Bodhisatwa

dalam Buddhisme, makhluk yang telah mengembangkan keinginan spontan dan pikiran welas asih untuk mencapai Kebuddhaan demi manfaat semua makhluk
Revisi sejak 9 April 2011 19.33 oleh WikitanvirBot (bicara | kontrib) (r2.7.1) (bot Mengubah: ar:بوداسف)

Dalam ajaran agama Buddha, seorang Bodhisattva (bahasa Sanskerta) atau Bodhisatta (bahasa Pali) atau Photishat (bahasa Thai: โพธิสัตว์) adalah makhluk yang mendedikasikan dirinya demi kebahagiaan makhluk semesta.

Dalam bahasa Sanskerta, istilah Bodhisattva terdiri dari dua kata, yaitu bodhi yang berarti pencerahan atau penerangan, dan sattva yang berarti makhluk. Bodhisattva juga merujuk kepada Buddha di kehidupan sebelum-Nya.

Dalam ajaran Mahayana, Bodhisattva mengambil janji untuk tidak memasuki nirvana sebelum semua makhluk mencapai ke-Buddha-an. Ini tidak sama dengan di tradisi Theravada pada umumnya, makhluk yang mencapai pencerahan adalah Arahat, bukan Buddha.

Arti Bodhisatta pada Pali Canon (kumpulan koleksi kitab pada ajaran Theravada) dan tradisi Theravada tidak mengatakan bahwa seorang Bodhisattva membuat janji tidak akan mencapai penerangan sebelum semua orang lain mencapai penerangan. Ini merupakan inovasi dari Mahayana. Jadi seorang Bodhisatta dan seorang Bodhisattva merupakan hal yang berbeda.

Para Bodhisattva sangat dikagumi di dalam seni terkenal, termasuk salah satu patung tertinggi dari Bodhisattva di Vihara Puning di Cina, dibangun pada tahun 1755.

Bodhisattva Avalokiteshvara, salah satu Bodhisattva yang terkenal di kalangan umat Buddha.

Bodhisattva pada ajaran Theravada

Kata Bodhisattva bahasa Pali digunakan oleh Buddha di kitab Pali Canon untuk menunjuk kepada dirinya di kehidupan sebelumnya dan di kehidupannya yang sekarang menuju pencerahan dan pada periode ketika ia masih bergerak menuju pembebasan.

Kehidupan Siddharta Gautama sebagai seorang Bodhisattva dicatat dalam Kitab Jataka. Ketika Siddharta Gautama menceritakan dirinya dahulu, ia menggunakan istilah “ketika saya masih seorang Bodhisattva”. Seorang Bodhisattva yang seringkali diceritakan dalam Pali Canon adalah Buddha Maitreya, yang oleh karenanya Ajaran Theravada tidak menceritakan Bodhisattva lain selainnya.

Siddharta Gautama pun menggambarkan dirinya sebagai Bodhisattva, sebagai berikut:[1]

Bodhisattva pada ajaran Mahayana

Dalam pandangan Mahayana, seorang Bodhisattva memiliki tekad penuh kasih guna membantu seluruh mahluk untuk menuju pencerahan. Motivasi yang demikian dikenal dengan sebutan bodhicitta.

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya I, Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha, Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993