Boedi Oetomo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Kritik terhadap Budi Utomo: Bagian artikel tidak mencantumkan referensi dengan baik dan rapih.
Tag: kemungkinan spam pengguna baru menambah pranala luar VisualEditor
Menambah tanda untuk perbaikan penulisan artikel. Saat ini penulisan artikel menunjukkan nada pemujian dan peninggian terhadap SI dan nada berlebihan yang berkesan tuduhan pada Boedi Oetomo
Baris 27:
| footnotes =
| women_wing =
}}
}}'''Boedi Oetomo''' ([[EYD]]: '''Budi Utomo''') adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh [[Soetomo]] dan para pelajar ''School tot Opleiding van Inlandsche Artsen'' ([[STOVIA]]), pada tanggal 20 Mei [[1908]]. Organisasi ini digagas oleh [[Wahidin Sudirohusodo]]. Bergerak di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan tidak bersifat politik.
[[Berkas:Monumen Kebangkitan Nasional Solo by Bennylin 02.jpg|jmpl|Monumen Kebangkitan Nasional di [[Solo]].]]
 
Baris 94 ⟶ 95:
 
== Pergerakan Lokal Budi Utomo ==
{{More citations needed section|date=February 2024}}{{Tone|Pergerakan Lokal Budi Utomo}}
Aktifitas yang digeluti oleh Budi Utomo boleh disebut hanya berkutat di bidang pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan aktifitas politik tidak dilakukan sama sekali. Hal ini adalah keberhasilan politik etis yang diagendakan Belanda. Sistem pendidikan yang dianut dalam Budi Utomo sendiri adalah adopsi pendidikan Barat. Budi Utomo sendiri sangat kooperatif dengan pemerintah Kolonial. Tak heran sejak tahun 1909, Organisasi ini sudah disahkan oleh Belanda. Bahkan, anggaran dasarnya pun berbahasa Belanda. Perkumpulan Budi Utomo dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. Budi Utomo pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia serta patuh pada penjajah.
 
Baris 100 ⟶ 101:
 
== Kritik terhadap Budi Utomo ==
{{Unreferenced section|date=February 2024}} {{Tone|Kritik terhadap Budi Utomo}}
Firdaus AN, salah satu pelaku dan penulis sejarah sekaligus mantan ketua Majelis Syuro Syarikat Islam, menolak peran Budi Utomo sebagai gerakan pelopor kebangkitan nasional. Beliau  mengungkapkan “…Budi Utomo adalah organsasi sempit, lokal dan etnis, dimana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya”. Selain itu dalam rapat-rapat perkumpulan, Budi Utomo menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekalipun rapat Budi Utomo membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri” papar KH. Firdaus AN. Karena itu, lanjut Firdaus, Budi Utomo tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekaan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia, dan Budi Utomo tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemerdekaan, karena telah bubar pada tahun 1935, tegas KH. Firdaus AN.
 
Baris 108 ⟶ 109:
 
== Sarekat Islam (SI) Pelopor Nasionalisme Pertama di Indonesia ==
{{Unreferenced section|date=February 2024}}{{Tone|Sarekat Islam (SI) Pelopor Nasionalisme Pertama di Indonesia}}
Tiga tahun sebelum lahirnya Budi Utomo, telah lahir sebuah gerakan nasionalis yang dipelopori oleh cerdik cendekia dan para pedagang Islam. Gerakan yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tanggal 16 Oktober 1905 ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. [[Tirto Adhi Soerjo|R.M. Tirtoadisuryo]] pada tahun [[1909]] mendirikan Sarekat Dagang Islamiah di [[Batavia]]. Pada tahun [[1910]], Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di [[Buitenzorg]]. Demikian pula, di Surabaya [[H.O.S. Tjokroaminoto]] mendirikan organisasi serupa tahun [[1912]]. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kemudian memegang keuangan surat kabar SI, Utusan Hindia. Tjokroaminoto kemudian dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI).