Bendungan Sutami: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Edogang1 (bicara | kontrib)
 
(43 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox dam
{{kotak info danau
|lake_name =name Waduk= Ir.Bendungan Sutami
|image_lake image = Karangkates Dam, Malang.jpg
| image_size =
|caption_lake = Waduk Ir. Sutami
| image_caption =
|image_bathymetry =
| country = [[Indonesia]]
|caption_bathymetry =
| location = [[Malang]], [[Jawa Timur]]
|coords =
| purpose = Serbaguna
|type = Waduk
| status = Beroperasi
|inflow =
| construction_began = Mei 1962
|outflow =
| commissioned = Desember 1973
|catchment = 2050 km<sup>2</sup> (-&nbsp;mi²)
| cost = [[Yen Jepang|¥]] 25,868 milyar
|basin_countries = [[Indonesia]]
| builder = {{unbulleted list|Terowongan pengelak & bendungan pembantu: [[Kajima]]|Bendungan utama: [[Proyek Brantas]]|Permesinan: [[Toshiba]]|Baja & besi: [[Sakai Iron Works]]|Penyedia peralatan: [[Nichimen]]}}
|length = - kilometer (-&nbsp;mi)
| designed_by = [[Nippon Koei]]
|width = -kilometer (-&nbsp;mi)
| owner = [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat]]
|area = 15 km<sup>2</sup> (-&nbsp;mi²)
| type = Urugan
|depth = -meter (-&nbsp;kaki)
| crosses = [[Sungai Brantas]]
|max-depth = 31 meter (-&nbsp;kaki)
| height = 100 m
|volume = 343.000.000 m<sup>3</sup> (-&nbsp;mi³)
| length = 750 m
|shore = -kilometer (-&nbsp;mi)
| crest_elevation = 278 mdpl
|elevation = 297 meter (-&nbsp;kaki)
| volume = 6.020.000 m<sup>3</sup>
|islands = [[Jawa]]
| spillways = 1
|cities = [[Kabupaten Malang|Malang]]
| spillway_type = Ogee dengan dan tanpa pintu
}}
| spillway_capacity = 1.000 m<sup>3</sup> / detik
'''Waduk Ir. Sutami''', disebut juga '''Bendungan Sutami''', '''Waduk Karangkates''', atau '''Bendungan Karangkates''', merupakan bendungan yang menciptakan suatu [[waduk]] karena tertahannya aliran [[Sungai Brantas]]. Waduk ini terletak di [[Sumberpucung, Malang|Kecamatan Sumberpucung]], [[Kabupaten Malang]], [[Provinsi]] [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Bendungan ini dikelola oleh Perum [[Jasa Tirta I]]. Air waduk ini berasal dari mata air di [[Gunung Arjuno]] dan ditambah air hujan.
| reservoir = Waduk Sutami
| reservoir_capacity = 343.000.000 m<sup>3</sup>
| active_capacity = 253.000.000 m<sup>3</sup>
| inactive_capacity = 90.000.000 m<sup>3</sup>
| reservoir_catchment = 2.052 km<sup>2</sup>
| reservoir_surface = 7,9 km<sup>2</sup>
| plant_name = PLTA Sutami
| plant_operator = [[PLN Nusantara Power]]
| plant_commission = Januari 1973
| plant_decommission =
| plant_type = Konvensional
| hydraulic_head = 91,5 m
| turbines = 3
| installed_capacity = 105 MW
| annual_generation = 289.000 MWh<ref name="jica">{{cite book| last = | first = | title = Development of the Brantas River Basin (part 10)| publisher = [[JICA]]| series = | volume = | edition = | date = 1998| location = Tokyo| pages = 191-193 | language = Inggris| url = https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/11968989_10.pdf}}</ref>
|crest_width=13,7 m<ref name="balitbang">{{cite book | author =
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum | title = Bendungan Besar Di Indonesia | publisher = Departemen Pekerjaan Umum | date = 1995 | location = Jakarta | pages = 200 | language = id | url =https://pu.go.id/pustaka/storage/biblio/file/Bendungan%20Besar%20di%20Indonesia.pdf}}</ref>}}
'''Bendungan Sutami''' atau disebut juga '''Bendungan Karangkates''', adalah sebuah [[bendungan]] yang dibangun di [[Sumberpucung, Malang|Sumberpucung]], [[Kabupaten Malang|Malang]] untuk membendung [[Sungai Brantas]]. Nama bendungan ini diambil dari nama [[Menteri Pekerjaan Umum]] yang menjabat mulai tahun 1966 hingga 1978 [[Sutami|dengan nama yang sama]].
 
