Buddhisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Faredoka (bicara | kontrib)
k membetulkan tanda diakritik
Baris 44:
| quote = }}</ref> Untuk mencapai Nibbana seseorang melakukan [[Kebajikan|perbuatan benar]], tidak melakukan [[Perbuatan melanggar hukum|perbuatan salah]], mempraktikkan [[Meditasi Buddhis|meditasi]] untuk menjaga [[pikiran]] agar selalu pada kondisi yang baik atau murni dan mampu memahami fenomena [[Mental|batin]] dan [[jasmani]].
 
Dua aliran utama Buddhisme yang masih ada yang diakui secara umum oleh para ahli: [[Theravada|Theravāda]] ("Aliran Para Sesepuh") dan [[Mahayana|Mahāyāna]] ("Kendaraan Agung"). [[Vajrayana|Vajrāyāna]], suatu bentuk ajaran yang dihubungkan dengan ''siddha India'', dapat dianggap juga sebagai aliran ketiga atau hanya merupakan bagian dari MahayanaMahāyāna. TheravadaTheravāda mempunyai pengikut yang tersebar luas di [[Sri Lanka]], dan [[Asia Tenggara]]. MahayanaMahāyāna, yang mencakup tradisi [[Buddha Tanah Murni|Tanah Murni]], [[Zen]], [[Agama Buddha Nichiren|Nichiren]], [[Buddhisme Shingon|Shingon]], dan [[Tiantai]] (Tiendai) dapat ditemukan di seluruh [[Asia Timur]]. [[Buddhisme Tibet]], yang melestarikan ajaran VajrayanaVajrāyāna dari India abad ke-8,<ref>{{Cite book|last=White|first=David Gordon (ed.)|year=2000|page=21|title=Tantra in Practice|publisher=Princeton University Press|url=https://books.google.com/books?id=hayV4o50eUEC&pg=PA21|isbn=0-691-05779-6 }}</ref> dipraktikkan di wilayah sekitar [[Himalaya]], [[Mongolia]],<ref>{{cite book|last1=Powers|first1=John|title=Introduction to Tibetan Buddhism|url=https://books.google.com/books?id=cy980CH84mEC&pg=PA392|date=2007|publisher=Snow Lion Publications|location=[[Ithaca, New York]]|isbn=978-1-55939-282-2|pages=26–27|edition=Rev.}}</ref> dan [[Kalmykia]].<ref>"Candles in the Dark: A New Spirit for a Plural World" by Barbara Sundberg Baudot, p305</ref> Jumlah umat Buddha di seluruh dunia diperkirakan antara 488 juta<ref group="web" name="auto"/> dan 535 juta{{sfn|Harvey|2013|p=5}}, menjadikannya sebagai salah satu agama utama dunia.
 
Dalam Buddhisme TheravadaTheravāda, tujuan utamanya adalah pencapaian kebahagiaan tertinggi [[Nibbana|Nibbāna]], yang dicapai dengan mempraktikkan [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]] (juga dikenal sebagai [[Jalan Tengah]]), sehingga melepaskan diri dari apa yang dinamakan sebagai [[Samsara (Buddhisme)|siklus]] penderitaan dan [[Tumimbal lahir|kelahiran kembali]].{{sfn|Gethin |1998|pp=27–28, 73–74}} Buddhisme MahayanaMahāyāna, sebaliknya beraspirasi untuk mencapai [[kebuddhaan]] melalui jalan [[bodhisattva]], suatu keadaan di mana seseorang tetap berada dalam siklus untuk membantu makhluk lainnya mencapai pencerahan.
 
Setiap aliran Buddha berpegang kepada [[Tipitaka]] sebagai referensi utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam tiga buku yaitu ''[[Sutta Piṭaka]]'' (khotbah-khotbah Sang Buddha), ''[[Vinaya Piṭaka]]'' (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan ''[[Abhidhamma Piṭaka]]'' (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
 
Seluruh naskah aliran TheravadaTheravāda menggunakan bahasa Pali, yaitu bahasa yang dipakai di sebagian India (khususnya daerah Utara) pada zaman Sang Buddha. Cukup menarik untuk dicatat, bahwa tidak ada filsafat atau tulisan lain dalam bahasa Pali selain kitab suci agama Buddha TheravadaTheravāda, yang disebut kitab suci [[Tipitaka]], oleh karenanya, istilah "ajaran agama Buddha berbahasa Pali" sinonim dengan agama Buddha TheravadaTheravāda. Agama Buddha TheravadaTheravāda dan beberapa sumber lain berpendapat, bahwa Sang Buddha mengajarkan semua ajaran-Nya dalam bahasa Pali, di India, Nepal dan sekitarnya selama 45 tahun terakhir hidup-Nya, sebelum Dia mencapai Parinibbana.<ref name="bec">{{cite web
| url =http://www.becsurabaya.org/artikel/kumpulan-dhamma/320-perbedaan-dan-persamaan-antara-theravada-dan-mahayana.html
| title = Perbedaan Dan Persamaan Antara Theravada Dan Mahayana
Baris 61:
| quote = }}</ref>
 
