Bid'ah (Arab: بدعة) adalah perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan.[1] Secara istilah linguistik, ini memiliki arti yang berhubungan dengan inovasi, pembaruan, atau bahkan doktrin sesat.[2]

Pengertian

Etimologi

Bid‘ah secara bahasa berarti membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya.[3]

Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam Alquran,

Maksudnya adalah mencipta (membuat) yang mana tidak ada contoh pada sebelumnya.

Juga firman-Nya,

Maksudnya, Nabi Muhammad bukanlah rasul pertama yang diutus ke dunia ini dan menyampaikan hal baru (melainkan tauhid yang sama seperti pendahulunya).[4]

Definisi Secara Istilah

"Apa yang disajikan setelah Nabi sebagai keyakinan atau praktik agama, sementara tidak ada pernyataan khusus yang dibuat tentangnya dan itu tidak dianggap sebagai contoh aturan umum atau praktik itu dilarang secara eksplisit." Definisi ini berarti bahwa inovasi harus dilakukan atas nama agama untuk dianggap bid'ah.[5]

Definisi bid’ah secara istilah yang paling bagus adalah definisi yang dikemukakan oleh Al Imam Asy-Syathibi dalam Al I’tishom. Beliau mengatakan bahwa bid’ah adalah:

Dalil

Hadis

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, dia berkata, “Jika Rasulullah berkhutbah matanya memerah, suaranya begitu keras, dan kelihatan begitu marah, seolah-olah beliau adalah seorang panglima yang meneriaki pasukan, ‘Hati-hati dengan serangan musuh pada waktu pagi dan waktu sore’. Lalu dia bersabda, ‘Jarak antara pengutusanku dan hari kiamat adalah bagaikan dua jari ini.’ Beliau berisyarat dengan jari tengah dan jari telunjuknya. Lalu beliau bersabda,

Dalam riwayat An Nasa’i dikatakan,

Diriwayatkan dari Al ‘Irbadh bin Sariyah, beliau berkata, “Kami shalat bersama Rasulullah pada suatu hari. Kemudian beliau mendatangi kami lalu memberi nasihat yang begitu menyentuh, yang membuat air mata ini bercucuran, dan membuat hati ini bergemetar (takut).” Lalu ada yang mengatakan,

“Wahai Rasulullah, sepertinya ini adalah nasihat perpisahan. Lalu apa yang engkau akan wasiatkan pada kami?” Nabi berkata,

Dalil dari Perkataan Sahabat

Ibnu Abbas berkata,

Ibnu Mas’ud berkata,

Dampak

Terdapat beberapa dampak dari bid’ah, di antaranya:

Amalan tertolak

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Orang yang berbuat bid’ah inilah yang amalannya merugi. Allah Ta’ala berfirman,

Terhalang untuk bertaubat

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tidak mendapat syafaat

Nabi berkata,

Dalam riwayat lain dikatakan,

Inilah doa laknat untuk orang-orang yang mengganti ajaran Nabi Muhammad dan berbuat bid’ah.

Ibnu Baththol mengatakan,

Berdosa jika perbuatannya tertular orang lain

Nabi Shallallahu alaihi wasallam berkata,

Lihat pula

Pranala luar

  • Tuasikal, Muhammad Abduh. 2016. Mengenal Bid'ah Lebih Dekat. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Pustaka Muslim.

Referensi

  1. ^ Bidah dalam KamusBesarBahasaIndonesia.go.id[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Pengertian bid'ah dan hukum-hukumnya (Almanhaj.or.id)
  3. ^ Al Mu’jam Al Wasith, 1/91, Majma’ Al Lugoh Al ‘Arobiyah-Asy Syamilah
  4. ^ Lisanul ‘Arob, 8/6 -Asy Syamilah
  5. ^ ملانوری, ‌محمدرضا (1392-04-01). "مفهوم شناسی بدعت و بدعت گذاران نزد عالمان شیعی و سنی". هفت آسمان (dalam bahasa Persia). 58 (15): 97–122. 
  6. ^ Asy-Syathibi dalam Al I’tishom.
  7. ^ HR. Muslim no. 867
  8. ^ HR. An Nasa’i no. 1578}}
  9. ^ HR. Abu Daud no. 4607 dan Tirmidzi no. 2676. Hadis ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abu Daud dan Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi.
  10. ^ ''Al Mu’jam Al Kabir no. 10610.
  11. ^ Al-Haitsami. Majma’ Zawa’id. "Para perowinya tsiqoh/tepercaya."
  12. ^ Al Mu’jam Al Kabir no. 8770
  13. ^ Al-Haitsami. Majma’ Zawa’id. "Para perowinya adalah perowi yang dipakai dalam kitab shohih."
  14. ^ (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
  15. ^ (QS. Al Kahfi [18]: 103-104)
  16. ^ (HR. Thabrani. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 54)
  17. ^ (HR. Bukhari no. 7049)
  18. ^ (HR. Bukhari no. 7051)
  19. ^ HR. Muslim no. 1017