Bendungan ini dikelola oleh [[Jasa Tirta I]], sementara PLTA yang memanfaatkan air yang terbendung oleh bendungan ini dikelola oleh [[PLN Nusantara Power]] [[Unit Pembangkitan Brantas]].
Waduk Ir. Sutami mempunyai fungsi sebagai:
 
Akibat terjadinya [[sedimentasi]], pada tahun 2014, total kapasitas dari waduk yang terbentuk akibat dibangunnya bendungan ini diperkirakan tinggal 158,5 juta meter kubik, dengan kapasitas aktif sebesar 135,4 juta meter kubik dan kapasitas nonaktif sebesar 23,1 juta meter kubik.<ref name="pola">{{Cite web|url=https://sda.pu.go.id/balai/bbwsbrantas/assets/uploads/dokumen/10022021111422-POLAWSBRANTAS2020.pdf|title=Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas|publisher=Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat|page=145|date=20 Maret 2020|language=id|access-date=16 Januari 2023}}</ref><mapframe latitude="-8.166294" longitude="112.481461" zoom="12" width="400" height="300">
* Pengendali banjir dengan kala ulang 50 tahun setara 1.650 m<sup>3</sup>/detik,
{
* [[Pembangkit listrik tenaga air|Pembangkit listrik]] dengan daya 3 x 35.000 kWh (488 juta kWh/tahun),
"type": "FeatureCollection",
* Penyediaan air irigasi 24 m³/dt pada musim kemarau (seluas 34.000 ha) melalui pengaliran ke hilir,
"features": [
* [[Pariwisata]] dan perikanan darat.
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "Bendungan Karangkates"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 112.476775, -8.18536 ]
}
}
]
}
</mapframe>
 
== Sejarah ==
Waduk dikelola oleh [[Jasa Tirta I]] , pengelolaan PLTA oleh [[Pembangkitan Jawa-Bali]]
=== Perencanaan ===
Setelah menyelesaikan pembangunan [[Terowongan Neyama]] di [[Tulungagung]] untuk mengendalikan banjir di bagian tengah Sungai Brantas, pemerintah Indonesia mulai mengkaji kemungkinan untuk membangun bendungan besar di bagian hulu Sungai Brantas. Awalnya, pemerintah mempertimbangkan untuk membangun bendungan di [[Pohgajih, Selorejo, Blitar|Pohgajih, Blitar]], karena cukup membangun satu bendungan untuk membendung Sungai Brantas dan [[Sungai Lahor]] sekaligus. Atas permintaan dari Kepala Jawatan Irigasi saat itu, Ir. [[Agus Prawiranata]], sebuah [[studi kelayakan]] kemudian dilakukan oleh empat orang ahli pengairan dan konstruksi yang dipimpin oleh Ir. [[Sedijatmo]]. Hasil studi kelayakan tersebut antara lain<ref name="jica4">{{cite book| last = | first = | title = Development of the Brantas River Basin (part 4)| publisher = [[JICA]]| series = | volume = | edition = | date = 1998| location = Tokyo| pages = 41 - 42| language = Inggris| url = https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/11968989_04.pdf}}</ref>:
# Pohgajih dilintasi oleh jalan raya, sehingga memudahkan transportasi bahan bangunan dan peralatan konstruksi
# Kondisi alam Pohgajih memungkinkan untuk dibangun bendungan setinggi 100 meter
# Walaupun dasar bendungan berupa tanah kapur berpori, pori-pori tersebut dapat tertutup oleh sedimen yang terbawa oleh Sungai Brantas.
# Bendungan lebih cocok untuk dibuat dari urugan tanah, karena beton (yang saat itu masih merupakan teknologi yang cukup baru) dapat memburuk seiring berjalannnya waktu.
# Bendungan hanya ditujukan untuk mengendalikan banjir, tidak digunakan juga untuk membangkitkan listrik.
 