Seluruh naskah aliran MahayanaMahāyāna pada awalnya berbahasa Sanskerta dan dikenal sebagai [[Tripitaka]]. Oleh karena itu istilah agama Buddha berbahasa Sanskerta sinonim dengan agama Buddha MahayanaMahāyāna. Bahasa Sanskerta adalah bahasa klasik dan bahasa tertua yang dipergunakan oleh kaum terpelajar di India. Selain naskah agama Buddha MahayanaMahāyāna, kita menjumpai banyak catatan bersejarah dan agama, atau naskah filsafat tradisi setempat lainnya ditulis dalam bahasa Sanskerta.<ref name="bec"/>
 
== Sejarah ==
Baris 80:
=== Empat Kebenaran Mulia ===
{{utama|Empat Kebenaran Mulia}}
Ajaran dasar Buddhisme dikenal sebagai '''Empat Kebenaran Mulia''' atau '''Empat Kebenaran Ariya''' (''CattariCattāri Ariya SaccaniSaccāni''), yang merupakan aspek yang sangat penting dari ajaran Buddha. Sang Buddha telah berkata bahwa karena kita tidak memahami Empat Kebenaran Ariya, maka kita terus menerus mengitari siklus kelahiran dan kematian. Pada ceramah pertama Sang Buddha, ''DhammacakkaDhammacakkappavattana Sutta'', yang Ia sampaikan kepada lima orang bhikkhu di Taman Rusa di Sarnath, adalah mengenai Empat Kebenaran Ariya dan Jalan Ariya Beruas Delapan.<ref>{{cite book
|last1 = [[K. Sri Dhammananda]]|first1 =
|title = Keyakinan Umat Buddha
Baris 115:
Nirodha adalah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan secara sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk keinginan tersebut.
 
Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dihentikan yaitu dengan cara menyingkirkan tanhätaṇhā sebagai penyebab dukkha. Ketika tanhätaṇhā telah disingkirkan, maka kita akan terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.<ref name="catur"/>
 
* '''Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha''' (''Dukkha Nirodha Ariya Sacca'')
Baris 122:
Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa ada jalan atau cara untuk menghentikan dukkha, yakni melalui [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]]. Jalan Menuju Terhentinya Dukkha dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:<ref name="catur"/>
** Kebijaksanaan (''Paññā''), terdiri dari Pengertian Benar (''sammā-ditthi'') dan Pikiran Benar (''sammā-saṇkappa'')
** Kemoralan (''Sila''), terdiri dari Ucapan Benar (''sammā-vācā''), Perbuatan Benar (sammäsammā-kammanta''), dan Pencaharian Benar (''sammä(sammā-ajiva)'')
** Konsentrasi (''Samādhi''), terdiri dari Daya-upaya Benar (''sammā-vāyāma''), Perhatian Benar (''sammā-sati''), dan Konsentrasi Benar (''sammā-samādhi'')
 
Baris 130:
{{utama|Jalan Mulia Berunsur Delapan}}
[[Berkas:Dharma Wheel.svg|jmpl|''[[Dharmacakra]]'' melambangkan [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]]]]
Dalam '''''Dhammacakkappavattana Sutta; SamyuttaSaṃyutta NikayaNikāya 56.11 {S 5.420}''''', Guru Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Ariya kepada Lima Bhikkhu Pertama (''Panca Vaggiya Bhikkhu''), yang di dalamnya terdapat Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha. Jalan itu disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan (''Ariya Atthangiko Magga''). Di dalam Jalan ini mengandung unsur ''sila'' (kemoralan), ''samadhi'' (konsentrasi), dan ''panna'' (kebijaksanaan).<ref>{{cite web
| url = http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=51
| title = Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga)
Baris 190:
2. Pikiran Benar (''Sammā Saṇkappa'')<br/>
Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari:
:a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (''nekkhamma-sankappasaṇkappa'')
:b. Pikiran yang bebas dari kebencian (''avyäpädaavyāpāda-sankappasaṇkappa'')
:c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (''avihimsäavihimsā-sankappasaṇkappa'')
 
