Bahasa Semende

bahasa di Sumatera, Indonesia
Revisi sejak 6 September 2023 01.37 oleh Ardzun (bicara | kontrib)

Bahasa Melayu Semende (Jawi: بهاس ملايو سمند) atau bahasa Semende adalah isolek bahasa Melayu Tengah atau bahasa Melayu Barisan Selatan yang dituturkan oleh suku bangsa Semende (Melayu Semende) yang mendiami daerah Sumatra Selatan[1] (Kabupaten Muara Enim, Kota Prabumulih, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan) serta Provinsi Lampung (Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus). Bahasa Semende pada umumnya dipakai sebagai bahasa pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, dengan pengertian bahwa dalam acara-acara resmi seperti saat berpidato atau berkhotbah, para penutur bahasa ini akan tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.[2] Karena cakupan wilayahnya yang relatif kecil, variasi dialektis dalam bahasa Semende bersifat minim dan terletak pada pemilihan kosakata yang cenderung disebabkan karena perbedaan regional atau status dan tingkatan jabatan serta pendidikan.[3] Bahasa Semende pernah memiliki sistem penulisannya sendiri yang disebut dengan Surat Ulu dan masih berkerabat dengan Aksara Rejang serta Aksara Lampung.[4]

Sistem bahasa Semende memiliki banyak persamaan dengan bahasa Besemah.[5] Secara fonologis, bahasa Semende memiliki 28 fonem, 4 vokal, 20 konsonan, serta 4 fonem supra segmental.[6] Adapun pola suku kata dalam bahasa Semende antara lain ialah V, VK, KV, KVK, dan KKV.[7]

Dalam struktur morfologis, bahasa Semende menunjukkan keistimewaan dalam kata ganti orang.[8] Untuk orang kedua tunggal dipakai kata kabah bagi pantaran yang memiliki jenis kelamin yang sama, dengah bagi pantaran yang berbeda jenis kelamin, dan kamu bagi orang yang lebih tua atau dihormati.[9] Morfem terikat bahasa ini berupa imbuhan, yaitu 8 awalan, 5 akhiran, dan 3 sisipan.[10] Awalan peN- jarang digunakan untuk menyatakan orang yang melakukan apa yang disebutkan dalam kata dasar, oleh karenanya kata-kata seperti petani dan pedagang dalam bahasa Semende dinyatakan sebagai jeme tani (orang tani) dan jeme dagang (orang dagang).[11] Akhiran -an dalam bahasa Semende lazim digunakan untuk menyatakan pengertian kebun atau ladang, seperti kaweghan yang berarti kebun kopi (kata dasar kawe) dan pisangan yang berarti kebun pisang (kata dasar pisang).[12] Bahasa Semende juga memiliki keistimewaan dalam pembentukan kata ulang dengan pola fonem awal bentuk dasar + /e/ + bentuk dasar, misalnya dedue (dua-dua), tetige (tiga-tiga), dan sesenai (lambat-lambat, kata dasar senai).[13]

Nama Bahasa

Kata Semende memiliki beberapa macam arti. Di dalam laporannya yang berjudul "Ini dan Itu tentang Adat Tunggu Tubang Semende", Bahar Datuk Mangkuto Alam seorang akademisi yang berasal dari Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Andalas, mengatakan: "Istilahnya Semende, dengan -e, bukan Semendo, dengan -o. Asal katanya adalah "same ande" yang secara ringkas dapat diterjemahkan sebagai "sama-sama anak, sama-sama berhak" (Datuk Mangkuto Alam, 1976:4).

Di dalam skripsinya yang berjudul "Perbandingan Bahasa Semende bagi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah-sekolah di Daerah Semendo", Barmawi (1974:5) menjelaskan bahwa kata "Semendo" berasal dari kata "semende" yang berarti perkawinan. Kata semende terdiri dari kata se + ende yang mendapatkan sisipan -m-. "Se" berarti satu, sedangkan "ende" berarti kedua pihak laki-laki masuk ke rumah perempuan mematuhi satu adat perkawinan, yaitu laki-laki masuk rumah perempuan tersebut tidak dijual, demikian pula pihak perempuan tidak membeli. Kata semende berasal dari same + nde yang berarti bahwa di dalam suatu perkawinan, keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan memiliki hak serta kewajiban yang sama terhadap anak dan menantu.

Dengan demikian, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kata Semende merujuk kepada adat istiadat dalam perkawinan tunggu tubang, yakni suatu adat yang memposisikan serta menugaskan anak perempuan tertua di dalam suatu keluarga sebagai penunggu rumah dari keluarga tersebut. Rumah seperti ini disebut dengan rumah tunggu tubang. Suami dari anak perempuan tertua di dalam keluarga tersebut harus tinggal di dalam rumah tunggu tubang dan diperlakukan sama seperti anak sendiri oleh keluarga tersebut. Jika keluarga tersebut memiliki lebih dari satu anak perempuan, anak perempuan yang lain diperbolehkan untuk membentuk tunggu tubang yang baru. Jika dalam suatu keluarga tidak memiliki anak perempuan, maka anak laki-laki tertua akan dijadikan sebagai penunggu rumah tunggu tubang tersebut. Dalam kasus keluarga yang tidak memiliki anak, biasanya keluarga tersebut akan mengangkat seorang anak perempuan untuk dijadikan tunggu tubang.

