Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
k (via JWB)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 15:
}}
 
'''Cicero''' atau '''Marcus Tullius Cicero''' ({{IPA-la|ˈmaːrkʊs ˈtʊlːijʊs ˈkɪkɛroː}}) (lahir 3 Januari 106 SM - meninggal 7 Desember 43 SM) adalah [[filsuf]], [[orator]] yang memiliki keterampilan handalandal dalam [[retorika]], [[pengacara]], [[penulis]], dan [[negarawan]] [[Romawi kuno]] yang umumnya dianggap sebagai ahli pidato [[bahasa Latin|Latin]] dan ahli gaya [[prosa]].<ref name="Ens">{{id}}Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 2 (CES-HAM). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 668</ref><ref name="Rowe et al" /><ref name="britannica">{{en}} [http://www.britannica.com/EBchecked/topic/117565/Marcus-Tullius-Cicero Encyclopedia Britannica: Marcus Tullius Cicero]</ref><ref name="the">{{en}} Jacob E. Safra; James E. Goulka., The New Encyclopǽdia Brittanica Vol. 3 Micropǽdia. London: Enciclopǽdia Britannica, Inc, 1997, hal. 313-315</ref>
 
Cicero merupakan tokoh besar mazhab [[filsafat]] [[Stoikisme|Stoa]] yang populer pada abad 4 SM (Sebelum Masehi) sampai abad 2 M (Masehi), dan ia merupakan salah satu tokoh pada periode akhir yang lebih terkenal dengan sebutan [[Stoikisme|Stoa]] [[Romawi]].<ref name="Audi">{{en}} Robert Audi., The Cambridge Dictionary of Philosophy, Edinburg: Cambridge University Press, 1995, Hal. 123-124</ref> Selain itu, ia dan pemikirannya juga dianggap dekat dengan aliran [[Plato]]nisme dan [[Epikureanisme]].<ref name="Rowe et al" /> Pemikirannya banyak dirujuk dalam pemikiran [[hukum]] dan tata negara, serta pemikiran filsafat lainnya.<ref name="Audi"/> Salah satunya adalah [[David Hume]] pada abad 18.<ref name="Audi" />
 
Karya dan pemikiran Cicero juga dikagumi oleh beberapa [[Bapa Gereja]] [[Ritus Latin|Latin]] yang berpengaruh seperti [[Santo]] [[Agustinus dari Hippo]], yang mengatakan bahwa karyanya ''[[Hortensius (Cicero)|Hortensius]]'' merupakanadalah salah satu pendorong beralihnya ia kepada [[Kekristenan]],<ref>{{id}} {{cite book|author=Augustinus|edition=2009, Cetakan ke 8|title=Pengakuan-Pengakuan|page=78 (III-IV.7)|others=Diterjemahkan dari "Confessiones" oleh Ny. Winarsih Arifin dan Dr. Th. van den End|publisher=Kanisius dan BPK Gunung Mulia|isbn=979-497-709-8}}</ref> dan St. [[Hieronimus]] yang mengalami kegelisahan karena mendapat penglihatan bahwa ia dituduh sebagai "pengikut Cicero dan bukannya [[Kristus]]" pada saat [[penghakiman khusus]].<ref>{{en}} {{cite book|url=http://www.newadvent.org/fathers/3001022.htm|chapter= Letter 22 to Eustochium, XXII:30|author=Jerome|title=Nicene and Post-Nicene Fathers, Second Series, Vol. 6|others=Translated by W.H. Fremantle, G. Lewis and W.G. Martley|editor=Philip Schaff and Henry Wace|location=Buffalo, NY|publisher=Christian Literature Publishing Co. (retrieved from New Advent)|edition=1893}}</ref>
 
Cicero dikenal sebagai negarawan yang berusaha menegakkan prinsip-prinsip [[republik]] dalam perang [[sipil]], kegagalannya menyebabkan perang sipil yang menghancurkan [[Republik Romawi]].<ref name="britannica"/> Tulisan-tulisannya meliputi [[retorika]], [[pidato]], risalah [[filsafat]] dan [[politik]], dan [[surat]]-surat.<ref name="britannica"/>
Baris 38:
 
=== Karier politik ===
[[Berkas:Cicero Denounces Catiline in the Roman Senate by Cesare Maccari -Cicero 3.jpg|jmpl|200px|kiri|''Cicero Denounces Catiline'' (Cicero mencela Catilina), (fresko) dilukis oleh Cesare Maccari, 1882–88]]
Cicero remaja pertama kali bekerja sebagai auditor Phillo di Akademi.<ref name="Addler"/> Karena bakat dan karakter Cicero yang baik, ia kemudian diminati oleh sekolah Mucii, sebuah tempat yang melahirkan banyak negarawan dan pemimpin yang duduk di senat.<ref name="Addler"/> Di sana ia belajar [[hukum]].<ref name="Addler"/> Kemudian ia menjadi tentara di bawah Sulla dalam [[Perang Sosial (91–88 SM)|Perang Marsi]].<ref name="Addler"/> Pada tahun 89-82 SM, Cicero menjadi tentara di bawah Pompeius Strabo (ayah dari [[Pompeius]]) dan menunjukkan kemampuannya di pengadilan dalam pembelaannya untuk Quintius (81 SM).<ref name="the"/> Disusul dengan kesuksesannya dalam pembelaannya kepada Sextus Roscius yang terkait tuduhan pembunuhan keluarga (80 atau awal 79 SM), kemampuan Cicero semakin dipercaya oleh publik, terutama dalam bidang [[hukum]].<ref name="the"/> Ia kemudian bekerja sebagai petugas pemerintahan ([[kuestor]]) yang berkantor di [[Sisilia]] Barat.<ref name="the"/> Kemudian Cicero berganti tugas menjadi pretor.<ref name="the"/>
 
Baris 68:
* ''de Amicitia'' (''[[Tentang Persahabatan]]'').
 