Studi kelayakan lain lalu dilakukan oleh [[Nippon Koei]] asal Jepang, dan menyimpulkan bahwa bendungan lebih cocok untuk dibangun di [[Karangkates, Sumberpucung, Malang|Karangkates, Malang]], karena tanah kapur berpori di Pohgajih kurang cocok untuk dijadikan lokasi pembangunan bendungan.<ref name="jica4"/> Sementara untuk membendung aliran Sungai Lahor, kemudian dibangun [[Bendungan Lahor]] yang genangannya dihubungkan dengan genangan Bendungan Karangkates melalui sebuah terowongan.
Perikanan disini dilakukan oleh warga setempat dengan menggunakan jaring terampung yang biasa disebut kerramba (warga menyebut kerambak). Pemeliharaan ikan dengan memanfaatkan perairan di waduk Ir Sutami ini terjadi semenjak era reformasi, yang sebelumnya menangkap dan memelihara ikan di perairan ini dilarang oleh pihak pemilik bendungan.
 
Pembangunan Bendungan Karangkates meliputi pembangunan terowongan pengelak, bendungan pembantu, bendungan utama, saluran pelimpah, PLTA, terowongan ''headrace'', tangki pendatar air, dan pintu masuk air ke PLTA, serta pintu keluar air darurat, yang dapat mengalirkan air apabila air yang terbendung lebih rendah daripada ketinggian pintu masuk air ke PLTA. Selain itu, juga dilakukan pemindahan sebagian jalur rel kereta api di antara [[Stasiun Sumberpucung]] dan [[Stasiun Pohgajih]], karena jika tidak dipindah, jalur rel tersebut dapat terendam oleh air yang terbendung. Semua pembangunan tersebut rencananya dapat diselesaikan pada tahun 1969, namun karena sejumlah kendala, akhirnya baru dapat diselesaikan pada tahun 1973.<ref name="staf"/>
Selain manfaat sebagai sarana pariwisata dan perikanan, Bendungan Sutami yang juga biasa disebut "dam" oleh masyarakat setempat ini juga memiliki manfaat lain, yaitu digunakan sebagai akses oleh para pengentara motor untuk melintas pada siang hari dengan membayar karcis. Mereka yang sering melintas mayoritas adalah warga yang tinggal di wilayah selatan waduk, seperti warga [[Kalipare, Malang|Kalipare]] dan [[Donomulyo]].
 
=== Persiapan pembangunan ===
Pada akhir tahun 1961, [[PLN]] mulai membangun jalan, kantor, rumah dinas, dan gudang untuk mendukung pembangunan bendungan ini. Pembangunan terowongan pengelak lalu dimulai pada tahun 1962. Pada tanggal 30 April 1963, terjadi longsor di terowongan pengelak yang sedang dibangun, akibat penyangga tidak kuat menahan beban, sehingga menyebabkan meninggalnya tiga warga negara Jepang dan dua warga negara Indonesia.<ref name="sinaro"/> Walaupun begitu, terowongan pengelak akhirnya dapat diselesaikan pada bulan Mei 1964. Pembangunan bendungan pembantu kemudian dapat diselesaikan pada bulan November 1964. Semua pembangunan tersebut dikerjakan oleh [[Kajima Corporation]] dengan diawasi oleh [[Nippon Koei]].
 
Sebagaimana yang telah direncanakan oleh pemerintah, pembangunan bendungan utama lalu dikerjakan sendiri (''eigen beheer'') oleh [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik]] (PUTL) melalui [[Proyek Brantas]], sementara Kajima dan Nippon Koei hanya bertindak sebagai konsultan. Hal tersebut sengaja dilakukan untuk memberi pengalaman dan pelatihan yang lebih mendalam kepada para pekerja proyek, sehingga setelah menyelesaikan pembangunan bendungan ini, para pekerja proyek diharapkan dapat menyelesaikan pembangunan lain yang serupa di seluruh Indonesia.
 
