Marga Gorontalo merujuk pada aturan pemberian nama marga sebagai identitas sebuah kelompok masyarakat dalam tatanan kehidupan Suku Gorontalo, yang selanjutnya diturunkan dari orang tua kepada anaknya, dari generasi ke generasi. Marga Gorontalo atau nama keluarga Gorontalo biasanya dilekatkan di belakang nama lengkap sehingga memudahkan masyarakat umum mengenali latar belakang keluarga asal dari orang tersebut.

Marga Gorontalo menjadi identitas dalam struktur masyarakat dan adat di Gorontalo. Marga diturunkan dari pihak ayah kepada anak-anaknya (patrilineal).[1] Nama marga atau fam lazimnya digunakan secara kolektif oleh suatu kelompok masyarakat yang terikat dalam suatu sistem kekerabatan dan/atau kekeluargaan secara turun-temurun agar memudahkan pengidentifikasian garis keturunan bagi seluruh anggota keluarga tersebut.

Marga dan Pengaruh Belanda

Marga disebut juga dengan istilah fam, yang berasal dari kata "familienaam" (bahasa Belanda), yang berarti "nama keluarga". Pada zaman Belanda, pemberian nama marga berdasarkan nama kepala keluarga, nama orang yang dituakan dalam sebuah kelompok, nama raja, nama kerajaan, maupun berdasarkan karakteristik atau nama wilayah tempat kelompok tersebut bermukim.[2] Biasanya, aturan pemberian nama marga dari zaman Belanda ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan sensus penduduk maupun pengidentifikasian kelompok-kelompok tertentu pada saat itu.

Sistem Patrilineal

Marga Gorontalo diturunkan dari generasi ke generasi berdasarkan nama keluarga yang digunakan oleh pihak ayah, sehingga nama anak dari sebuah keluarga akan ditambahkan nama keluarga sang ayah di belakangnya.[3] Dengan sistem patrilineal ini, nama keluarga sang ayah tidak dapat diturunkan ke generasi selanjutnya melalui nama marga yang dimiliki oleh pihak perempuan atau ibu. Misalnya pihak Ayah memiliki marga Gobel, serta pihak ibu memiliki marga Datau. Dalam konteks ini, marga yang dapat diwariskan hanyalah marga Gobel, sedangkan marga Datau tidak dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Meskipun begitu, masyarakat Gorontalo biasanya turut menyertakan nama marga dari keluarga besar kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) saat prosesi pernikahan digelar. Misalnya saja pengantin yang memiliki hajatan berasal dari Keluarga Gobel dan Keluarga Datau, maka masyarakat dapat menyebut kedua marga tersebut (Gobel - Datau) sebagai klan yang berbahagia saat acara pernikahan digelar.

Daftar Marga Gorontalo

A

  • Ali
  • ABDULLAH
  • Adam
  • Adjilahu
  • Ahmad
  • Akili
  • Akub
  • Akuba
  • Alamri
  • Al-Weni
  • Amali
  • Aneta
  • Amu
  • Arbie
  • Ayuba
  • Abdjul
  • Asuna
  • ANTU

B

  • Badu
  • Bakari
  • Badaru
  • Baderan
  • Badudu
  • Bagdala
  • Baladraf
  • Baruadi
  • Bajarat
  • Bahsowat
  • Bau
  • Bempah
  • Berahim
  • Bilondatu
  • Bia / Biya
  • Bobihoe / Bobihu
  • Boki
  • Bokiu
  • Botutihe
  • Bokings
  • Bouty
  • Bula
  • Bumulo
  • Busura
  • Butolo
  • Budjang
  • Bano
  • Bisango
  • Biki

D

  • Diu
  • Domili
  • Detuage
  • Dama
  • Dangkua
  • Datau
  • Daud
  • Daulima
  • Dengo
  • Djafar
  • Djauhari / Jauhari
  • Djibran
  • Dukalang
  • Dumbi
  • Dunda / Doenda
  • Dungga
  • Dunggio
  • Doku
  • Djau

