Bahasa Semende: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 17:
|glotto=seme1248
}}
'''Bahasa Melayu Semende''' ([[Abjad Jawi|Jawi]]: بهاس ملايو سمند), atau '''bahasa Semende''', atau '''Semendo''' adalah isolek bahasa Melayu Tengah atau [[bahasa Melayu Barisan Selatan]] yang dituturkan oleh [[suku Semende]] (Melayu Semende) yang mendiami daerah [[Sumatera Selatan|Sumatra Selatan]]<ref name=":1">{{Cite book|last=Saleh|first=Yuslizal|last2=Lamsari|first2=Muhammad|last3=Madjid|first3=Abdul|last4=Silahiddin|first4=Sofyan|last5=Wahab|first5=Zainin|date=1979|url=https://labbineka.kemdikbud.go.id/files/upload/bbs_VUDRPYAE_1568917342.pdf|title=Bahasa Semende|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|pages=25|url-status=live}}</ref> ([[Kabupaten Muara Enim]], [[Kota Prabumulih]], [[Kabupaten Ogan Komering Ilir]], [[Kabupaten Ogan Komering Ulu]], [[Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan]]) serta [[Lampung|Provinsi Lampung]] ([[Kabupaten Lampung Barat]] dan [[Kabupaten Tanggamus]]). Di luar wilayah tuturnya, bahasa ini dikenal dengan nama '''bahasa Semendo'''.<ref name=":1" />

Bahasa Semende pada umumnya dipakai sebagai bahasa pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pada acara-acara resmi seperti saat berpidato atau berkhotbah, para penutur bahasa ini akan tetap menggunakan [[bahasa Indonesia]] sebagai bahasa pengantar.<ref name=":0">{{Cite book|last=Saleh|first=Yuslizal|last2=Lamsari|first2=Muhammad|last3=Madjid|first3=Abdul|last4=Silahiddin|first4=Sofyan|last5=Wahab|first5=Zainin|date=1979|url=https://labbineka.kemdikbud.go.id/files/upload/bbs_VUDRPYAE_1568917342.pdf|title=Bahasa Semende|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|pages=XV6|url-status=live}}</ref> Karena cakupan wilayahnya yang relatif kecil, variasi dialektis dalam bahasa Semende bersifat minim dan terletak pada pemilihan kosakata yang cenderung disebabkan karena perbedaan regional atau status dan tingkatan jabatan serta pendidikan.<ref name=":0" /> Bahasa Semende pernah memiliki sistem penulisannya sendiri yang disebut dengan '''''Surat Ulu''''' dan masih berkerabat dengan [[Aksara Rejang]] serta [[Surat Lampung|Aksara Lampung]].<ref name=":0" />
 
Sistem bahasa Semende memiliki banyak persamaan dengan [[Bahasa Basemah|bahasa Besemah]].<ref name=":0" /> Secara fonologis, bahasa Semende memiliki 28 fonem, 4 vokal, 20 konsonan, serta 4 fonem supra segmental.<ref name=":0" /> Adapun pola suku kata dalam bahasa Semende antara lain ialah V, VK, KV, KVK, dan KKV.<ref name=":0" />
Baris 23 ⟶ 25:
Dalam struktur morfologis, bahasa Semende menunjukkan keistimewaan dalam kata ganti orang.<ref name=":0" /> Untuk orang kedua tunggal dipakai kata '''''kabah''''' bagi pantaran yang memiliki jenis kelamin yang sama, '''''dengah''''' bagi pantaran yang berbeda jenis kelamin, dan '''''kamu''''' bagi orang yang lebih tua atau dihormati.<ref name=":0" /> Morfem terikat bahasa ini berupa imbuhan, yaitu 8 awalan, 5 akhiran, dan 3 sisipan.<ref name=":0" /> Awalan ''peN-'' jarang digunakan untuk menyatakan orang yang melakukan apa yang disebutkan dalam kata dasar, oleh karenanya kata-kata seperti ''petani'' dan ''pedagang'' dalam bahasa Semende dinyatakan sebagai ''jeme tani'' (orang tani) dan ''jeme dagang'' (orang dagang).<ref name=":0" /> Akhiran ''-an'' dalam bahasa Semende lazim digunakan untuk menyatakan pengertian kebun atau ladang, seperti ''kaweghan'' yang berarti kebun kopi (kata dasar ''kawe'') dan pisangan yang berarti kebun pisang (kata dasar ''pisang'').<ref name=":0" /> Bahasa Semende juga memiliki keistimewaan dalam pembentukan kata ulang dengan pola '''fonem awal bentuk dasar + /e/ + bentuk dasar''', misalnya ''dedue'' (dua-dua), ''tetige'' (tiga-tiga), dan ''sesenai'' (lambat-lambat, kata dasar ''senai'').<ref>{{Cite book|last=Saleh|first=Yuslizal|last2=Lamsari|first2=Muhammad|last3=Madjid|first3=Abdul|last4=Silahiddin|first4=Sofyan|last5=Wahab|first5=Zainin|date=1979|url=https://labbineka.kemdikbud.go.id/files/upload/bbs_VUDRPYAE_1568917342.pdf|title=Bahasa Semende|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|pages=XVI|url-status=live}}</ref>
 