Kecuali karyanya yang berjudul ''de Officiis'', Cicero tidak pernah mengklaim bahwa tulisan-tulisannya merupakan tulisan otentikautentik dari dirinya, dalam suratnya kepada Atticus, ia mengatakan, "Karya-karyaku merupakan transkrip, aku secara sederhana hanya menyumbang kata-kata, dan aku mencukupkan diri dengan hal itu".<ref name="the"/> Tujuan Cicero adalah menyediakan [[ensiklopedi]] [[filsafat]] bagi Romawi, negara yang ia cintai.<ref name="the"/> Bentuk yang ia pakai merupakan dialog dengan gaya yang lebih dekat kepada [[Aristoteles]] daripada [[Plato]].<ref name="the"/>
 
Secara personal, Cicero adalah orang yang sangat cerdas dalam ber[[nalar]], bahkan mampu memakai peristiwa-peristiwa dalam hidupnya sebagai pemacu karya-karya filsafatnya.<ref name="Long" /> Bukan hanya alasan personal yang membuat ia merampungkan sejumlah karya, namun kutipan dari ''de Natura'' berikut memperlihatkan keprihatinannya yang lain,<ref name="Long" />
Baris 74:
{{Cquote|Jika ada yang terheran-heran mengapa aku mempercayakan setiap refleksi menjadi tulisan pada tahap hidup saya ini, aku dapat menjawabnya secara sederhana. Tanpa aktivitas publik yang aku tanggung (jabatan atau tugas resmi kemasyarakatan), dan dalam situasi politik diktatorial yang tak terelakkan, aku berpikir bahwa tindakan patriotisme dengan menjelaskan secara rinci filsafat kepada para sesama warga negara sebagai tindakan evaluasi yang sungguh-sungguh kepada negara terhormat dan suci, yaitu demi sebuah ekspresi subjek (warga negara) yang luhur melalui literatur Latin.|4=Cicero}}
 
Di akhir masa hidupnya, Cicero dalam bidang [[etika]] mengkritik tradisi doktrin [[Epikuros]], [[Stoikisme|Stoa]], dan Peripatetik (pengikut [[Aristoteles]]) dalam karya ''OnOns Ends'', yang bicara tentang pandangan mereka terhadap [[kematian]], [[Dukkha|penderitaan]], dan [[emosi]] yang tidak masuk akal.<ref name="Audi" /> Kemudian dalam pandangan tentang kebahagiaan, Cicero menulisnya dalam karya ''Tusculan Disputations''.<ref name="Audi" /> Pada masa akhir hidupnya dalam karya ''OnOns Duties'', Cicero berpijak pada prinsip Stoa.<ref name="Audi" /> Pada akhirnya, Cicero berseberangan dengan pandangan filsafat [[Epikureanisme]].<ref name="Edw"/>
 
=== Cicero sebagai negarawan ===
Baris 96:
Di dalam diri manusia terdapat emosi yang baik, yang disebut ''eupatheia'' (bebas dari hasrat personal), Cicero menyebut ''constatiae'' (bahasa lain dari konstitusi) yang mengatakan bahwa negara yang kukuh tidak boleh dikendalikan perilaku manusia yang berhasrat berlebih-lebihan.<ref name="Sandbach">{{en}} F. H. Sandbach., The Stoics, London: Bristol Classical Press, 1989, Hal. 67-68</ref> Sepanjang ada [[nafsu]], selalu ada keinginan yang berlebihan; sejauh ada [[ketakutan]] selalu ada alasan untuk menghindar; dan sejauh ada kesenangan, selalu ada kegembiraan.<ref name="Sandbach" />
 
Namun kumpulan perasaan itu hanya dapat dimengerti oleh para [[Sofis|sophis]] (orang yang berlaku bijaksana), yang hanya punya nalar yang lurus.<ref name="Sandbach" /> Menurut orang bijasana, tidak ada dorongan yang dapat dibenarkan benar dari penderitaan mental, misalnya orang yang menderita sekalipun tidak dibenarkan mencuri.<ref name="Sandbach" /> Seorang bijak harus menerima segala peristiwa tak terelakkan pada dirinya, dan tidak ada yang buruk secara moral dalam menyediakan sebuah sebab bagi tekanan yang ada dalam diri manusia.<ref name="Sandbach" /> Jadi persoalan manusia terhadap segala dorongan atau impuls bukan pada halpadahal di luar diri, melainkan dalam dirinya sendiri.<ref name="Sandbach" /> Itu mengapa, ajaran tentang moral dalam Stoa yang dianut oleh Cicero menduduki posisi paling penting dan merupakan tindakan yang luhur.<ref name="Sandbach" />
 
== Referensi ==