G

  • Gintulangi
  • Gobel
  • Gani

H

  • Hunowu
  • Habie
  • Habibie
  • Hadjarati
  • Hadju
  • Hala
  • Hamzah
  • Hasiru
  • Hasania
  • Harun
  • Hululo
  • Hatibie
  • Hatu
  • Helingo
  • Hemeto
  • Henga
  • Himran
  • Hinta
  • Hiola
  • Hippy
  • Hulukati
  • Hulopi
  • Humalanggi
  • Humonggio
  • Hulalata
  • Husain
  • Hulawa
  • Husa
  • Hendra ahmad

I

  • Ibrahim
  • Igirisa
  • Ismail
  • Ishak
  • Islim

J

  • Jibu
  • Jibran
  • Jassin
  • Junus

K

  • Kadir
  • Kantu
  • Kadji
  • Kaluku
  • Kamah
  • Kamaru
  • Katili / Katilie
  • Kau
  • Koniyo
  • Kono / Cono
  • Kumadji
  • Karim
  • Kai
  • Kamsia
  • Kaharu

L

  • Luntaya
  • Lakoro
  • Laima
  • Latif
  • Lamuda
  • Lamusu
  • Lihawa
  • Lihu
  • Lipoeto / Liputo
  • Lopuo
  • Luawo
  • Lukum
  • Linggulu
  • Lahay
  • Laya / Laiya
  • Lamato
  • Lasena
  • Lalu

M

  • Mahmud
  • Mahadjani
  • Machieu
  • Maliki
  • Mantali
  • Mbuinga
  • Mile
  • Miolo
  • Modanggu
  • Mamu
  • Mohi
  • Moilo
  • Monoarfa
  • Mo'o
  • Mooduto
  • Moonti
  • Mootalu
  • Mopangga
  • Musa
  • Musi
  • Maku
  • Masili

N

  • Naki
  • Napu
  • Naue
  • Nento
  • Ngabito
  • Niode
  • Noho
  • Ntobuo
  • Ntoma
  • Nusi
  • Nasiboe / Nasibu
  • Nango
  • NGADI

O

  • Olii
  • Ointoe
  • Lopuo
  • Otoluwa
  • Otolomo
  • Otaya

P

  • Pasisingi
  • Pade
  • Padji
  • Pakaya
  • Polimengo
  • Paneo
  • Panigoro
  • Pantoiyo
  • Pantu
  • Paramata
  • Pateda
  • Paudie
  • Pedju
  • Pilomonu
  • Podungge
  • Polapa
  • Polamolo
  • Polontalo
  • Polinggapo
  • Pomalingo
  • Pomanto
  • Pongoliu
  • Potutu
  • Pou
  • Puhi
  • Pulubuhu
  • Puluhulawa
  • Poiyo

R

  • Rasyid
  • Rahim
  • RAHMAN
  • Radjak
  • Rauf
  • Radji

S

  • Saboe / Sabu
  • Sunge
  • Syawal
  • Saidi
  • Salahani
  • Sidiki

T

  • Taha
  • Tangahu
  • Talango
  • Tanipu
  • Tantu
  • Thalib
  • Tilome
  • Tolinggi
  • Tomayahu
  • Tongkodu
  • Tuloli
  • Tatu
  • Tahir
  • Tulie
  • Tawaa
  • Tueno

U

  • Uno
  • Unonongo
  • Unu
  • Usman
  • Usulu
  • Utiarahman
  • Utina
  • Udaili
  • Umar
  • Uloli

W

  • Wantogia
  • Wartabone
  • Walangadi

Y

  • Yahya
  • Yunus / Junus
  • Yasin / Jasin

Z

  • Zakaria

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ Pongoliu, H., Jafar, U., Djalaluddin, M., & Sanusi, N. T. (2018). Eksistensi Hukum Waris Adat dalam Masyarakat Muslim di Kota Gorontalo dalam Perspektif Sejarah. Jurnal Diskursus Islam, 6(2), 361-401.
  2. ^ Kurniawati, R. D., & Mulyani, S. (2012). Daftar Nama Marga/Fam, Gelar Adat dan Gelar Kebangsawanan di Indonesia.
  3. ^ Siombo, M. R., & Wiludjeng, H. (2020). Hukum Adat Dalam Perkembangannya. Penerbit Universitas katolik Indonesia Atma Jaya.