=== Pembangunan bendungan ===
Saat pembangunan bendungan utama dimulai pada tahun 1965, muncul kesulitan dalam hal pembiayaan, baik dalam bentuk devisa yang didapat dari [[pampasan perang]] Jepang maupun dalam bentuk rupiah murni akibat terjadinya [[Pemberontakan G30S/PKI]]. Sehingga pembangunan bendungan utama dapat dikatakan terhenti hingga tahun 1966. Pada tahun 1967, setelah kondisi ekonomi Indonesia membaik, pembangunan bendungan utama dapat dimulai kembali meskipun belum dalam kecepatan penuh, dengan dibiayai oleh pinjaman dari negara lain. Pada tanggal 22 Januari 1968, terjadi banjir bandang yang menyebabkan terowongan pengelak tersumbat dan pintu terowongan pengelak rusak parah, sehingga air dari Sungai Brantas hampir mencapai puncak bendungan pembantu, yakni kurang 35 centimeter lagi. Guna mengantisipasi terjadinya banjir serupa, kemudian diputuskan untuk membangun terowongan pengelak tambahan.<ref name="sinaro"/> Pembangunan bendungan utama akhirnya baru dapat diselesaikan pada tahun 1971 atau dua tahun lebih lambat dari rencana.
 
Pada tanggal 15 Juni 1972, dilakukan penutupan Sungai Brantas, karena pengerjaan lanjutan hanya dapat dilakukan apabila bagian sungai di belakang bendungan utama dalam keadaan kering. Pengerjaan lanjutan tersebut meliputi pembuatan apron dari saluran pelimpah, penyumbatan terowongan pengelak, perbaikan lantai terowongan pengelak yang akan menjadi bagian dari pintu keluar air darurat, pemasangan ''hollow jet valve'' sebagai peredam energi air dari pintu keluar air darurat, penyelesaian terowongan ''tailrace'' PLTA, dan pembuatan dinding penahan tanah. Walaupun Sungai Brantas ditutup, hanya bagian sungai di belakang bendungan yang kering, bukan keseluruhan sungai, karena di bagian hilir, masih banyak anak Sungai Brantas yang dapat memasok air. Pekerjaan lanjutan tersebut akhirnya selesai pada awal bulan September 1972, dan bendungan utama pun dibuka kembali.<ref name="staf"/>
 
=== Pemindahan jalur rel ===
[[File:KA Gajayana Menatap Mulut Terowongan Karangkates II.jpg|thumb|[[Terowongan Karangkates II]]]]
Pemindahan harus dilakukan karena selain melintasi calon lokasi bendungan, jalur rel kereta api berada pada ketinggian 240 mdpl, padahal nantinya air yang terbendung dapat mencapai ketinggian 279 mdpl. Karena kondisi alamnya, jalur rel baru sepanjang empat kilometer tersebut pun harus dilengkapi dengan dua buah terowongan dengan total panjang 1,2 kilometer, sebuah jembatan rangka baja dengan empat bentang masing-masing sepanjang 21,2 meter, sebuah [[viaduk]], empat buah [[akuaduk]], enam buah urung-urung, sebuah sifon, dan dinding penahan tanah dari beton bertulang.
 
Pembangunan jalur rel baru tersebut sebenarnya telah dimulai pada bulan Februari 1965 dengan pembangunan terowongan pertama, namun kemudian terhenti karena kendala biaya. Pada tahun 1967, pembangunan jalur rel baru tersebut dimulai kembali, dan akhirnya dapat diresmikan oleh Menteri PUTL dan Menteri Perhubungan pada tanggal 1 April 1970.<ref name="staf"/>
 
=== Pembangunan PLTA ===
Pembangunan PLTA meliputi pembuatan bangunan PLTA, pemasangan peralatan PLTA, pemasangan pipa pesat, pemasangan tangki pendatar air, pemasangan dua unit turbin yang masing-masing berkapasitas 35 MW, pemasangan kabel transmisi listrik, dan pembuatan [[gardu listrik]]. Selama PLTA sedang dibangun, air dikeluarkan dari bendungan utama melalui pintu keluar air darurat. Kecuali pemasangan kabel transmisi listrik dan pembuatan [[gardu listrik]], semua pekerjaan tersebut ditangani sendiri oleh Proyek Brantas dan dapat diselesaikan pada pertengahan tahun 1973.<ref name="staf"/> Setelah [[Bendungan Lahor]] selesai dibangun, satu unit turbin tambahan berkapasitas 35 MW dipasang di PLTA Sutami, sehingga total kapasitas terpasang PLTA Sutami menjadi 105 MW.<ref name="staf">{{cite report |author= Staf Proyek Brantas|date= 1 April 1972 |title= Uraian Singkat Mengenai Proyek Bendungan Serbaguna Karangkates|url=https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/autocover/2c8787c5bec961ca1a99097a36d68be8.pdf|publisher= Proyek Induk Serbaguna Kali Brantas |access-date=23 Januari 2022}}</ref>
 
