Benih Mardeka merupakan surat kabar dari Sumatera Utara yang menjadi media pertama yang menggunakan nama Merdeka dalam namanya.

Sejarah

Pendirian

Surat kabar ini terbit pertama kali pada tanggal 17 November 1916.[1] Koran ini ini didirikan oleh Tengku Raja Sabarudin yang merupakan Presiden Serikat Islam Cabang Medan.[2] Sabarudin juga merupakan mantan Wedana Meester Cornelis atau Jatinegara.[3] Selain menggunakan nama Benih Mardeka untuk surat kabarnya, Tengku Raja Sabarudin juga menggunakan nama “Setia Bangsa” untuk percetakannya.[2] Sabarudin membeli percetakan ini dari Heinemann & Co yang juga memiliki sebuah percetakan di Tarutung.[4] Surat kabar ini terdiri dari sekumpulan tokoh di Sumatera Utara, yaitu Mohammad Samin yang menjadi pemimpin redaksi yang juga merupakan komisaris Sarekat Islam (CSI) cabang Medan dan redakturnya, Mohammad Joenoes yang merupakan adalah wakil CSI Cabang Asahan. Melalui surat kabar ini diharapkan menanamkan benih cita-cita kemerdekaan bagi pembacanya. Sedangkan, kata “Setia Bangsa” mempunyai maksud agar mereka yang mendapat kedudukan baik dari pemerintah Belanda tidak melupakan bangsanya dan tetap setia pada perjuangan bangsanya.[2] Surat kabar ini terbit empat kali dalam seminggu yaitu, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu.[5] Surat kabar ini membawa slogan dalam setiap penerbitannya, yaitu "Orgaan oentoek menoentoet keadilan dan kemerdekaan".[6]

Perubahan pengurus dan pergantian nama

Pada surat kabar terbitan 3 April 1918, Samin tidak lagi ada di surat kabar Benih Merdeka yang digantikan oleh Sabaroedin menjabat sebagai direktur and kepala direktur dan pada terbitan 1 Agustus 1918 R. K. Mangoen Atmodjo menjabat sebagai redaktur dan Orang Kaza Ozir sebagai medewerker. Selanjutnya, terbitan Maret tahun 1919 mencantumkan Abdoel Moeis serta A. Ramli sebagai redaktur/ yang akan digantikan oleh Parada Harahap pada tanggal 10 Mei. Tanggal 24 Maret 1920, maklumat “Benih Merdeka” menyatakan Joenoes berhenti dan diganti oleh Amat alias Mohammad Noer, redaktur surat kabar “Sama Rata”.[7] Kemudian, pada tahun yang sama dengan berhentinya Mohammad Joenoes, Benih Mardeka berganti nama menjadi Mardeka. Mu Tengku Raja Sabarudin belum puas dengan kata "Benih Mardeka" yang hanya berarti benih. Ia rasa bahwa benih yang menjadi cita-cita bangsanya telah tertanam di dada bangsanya. Oleh karena itu, ia menghilangkan kata benih dan hanya menggunakan nama Mardeka.[2]

Referensi

  1. ^ Azhari, Ichwan, ed. (2023). Benih Merdeka Koran Pertama Gunakan Kata Merdeka di Indonesia (PDF). Medan: Halaman Moeka Publishing. hlm. iii. 
  2. ^ a b c d Seabad Pers kebangsaan, 1907–2007 (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: I:Boekoe. 2007. hlm. 124–126. ISBN 978-979-1436-02-1. OCLC 289071007. 
  3. ^ Nasution, Lia Anggia (2019). "Sejarah Pers Perempuan di Sumut (Studi Analisis Wacana Kritis Perspektif Feminis dalam Konten Koran ‘Perempoean Bergerak’ di Sumut)". JURNAL SIMBOLIKA Research and Learning in Communication Study (dalam bahasa Inggris). 5 (1): 59–85. doi:10.31289/simbollika.v5i1.2293. ISSN 2442-9996. 
  4. ^ H, Muhammad T. W. (1996). Perlawanan pers Sumatera Utara terhadap gerakan PKI. Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI. hlm. 2. 
  5. ^ Azhari, Ichwan; Sidiq, Ricu; Sari, Ika Purnama (2022). Bahan Ajar Sejarah Perjuangan Bangsa Melalui Pers Di Sumatera Utara Tahun 1916-1925 (PDF). Medan: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNIMED. hlm. 29. ISBN 978-623-5951-02-7. 
  6. ^ Muhardiansyah, Yan (2016-02-09). "Koran Medan terang-terangan gagas kemerdekaan pada 1916". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-08. 
  7. ^ Azhari & Sidiq Sari, hlm. 32-33.

Daftar Pustaka