3. Ucapan Benar (''Sammā Vāca'')<br/>
Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (''musāvāda''), memfitnah (''pisunāvācāpisunāvāca''), berucap kasar/caci maki (''pharusavācāpharusavāca''), dan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (''samphappalāpāsamphappalāpa''). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini:
:a. Ucapan itu benar
:b. Ucapan itu beralasan
Baris 205:
 
5. Penghidupan Benar (''Sammā Ājiva'')<br/>
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (AnguttaraAṇguttara NikayaNikāya, III, 153), yaitu:
:a. makhluk hidup
:b. senjata
Baris 246:
|isbn = }}</ref>
 
Buddha dalam '''Nibbedhika Sutta; AnguttaraAṇguttara NikayaNikāya 6.63''' menjelaskan secara jelas arti dari kamma:<ref name="bhagavant">{{cite web
| url = http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=55
| title = Kamma (Perbuatan)
Baris 267:
Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma merupakan salah satu hukum alam yang bekerja berdasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai ''Kamma Vipaka''.
 
Dalam '''Samuddaka Sutta; SamyuttaSaṃyutta NikayaNikāya 11.10 {S 1.227}''', Guru Buddha menjelaskan cara bekerjanya kamma:<ref name="bhagavant"/>
"Sesuai dengan benih yang di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah daripadanya".
 
Baris 366:
 
== Aliran dan tradisi Ajaran Buddha ==
Umat Buddha secara umum mengklasifikasikan diri mereka sebagai [[Theravada|Theravāda]] atau [[Mahayana|Mahāyāna]].{{sfn|Keown|1996|p=12}} Klasifikasi ini juga digunakan oleh beberapa ahli{{sfn|Smith|2006|pp=}} dan merupakan salah satu penggunaan yang lazim dalam bahasa Inggris.
 
=== Buddha MahayanaMahāyāna ===
{{main|Buddha Mahayana}}
[[Berkas:Hong Kong Budha.jpg|jmpl|250px|Patung Buddha Tian Tan. Vihara Po Lin, pulau Lantau, Hong Kong]]
[[Sutra Teratai]] merupakan Referensi sampingan penganut Buddha aliran [[Buddha Mahayana|MahayanaMahāyāna]]. Tokoh [[Kwan Im]] yang bermaksud "maha mendengar" atau nama Sanskerta-nya "[[Avalokiteśvara]]" merupakan tokoh MahayanaMahāyāna dan dipercayai telah [[titis|menitis]] beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid Buddha, akan tetapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan-lahan berubah menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang ada di Tiongkok sebagai seorang [[dewi]].
 
Pemujaan kepada Buddha [[Amitabha]] (Amitayus) merupakan salah satu aliran utama Buddha [[Mahayana|Mahāyāna]]. Surga Barat merupakan tempat tujuan umat Buddha aliran Sukhavati selepas mereka meninggal dunia dengan berkat kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha di mana mereka tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir dan dari sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi.
 
Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu saat Buddha Amitabha memberikan khotbah [[Dhamma]] dan Buddha Amitabha akan memimpin mereka ke tahap mencapai 'Buddhi' (tahap kesempurnaan di mana kejahilan, kebencian dan ketamakan tidak ada lagi). Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai oleh orang [[Tionghoa]].
Baris 379:
Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan kepada pengamalnya.
 
Menurut [[Buddha Gautama]], kenikmatan Kesadaran [[Nirwana]] yang dicapainya di bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha [[Mahayana|Mahāyāna]] khususnya merujuk kepada banyak Buddha dan juga ''bodhisattva'' (makhluk yang tekad "committed" pada Kesadaran tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain pada jalan itu). Dalam [[Tipitaka]] suci - intipati teks suci Buddha - tidak terbilang Buddha yang lalu dan hidup mereka telah disebut "spoken of", termasuk Buddha yang akan datang, [[Maitreya|Buddha Maitreya]] .
 
=== Buddha TheravadaTheravāda ===
{{utama|Buddha Theravada}}
Aliran TheravadaTheravāda adalah aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua yang bertahan sampai saat ini, dan untuk berapa abad mendominasi [[Sri Lanka]] dan wilayah [[Asia Tenggara]] (sebagian dari [[Tiongkok]] bagian barat daya, [[Kamboja]], [[Laos]], [[Myanmar]], [[Malaysia]], [[Indonesia]] dan [[Thailand]]) dan juga sebagian [[Vietnam]]. Selain itu populer pula di [[Singapura]] dan [[Australia]].
 
