Bahasa Melayu Klasik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 2:
|name=Melayu Klasik
|nativename=
|states=* {{flag|Malaysia}}
* {{flag|Indonesia}}
* {{flag|Singapura}}
* {{flag|Brunei Darussalam}}
|region=[[Kesultanan Melaka|Melaka]], [[Kesultanan Aceh|Aceh]], [[Kesultanan Ternate|Ternate]]
|region=* {{flag|Melaka}}
* {{flag|Aceh}}
|speakers=''tidak ada penutur''
|familycolor=Austronesia
Baris 19 ⟶ 18:
|ancestor=[[Bahasa Melayu Kuno|Melayu Kuno]]|era=Abad ke-14 sampai 18 M}}
 
'''Bahasa Melayu Klasik''' adalah dialek [[bahasa Melayu]] yang dipakai oleh [[Kesultanan Melaka]] (abad ke-14), [[Kesultanan Aceh]], dan sejumlah entitas politik lain di sekitarnya, hingga abad ke-18. Apakah [[dialek]] temporal (waktu) ini merupakan perkembangan lanjutan dari [[bahasa Melayu Kuno]] yang dipakai oleh [[Kerajaan Sriwijaya]] atau perkembangan dari dialek lain yang berkembang terpisah tidaklah diketahui. Tidak ada bukti tertulis atau laporan mengenai perubahan atau evolusi bahasa ini.
 
Bahasa Melayu berkembang secara meluas menjadi bahasa Melayu Klasik yang ditandai dengan masuknya secara berangsur-angsur berbagai unsur perbendaharaan kata bahasa Arab dan [[Persia|Parsi]]. Perkembangan ini berkait dengan menguatnya pengaruh agama [[Islam]] di [[Asia Tenggara]] sejak [[abad ke-13]]. Pada mulanya, bahasa Melayu Klasik adalah kelompok dialek yang beragam, yang mencerminkan asal-usul beragam kerajaan Melayu di Asia Tenggara. Salah satu dialek yang berkembang dalam tradisi kesusastraan [[Kesultanan Melaka|Melaka]] pada abad ke-15 ini akhirnya menjadi pradominan. Pengaruh kuat Melaka dalam perdagangan antarbangsa di wilayah ini menjadikan bahasa Melayu sebagai [[Basantara|bahasa perantara]] dalam perdagangan dan diplomasi, kedudukan yang dipertahankan sepanjang zaman kesultanan Melayu berikutnya, zaman penjajah Eropa, dan zaman modern. Bahasa Melayu Klasik tercatat pada berbagai naskah-naskah hikayat dan bentuk susastra lain, peraturan perundang-undangan, serta surat-surat komunikasi antara penguasa-penguasa Nusantara bagian barat. Terdapat pula beberapa prasasti dari periode awalnya.