== Nama Bahasabahasa==
Kata '''''Semende''''' memiliki beberapa macam arti. Di dalam laporannya yang berjudul "Ini dan Itu tentang Adat Tunggu Tubang Semende",Menurut Bahar Datuk Mangkuto Alam, seorang akademisi yang berasal dari Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Andalas, mengatakan: "Istilahnya Semende, dengan -e, bukan Semendo, dengan -o. Asal katanya adalah '''''"same ande"''''' yang secara ringkas dapat diterjemahkan sebagai "sama-sama anak, sama-sama berhak".<ref (Datukname=":0" Mangkuto Alam, 1976:4)./>
 
DiDalam dalampenelitian skripsinyalainnya yang berjudul "Perbandingan Bahasa Semende bagi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah-sekolah di Daerah Semendo",oleh Barmawi (1974:5) menjelaskan bahwa kata "Semendo" berasal dari kata '''''"semende"''''' yang berarti perkawinan. Kata semende terdiri dari kata ''se'' + ''ende'' yang mendapatkan sisipan -m-. ''"Se"'' berarti satu, sedangkan ''"ende"'' berarti kedua pihak laki-laki masuk ke rumah perempuan mematuhi satu adat perkawinan, yaitu laki-laki masuk rumah perempuan tersebut tidak dijual, demikian pula pihak perempuan tidak membeli. Kata semende berasal dari ''same'' + ''nde'' yang berarti bahwa di dalam suatu perkawinan, keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan memiliki hak serta kewajiban yang sama terhadap anak dan menantu.<ref name=":0" />
 
Dengan demikian, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kata '''''Semende''''' merujuk kepada adat istiadat dalam perkawinan '''''tunggu tubang''''', yakni suatu adat yang memposisikan serta menugaskan anak perempuan tertua di dalam suatu keluarga sebagai penunggu rumah dari keluarga tersebut. Rumah seperti ini disebut dengan '''''rumah tunggu tubang'''''. Suami dari anak perempuan tertua di dalam keluarga tersebut harus tinggal di dalam rumah tunggu tubang dan diperlakukan sama seperti anak sendiri oleh keluarga tersebut. Jika keluarga tersebut memiliki lebih dari satu anak perempuan, anak perempuan yang lain diperbolehkan untuk membentuk tunggu tubang yang baru. Jika dalam suatu keluarga tidak memiliki anak perempuan, maka anak laki-laki tertua akan dijadikan sebagai penunggu rumah tunggu tubang tersebut. Dalam kasus keluarga yang tidak memiliki anak, biasanya keluarga tersebut akan mengangkat seorang anak perempuan untuk dijadikan ''tunggu tubang''.<ref name=":0" />
 
== Kosakata ==