==Permasalahan==
Bendungan ini mulai dioperasikan pada tahun 1972. Pada penelitian yang dilakukan mulai tahun 1977 hingga 2002, diperkirakan bahwa terjadi [[sedimentasi]] sebanyak 3,86 juta meter kubik per tahun di waduk yang terbentuk akibat dibangunnya bendungan ini. Pada bulan Februari hingga Mei 2002, terjadi [[ledakan populasi alga]], sehingga air yang terbendung oleh bendungan ini berubah warna menjadi hitam kecoklatan. Alga yang telah mati juga menggumpal. Jika telah kering, gumpalan tersebut menimbulkan bau seperti kotoran manusia, sehingga sangat mengganggu masyarakat yang tinggal di sekitar waduk.<ref name="sinaro"/>
 
Berdasarkan hasil pengukuran [[Jasa Tirta I]] dan [[Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air]] pada bulan Juni 2002, tingkat [[eutrofikasi]] pada waduk yang terbentuk akibat dibangunnya bendungan ini masuk dalam kategori hipereutrofik atau sangat tercemar. Tingginya eutrofikasi tersebut disebabkan oleh pembuangan limbah secara langsung ke Sungai Brantas, terutama oleh rumah tangga, petani, pabrik kertas, pabrik tepung tapioka, dan rumah pemotongan hewan.<ref name="sinaro"/>
 
== Manfaat ==
Bendungan Sutami difungsikan untuk<ref name="sinaro">{{cite book | last =Sinaro | first = Radhi | title = Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) | publisher = Bentara Adhi Cipta | date = 2007 | location = Tangerang Selatan | pages = | language = Indonesia | url = http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/158847/ | doi = | id = | isbn = 978-979-3945-23-1 }}</ref>:
* Mengurangi debit banjir 1.000 tahunan dari 4.000 m<sup>3</sup>/detik menjadi hanya 1.580 m<sup>3</sup>/detik, debit banjir 200 tahunan dari 3.000 m<sup>3</sup>/detik menjadi hanya 1.060 m<sup>3</sup>/detik, dan debit banjir 10 tahunan dari 1.540 m<sup>3</sup>/detik menjadi hanya 350 m<sup>3</sup>/detik
* [[Pembangkit listrik tenaga air|Membangkitkan listrik]] melalui sebuah PLTA berkapasitas terpasang 3 x 35 MW
* Menyediakan air irigasi sebanyak 244 m<sup>3</sup>/detik pada musim kemarau untuk lahan pertanian seluas 34.000 hektar
* [[Pariwisata|Obyek pariwisata]] dan prasarana perikanan darat.
 
Perikanan di bendungan ini dilakukan oleh warga setempat dengan menggunakan jaring terapung yang biasa disebut keramba. Pemeliharaan ikan dengan memanfaatkan air di bendungan ini baru dimulai pada era Reformasi, karena sebelumnya kegiatan tersebut dilarang.
 
Selain sebagai obyek pariwisata dan perikanan, Bendungan Sutami yang juga biasa disebut "dam" oleh masyarakat setempat ini juga memiliki manfaat lain, yakni digunakan sebagai jalan akses oleh para pengendara sepeda motor pada siang hari dengan membayar karcis. Pengendara motor yang sering melintas di bendungan ini mayoritas adalah warga yang tinggal di selatan bendungan, seperti warga [[Kalipare, Malang|Kalipare]] dan [[Donomulyo]].
 
== Lihat pula ==
* [[Daftar danau dan waduk di Indonesia]]
* [https://www.travelloratour.com/wisata-bendungan-karangkates/ Wisata Bendungan Karang Kates]
{{indo-geo-stub}}
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
[[Kategori:{{Bendungan dan waduk di Jawa TimurIndonesia|Sutami]]state=autocollapse}}
[[Kategori:Bendungan dan waduk di Indonesia|Sutami]]
[[Kategori:Bendungan dan waduk di Malang]]
[[Kategori:Sumberpucung, Malang]]
[[Kategori:DAS Brantas]]