Cempedak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(6 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kegunaan lain|Cempedak (disambiguasi)}}
{{Taxobox
{{Kotak info spesies}}
| color = lightgreen
| name = Cempedak
| image = Berthe Hoola van Nooten38.jpg
| image_width = 225px
| image_caption = Cempedak<br />pelat botani menurut van Nooten
| regnum = [[Plantae]]
| divisio = [[Magnoliophyta]]
| classis = [[Magnoliopsida]]
| ordo = [[Urticales]]
| familia = [[Moraceae]]
| genus = ''[[Artocarpus]]''
| species = '''''A. integer '''''
| binomial = ''Artocarpus integer''
| binomial_authority = (Thunb.) Merr.
| synonyms =
''A. integrifolia'' <small>L.f. (1781)</small> [''nom. illeg.'']<br />
''A. champeden'' <small>(Lour.) Stokes (1812)</small>
}}
 
'''Cempedak''' adalah tanaman buah-buahan dari famili [[Moraceae]]. Bentuk buah, rasa, dan keharumannya seperti [[nangka]], meski aromanya kerap kali menusuk kuat mirip buah [[durian]].
Baris 23 ⟶ 6:
Tanaman ini berasal dari [[Asia Tenggara]], dan menyebar luas mulai dari wilayah Tenasserim di [[Burma]], [[Malaysia]], [[Thailand]], dan sebagian Kepulauan Nusantara: [[Sumatra]], [[Borneo]], [[Sulawesi]], [[Maluku]] hingga ke [[Papua]]. Juga banyak didapati di [[Jawa]] bagian barat.<ref name="verh">{{aut|Jansen, P.C.M}}. 1997. ''Artocarpus integer'' (Thunb.) Merr. dalam Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). ''Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan''. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.</ref>
 
Dikenal secara luas sebagai cempedak atau campedak, buah ini juga memiliki beberapa nama lokal seperti ''nanakan''([[bahasa Ma'anyan]]), ''chămpădak'' ([[Bahasa Melayu|Malayu]]), ''towada'' ([[Bahasa Ternate|Ternate]]), ''anahan'' ([[Bahasa Ambon|Ambon]]),<ref>{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|date=2017|title=Sejarah Kepulauan Nusantara: Kajian Budaya, Agama, Politik, Hukum dan Ekonomi|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Ombak|isbn=9786022584698|volume=1|pages=305|translator-last=Zara|translator-first=Muhammad Yuanda|url-status=live}}</ref> ''bangkong'' (cempedak hutan, bentuk liar di Malaysia),<ref>{{aut|Ahmad, H.F.}} 2010. [http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2010&dt=0211&pub=Utusan_Malaysia&sec=Timur&pg=wt_01.htm Biji bangkong menyelerakan]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. ''Utusan Malaysia'', 11/02/2010</ref> ''baroh'' (Kep. Lingga dan Johor), ''nangka beurit atau campedak'' ([[bahasa Sunda|Sunda]]), ''nongko cino'' ([[bahasa Jawa|Jawa]]), ''cubadak hutan'' ([[Minangkabau]]) ''tiwadak'' ([[Bahasa Banjar|Banjar]]), dan lain-lain.
 
== Pemerian ==
Baris 39 ⟶ 22:
[[Berkas:Arto integer F 070202 malw.jpg|jmpl|Cempedak dijual di tepi jalan Muara Lawa, [[Kabupaten Kutai Barat|Kutai Barat]], [[Kalimantan Timur]]]]
[[Berkas:Nangka.jpg|jmpl|Cempedak di pasar buah]]
Buah dimakan dalam keadaan segar atau diolah terlebih dulu. Daging buah cempedak, kadang-kadang beserta bijinya sekali, diberi tepung, gula atau garam, dan digoreng, dijadikan camilan minum [[teh]] atau [[kopi]]. Bijinya dapat digoreng, direbus atau dibakar, sebelum dimakan dengan campuran sedikit garam. Buah mudanya, sebagaimana [[nangka]] muda, dapat dijadikan sayur.<ref name="verh"/>
 
Kayunya berkualitas baik, kuat, dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai kayu bangunan, bahan perabotan rumah, atau bahan perahu. Kulit kayunya yang berserat dapat digunakan sebagai bahan tali, dan getahnya untuk memukat burung. Dari kayunya juga dapat dihasilkan bahan pewarna kuning.<ref name="verh"/>
 
Di [[Kalimantan]], cempedak atau bahasa Banjar-nya ''tiwadak'', selain dikonsumsi daging buah dan bijinya, kulitnya pun dapat diolah menjadi makanan. Kulit cempedak sendiri biasanya dikonsumsi masyarakat luas sebagai salah satu lauk dengan diolah secara dimasak tumis atau digoreng yang dinamakan ''mandai'' atau ada juga yang menyebutnya ''dami.'' ''Mandai'' dibuat dengan cara mengupas kulit buah sampai terlihat putih kemudian direndam dengan air garam untuk mengawetkan dan melunakkan teksturnya. Rendaman dapat dilakukan selama beberapa jam bahkan hingga sebulan. ''Mandai'' biasanya dikonsumsi dengan menggorengnya hingga kecokelatan.
Baris 48 ⟶ 31:
Secara alami, cempedak liar banyak dijumpai di [[hutan hujan dataran rendah]], baik hutan primer maupun sekunder. Tumbuh hingga ketinggian sekitar 1000 mdpl, pohon buah ini menyukai daerah-daerah dengan musim kering yang tidak tegas, lahan dengan permukaan air tanah yang dangkal, dan bahkan tahan sesekali tergenang banjir.<ref name="verh"/>
 
Cempedak biasa ditanam di pekarangan, kebun campuran, sampai ke [[wanatani]] kompleks, yang tidak jarang meliar menjadi hutan sekunder.{{Butuh rujukan}} Secara alami, cempedak dapat mengadakan perkawinan silang dengan nangka.<ref>{{Cite book|last=Gunawan, H., dkk.|date=2019|url=http://library.forda-mof.org/katalog/repository/100_Spesies_Pohon_Nusantara_Target_Konse-1.pdf|title=100 Spesies Pohon Nusantara: Target Konservasi Ex Situ Taman Keanekaragaman Hayati|location=Bogor|publisher=IPB Press|isbn=978-602-440-771-1|editor-last=Partomiharjo|editor-first=Tukirin|pages=36|url-status=live|access-date=2023-05-17|archive-date=2023-02-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230208235738/http://library.forda-mof.org/katalog/repository/100_Spesies_Pohon_Nusantara_Target_Konse-1.pdf|dead-url=yes}}</ref>
Cempedak biasa ditanam di pekarangan, kebun campuran, sampai ke [[wanatani]] kompleks, yang tidak jarang meliar menjadi hutan sekunder. Cempedak juga dapat bersilangan secara alami dengan nangka.
 
== Referensi ==