==== Gramatika ====
TheravadaTheravāda berasal dari [[bahasa Pali]] yang terdiri dari dua kata yaitu thera dan vada. Thera berarti [[sesepuh]] khususnya sesepuh terdahulu, dan vada berarti perkataan atau [[ajaran]]. Jadi TheravadaTheravāda berarti Ajaran Para Sesepuh.
 
Istilah TheravadaTheravāda muncul sebagai salah satu aliran agama Buddha dalam [[Dipavamsa]], catatan awal sejarah [[Sri Lanka]] pada abad ke-4 Masehi. Istilah ini juga tercatat dalam [[Mahavamsa]], sebuah catatan sejarah penting yang berasal dari abad ke-5. Diyakini TheravadaTheravāda merupakan wujud lain dari salah satu aliran agama Buddha terdahulu yaitu [[Sthaviravada]] ([[Bahasa Sanskerta]]: Ajaran Para Sesepuh), sebuah aliran agama Buddha awal yang terbentuk pada [[Sidang Agung Sangha]] ke-2 (443 SM). Dan juga merupakan wujud dari aliran [[Vibhajjavada]] yang berarti [[Ajaran Analisis]] (Doctrine of Analysis) atau [[Agama Akal Budi]] (Religion of Reason).
 
==== Sejarah ====
Sejarah TheravadaTheravāda tidak lepas dari sejarah Buddha Gautama sebagai pendiri agama Buddha. Setelah Sang Buddha [[parinibbana]] (543 SM), tiga bulan kemudian diadakan [[Sidang agung Buddhis|Sidang Agung Sangha]] (Sangha Samaya).
 
Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2 bulan dipimpin oleh [[Mahakassapa|Y.A. Mahakassapa]] dan dihadiri oleh 500 orang [[Bhikkhu]] yang semuanya [[Arahat]]. Sidang diadakan di [[Gua Saptaparni]] di kota [[Rajgir|Rajagaha]]. Sponsor sidang agung ini adalah [[Raja Ajatasatu]]. Tujuan Sidang adalah menghimpun Ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan. Mengulang [[Dhamma]] dan [[Vinaya]] agar Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. [[Upali|Y.A. Upali]] mengulang Vinaya dan [[Ananda|Y.A. Ananda]] mengulang Dhamma.
 
Sidang Agung Sangha ke-2, pada tahun 443 SM, [[di mana]] awal Buddhisme mulai terbagi menjadi 2. Di satu sisi kelompok yang ingin perubahan beberapa peraturan minor dalam Vinaya, di sisi lain kelompok yang mempertahankan Vinaya apa adanya. Kelompok yang ingin perubahan Vinaya memisahkan diri dan dikenal dengan Mahasanghika yang merupakan cikal bakal MahayanaMahāyāna. Sedangkan yang mempertahankan Vinaya disebut Sthaviravada.
 
Sidang Agung Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok [[Sthaviravada]]. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya, dan [[Moggaliputta-Tissa]] sebagai pimpinan sidang menyelesaikan buku Kathavatthu yang berisi penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain. Saat itu pula [[Abhidharma|Abhidhamma]] dimasukkan. Setelah itu ajaran-ajaran ini di tulis dan disahkan oleh sidang. Kemudian [[Y.M. Mahinda]] (putra Raja Asoka) membawa [[Tipitaka]] ini ke Sri Lanka tanpa ada yang hilang sampai sekarang dan menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana ajaran ini dikenal sebagai TheravadaTheravāda.
 
==== Kitab suci ajaran Buddha ====
Kitab suci yang dipergunakan dalam agama [[Buddha Theravada|Buddha Theravāda]] adalah kitab suci [[Tripitaka]] yang dikenal sebagai [[Kanon Pali]] (Pali Canon). Kitab suci Agama Buddha yang paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam Bahasa Pali/Magadhi Kuno, yang terbagi dalam tiga kelompok besar (yang disebut sebagai "pitaka" atau "keranjang") yaitu: [[Vinaya Pitaka]], [[Sutta Piṭaka]], dan [[Abhidhamma Pitaka]]. Karena terdiri dari tiga kelompok tersebut, maka Kitab Suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pali).
 