Kosakata

Kata

Melayu Semende Indonesia
Indung Ibu
Bapang Ayah
Nining Nenek
Datuk Kakek
Ibung Bibi
Mamang Paman
Lemak Enak
Alap Bagus, cantik, baik
Besak Besar
Kecik Kecil
Pacak Bisa, mampu
Nian Sangat, sekali
Budak Anak
Abang, miha Merah
Abut Berat
Ading Adik
Ambek Ambil
Ayek Air, sungai yang mengalir
Ayuk Kakak perempuan
Badah Wadah, tempat, lokasi
Bahe Bara, api
Bahi Lama, kuno
Bak Ayah
Balak, bebalak Bencana, kecelakaan
Balek Balik, pulang
Bangai Basi
Bange Bodoh, dungu
Basing Terserah
Bawak Kulit
Bile Kapan
Buhok Buruk, jelek
Buntang Bangkai
Buntu Bokek, tidak memiliki uang
Buyan Bodoh, tidak cerdik
Cabi Cabai
Cinde Cantik, rupawan
Cungoh Mulut, ujung bibir
Cuping Telinga
Dalu Malam
Dangau Pondok, rumah sederhana di kampung atau pedesaan (biasa dipakai untuk merendahkan diri kepada lawan bicara)
Die Dia
Dudok Duduk
Embau Bau, mencium, aroma
Empai, mpai Baru saja, barusan terjadi
Enjok Beri
Galak Mau, ingin, suka
Gale Semua, segalanya
Gancang Cepat, tergesa-gesa
Gawi, gawe Kerja, berbuat
Gerubuk Lemari
Gile Gila
Gudu Botol
Gugoh Gugur, berjatuhan
Gumbak Rambut
Hadu Biar, sudah (pasrah)
Hala Jangan, dilarang
Hangke Tidak kokoh, ceroboh
Hanjak Senang, bergembira, bersemangat
Hase Rasa
Ige Sangat, terlalu, berlebih-lebihan
Ihak, mihak Ingin sekali
Ikok Ekor
Ilok Bagus, cantik, cakap, indah
Jabe Luar
Jeleme Manusiawi
Jeme Manusia, orang
Jengok, njengok Berkunjung, mengunjungi
Jerambah Jembatan
Juadah Kue, roti
Jurai Keturunan dekat
Kacai, tekacai Lepas, terlepas
Kacek Selisih, kurang
Kajut Nenek
Kakang Abang, kakak laki-laki
Kamah, kamak Kotor
Kambang Sumur, kolam
Kance Kawan, teman, sahabat
Kanjat, tekanjat Kaget, terkejut, tersentak
Katik, katek Tidak ada
Kawe Kopi
Kelawai Adik atau kakak perempuan
Kelisoh, tekelisoh Tergelincir
Kemeh Kencing
Keruan Tahu, mengetahui
Keting Kaki
Kudai, kele Dulu, nanti, nanti dulu
Kuwawe Berani, sanggup
Ladas Senang sekali
Lading Pisau kecil
Lagak, belagak Bergaya, sok gaya
Lage, belage Berkelahi
Lawang Pintu
Lengit Hilang
Mahi, kemahi Kemarin
Mak Ibu
Mikut, milu Ikut
Mincang Melangkah
Muanai Adik atau kakak laki-laki
Nahek Menarik
Palak Kepala
Paun Dapur, area di belakang rumah yang dikhususkan untuk menyimpan buah-buahan dan lain sejenisnya
Payu Iya, ayo, mari, setuju
Pehut Perut
Peloh Peluh, keringat
Petang Sore
Pihing, pinggan Piring
Puan Susu
Pucok Atas
Puyang Buyut, orang tua dari kakek dan nenek
Ribang Merdu
Ringam Pusing
Saban Tiap, setiap
Sangkek Keranjang
Sare Payah, susah
Segak, nyegak Bentak, membentak
Suhang, suhangan Sendiri, sendirian
Sungkan Malas
Tangeh Masih lama
Tebudi, tebudik Tertipu, dibohongi
Telok, teloh Telur
Terajang Tendang
Tihok, tihuk Congek (penyakit atau kotoran telinga)
Ugok Kakek
Uwak Kakak dari ayah atau ibu
Wawe Bercanda

Kalimat

Melayu Semende Indonesia
Nak kemane? Hendak kemana?
Dimane badahnye titu? Dimana itu tempatnya?
Hase ati aku dek lemak nian dari kemahi Perasaanku tidak enak dari kemarin hari
Ame dek galak, biarkah aku saje yang makannye Kalau tidak mau, biar aku saja yang memakannya
Jangan mak itu, kuterajang nian palak kabah kele! Jangan seperti itu, kutendang kepalamu nanti!
Belagak nian die tu, padahal aslinye bange! Bergaya sekali dia itu, padahal aslinya bodoh!
Nduk ai, alangkah lemak juadah tini! Ya Tuhan, enak sekali rasa kue ini!
Mak mane kabarnye, Ndung? Bagaimana kabarnya, Ibu?
Tunggu lah kudai, lagi tangeh nian perjalanannye tini! Tunggu lah dulu, masih lama sekali perjalanannya ini!
Masin nian rase gulai tini, yang masaknye ni nak kawin ape mak mane? Asin sekali rasa masakan ini, yang masaknya ini kebelet kawin atau bagaimana?

Referensi

  1. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. 2. 
  2. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  3. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  4. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  5. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  6. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  7. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  8. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  9. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  10. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  11. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  12. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XV. 
  13. ^ Saleh, Yuslizal; Lamsari, Muhammad; Madjid, Abdul; Silahiddin, Sofyan; Wahab, Zainin (1979). Bahasa Semende (PDF). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. XVI.