate's view of its place in the world", in Anthony Reid (ed.), ''Veranda of violence; The background to the Aceh problem''. Singapore: Singapore University Press, p. 57.</ref> Hanya di Maluku penyerbuan ini berhasil; seluruh serangan di Samudra Hindia berhasil dipatahkan oleh Portugis dan berakhir dengan kekalahan bagi negeri-negeri Muslim.<ref>C.R. Boxer (1969) ''The Portuguese seaborne empire''. London: Hutchinson, p. 39-65.</ref> Baabullah mengirim ''Kaicili'' Naik ke [[Lisbon]] sebagai utusan kepada [[Felipe II dari Spanyol|Felipe II]], Raja Spanyol dan Portugal, untuk menuntut hukuman bagi mereka yang terlibat dalam pembunuhan Sultan Khairun. (Pimentel, pelaku utama pembunuhan, sebetulnya sudah terbunuh dalam sebuah insiden di Jawa{{sfnp|Jacobs|1980|p=72}}). Perundingan di Lisbon berakhir tanpa kepastian; hanya saja, tujuan utama perjalanan utusan ini adalah untuk berdiplomasi dan menjalin persekutuan dengan negeri-negeri Muslim di sepanjang jalan, termasuk [[Brunei]], Aceh dan Sunda ([[Kesultanan Banten|Banten]]?). Ketika ''Kaicili'' Naik sampai kembali ke Ternate setelah misi yang sukses ini, Baabullah telah mangkat.{{sfnp|Tiele|1877–⁠1887|loc=Bagian V:4, hlm. 199}}
 
Selama pemerintahannya, pedagang-pedagang dari negeri Muslim yang jauh seperti [[Kesultanan Utsmaniyah|Turki Utsmani]] sempat singgah di istana, dan Portugis mencatat adanya kontak erat antara Ternate dan tokoh-tokoh Muslim dari Aceh, Tanah Melayu, dan bahkan [[Mekkah]]. Orang-orang Jawa dari [[Kerajaan Kalinyamat|Jepara]] dan negara bandar lainnya juga membantu Ternate secara militer melalui Ambon. Kepergian Portugis dan pembukaan kembali bandar Ternate untuk perdagangan bebas membangkitkan jalur-jalur dagang lama yang mempertalikan wilayah-wilayah Asia sejak abad ke-15, beserta jalinan budaya dan agama yang dibawa melaluinya. Penyebaran Islam sendiri mengalami kemajuan pesat pada zaman Baabullah, sebagian alasannya kemungkinan sebagai respons terhadap penyebaran agama Kristen.{{sfnp|Andaya|1993|p=134–139}}
 
== Kematian dan penerus ==
Baris 94 ⟶ 89:
 
=== Daftar pustaka ===
* {{cite book |last=Andaya |first=Leonard |year=1993 |title=The world of Maluku |url=https://archive.org/details/worldofmalukueas0000anda |location=Honolulu |publisher=University of Hawai'i Press |ref=harv}}
* {{cite thesis |last=van Fraassen |first=Christiaan F. |year=1987 |title=Ternate, de Molukken en de Indonesische Archipel : van soa-organisatie en vierdeling : een studie van traditionele samenleving en cultuur in Indonesië |type=Disertasi doktor |location=Leiden |publisher=Universiteit Leiden |ref=harv}}
* {{cite book |last=Hanna |first=Willard A. |last2=Alwi |first2=Des |year=1990 |title=Turbulent times past in Ternate and Tidore |location=Banda Naira |publisher=Yayasan Warisan dan Budaya Banda Naira |ref=harv}}
* {{cite book |last=Lessa |first=William A. |year=1984 |chapter=Drake in the South Seas |editor=Norman J. W. Thrower |title=Sir Francis Drake and the Famous Voyage, 1577-1580: Essays Commemorating the Quadricentennial of Drake's Circumnavigation of the Earth |url=https://archive.org/details/sirfrancisdrakef0000unse |location=Berkeley |publisher=University of California Press |isbn=9780520048768 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Liputo |first=M. H. |year=1949 |title=Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa |volume=11 |location=Gorontalo |publisher=Pertjetakan Rakjat |ref=harv}}
* {{cite book |last=Liputo |first=M. H. |year=1950 |title=Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa |volume=12 |location=Gorontalo |publisher=Pertjetakan Rakjat |ref=harv}}
Baris 104 ⟶ 99:
* {{cite journal |author=Naidah |translator=P. van der Crab |year=1878 |title=Geschiedenis van Ternate, in Ternataanschen en Maleischen Tekst Beschreven door den Ternataan Naidah met Vertaling en Aanteekeningen |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=26 |pages=381–493 |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Tiele |first=Pieter Anton |year=1877–⁠1887 |title=De Europëers in den Maleischen Archipel |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume='''25''': 321–420 (Bagian I); '''27''': 1–69 (Bagian II); '''28''': 261–340 (Bagian III), 395–482 (Bagian IV); '''29''': 153–214 (Bagian V); '''30''': 141–242 (Bagian VI); '''32''': 49–118 (Bagian VII); '''35''': 257–355 (Bagian VIII); '''36''': 199–307 (Bagian IX) |ref={{harvid|Tiele|1877–⁠1887}}}}
 
 
 
== Bacaan lanjutan ==
Baris 118 ⟶ 111:
{{s-aft|after=[[Said Barakati]]}}
{{end}}
 
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
 
[[Kategori:Sultan Ternate|Baabullah]]