== Hari raya ==
Baris 429:
=== Penyebaran di India dan Asia Tengah ===
{{utama|Agama Buddha di India dan Asia Tengah}}
Dimulai dari India, tempat di mana Buddha Gautama lahir dan wafat. 100 tahun setelah Buddha mencapai [[Nirwana]], ajaran Buddha Gautama mulai memudar sehingga para [[biksu]] disana memutuskan untuk mulai melestarikannya agar tetap hidup. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuat ''[[Dharma]]'' atau pengajaran. Di India jugalah tempat di mana mulai terbentuknya aliran [[Mahayana|Mahāyāna]] dan [[Theravada|Theravāda]] akibat perselisihan antara kelompok biarawan dan para kaum tua.Theravada Theravāda umumnya mengajarkan bahwa tujuan tertinggi adalah menjadi [[arahat]], sedangkan MahayanaMahāyāna mengajarkan bahwa tujuan yang paling berharga adalah dengan mencapai Kebuddhaan.
 
Selain melalui kaum biarawan,agama Buddha juga disebarkan oleh raja-raja besar di India seperti [[Raja Ashoka]]. Ia mengajarkan kepada rakyatnya untuk tidak berpikiran jahat seperti serakah dan mudah marah. Ia menanamkan nilai-nilai moral, seperti menghargai kebenaran, cinta kasih dan amal. Ashoka juga mengirim misionaris Buddha keberbagai negara tetangga, termasuk ke Sri Lanka di mana mereka diterima baik sehingga Sri Lanka menjadi basis agama Buddha.
Baris 450:
{{utama|Agama Buddha di Indonesia}}
[[Berkas:Borobudur-Nothwest-view.jpg|jmpl|400px|[[Candi Borobudur]], monumen [[Dinasti Syailendra]] yang dibangun di [[Magelang]], [[Jawa Tengah]].]]
Pada akhir [[abad ke-5]], seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan di [[Pulau Jawa]], tepatnya di [[Jawa Tengah]] sekarang. Pada akhir [[abad ke-7]], [[I Tsing]], seorang peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke [[Pulau Sumatra]] (kala itu disebut [[Swarnabhumi]]), yang kala itu merupakan bagian dari kerajaan [[Sriwijaya]]. Ia menemukan bahwa Buddhisme diterima secara luas oleh rakyat, dan ibu kota Sriwijaya (sekarang [[Palembang]]), merupakan pusat penting untuk pembelajaran Buddhisme (kala itu [[Buddha Vajrayana|Buddha Vajrāyāna]]). I Tsing belajar di Sriwijaya selama beberapa waktu sebelum melanjutkan perjalanannya ke India.
 
Pada pertengahan [[abad ke-8]], Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja [[Dinasti Syailendra]] yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka membangun berbagai monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu [[Candi Borobudur]]. Monumen ini selesai di bagian awal [[abad ke-9]].
Baris 484:
Buddhisme diperkirakan dipraktikkan oleh sekitar 488 juta,<ref group="web" name="auto"/> 495 juta,{{sfn|Johnson |2013|pp=34–37}} atau 535 juta{{sfn|Harvey|2013|p=5}} penduduk dunia per tahun 2010, merepresentasikan 7% sampai 8% total populasi dunia.
 
[[Tiongkok]] merupakan negara dengan populasi Buddhis terbesar, sekitar 244 juta jiwa atau 18,2% dari total populasinya.<ref group="web" name="auto"/> Mereka kebanyakan adalah pengikut [[Agama Buddha di Tiongkok|aliran Buddhisme]] [[Mahayana|Mahāyāna]], menjadikan MahayanaMahāyāna sebagai aliran Buddhis yang terbesar dibandingkan tradisi lainnya. MahayanaMahāyāna, juga dipraktikkan secara luas di [[Asia Timur]], diikuti oleh lebih dari setengah populasi Buddhis dunia.<ref group="web" name="auto"/>
 
Berdasarkan analisis demografi yang dilaporkan oleh Peter Harvey (2013){{sfn|Harvey|2013|p=5}}:
''MahayanaMahāyāna'' memiliki 360 juta pemeluk; ''[[Theravada]]|''Theravāda'']] memiliki 150 juta pemeluk; dan ''[[Vajrayana|Vajrāyāna]]'' memiliki 18,2 juta pemeluk. Di luar Asia, jumlah umat Buddha sebanyak tujuh juta jiwa.
 
Menurut ''Johnson and Grim'' (2013), agama Buddha telah tumbuh dari total 138 juta penganut pada tahun 1910, dengan 137 juta berada di [[Asia]], menjadi 495 juta pada tahun 2010, dengan 487 juta berada di Asia.{{sfn|Johnson |2013|pp=34–37}}