Danau Tempe

salah satu danau di dunia

Danau Tempe adalah danau tektonik yang membentang di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, diantaranya Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidenreng Rappang, dan Kabupaten Soppeng. Danau ini dianggap sebagai danau purba karena terbentuknya danau ini bersamaan dengan terbentuknya daratan Sulawesi yang berada di atas lempeng benua Australia dan Asia. Luasnya sekitar 350 km2 dan menjadikannya sebagai danau terluas kedua di Sulawesi. Danau ini juga memiliki beragam spesies ikan air tawar yang jarang ditemui di tempat lain.[1][2]

Tempe
Berkas:Danau tempe.png
Peta Danau Tempe
LetakSulawesi Selatan, Indonesia
Koordinat4°6′20″S 119°56′49″E / 4.10556°S 119.94694°E / -4.10556; 119.94694Koordinat: 4°6′20″S 119°56′49″E / 4.10556°S 119.94694°E / -4.10556; 119.94694
Jenis perairanDanau banjiran
Terletak di negaraIndonesia
Area permukaan350 km2 (140 sq mi)
Kedalaman maksimal5 m (16 ft)
Ketinggian permukaan5 m (16 ft)
Peta

Ekosistem

 
Danau Tempe pada tahun 2010

Danau Tempe merupakan danau banjiran yang dapat berubah bentang alamnya menurut musim. Pada musim penghujan, akan terbentuk Kompleks Danau Tempe dapat mencapai luas 26 ribu hektar, bahkan bisa mencapai 47 ribu hektar jika terjadi hujan terus-menerus. Pada musim kemarau, Kompleks Danau Tempe akan terbagi menjadi tiga danau, yaitu Danau Tempe, Danau Sidenreng, dan Danau Taparang Lapompaka (Danau Buaya).[1][2]

Danau Tempe memperoleh pasokan air dari Sungai Bila dan Sungai Walanae. Curah hujan dari hulu kedua sungai ini yang mempengaruhi debit air pada Danau Tempe. Curah hujan pada Sungai Bila berkisar antara 2.000 hingga 3.000 mm, sedangkan Sungai Walanae berkisar 1.500 hingga 2.500 mm. Danau ini juga menjadi hulu bagi Sungai Cenranae yang mengalir ke laut. Pada saat kondisi hujan di hilir Sungai Cenranae (curah hujan rata-rata 2.000 mm), debit air Danau Tempe dapat meninggi.[2]

Danau Tempe tidak memiliki kawasan hutan yang cukup di sekelilingnya. Hutan hanya dapat ditemui pada daratan antara Danau Tempe dan Danau Sidenreng yang berupa hutan rawang.[2]

Pemanfaatan

Danau Tempe dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar dalam berbagai bidang, seperti perikanan, pertanian, pariwisata, dan transportasi. Pola pemanfaatannya dapat berubah sesuai debit air. Pada kondisi debit air tinggi, semua bidang dapat memanfaatkan kecuali bidang pertanian. Sebaliknya pada debit air rendah, bidang transportasi tidak bisa memanfaatkan danau secara maksimal.[2][1]

 
Nelayan di Danau Tempe (antara tahun 1948-1949)

Demografi

Festival tahunan

Setiap tanggal 23 Agustus diadakan festival laut di Danau Tempe. Acara pesta ritual nelayan ini disebut Maccera Tappareng atau upacara menyucikan danau yang ditandai dengan pemotongan sapi yang dipimpin oleh seorang ketua nelayan yang diikuti berbagai atraksi wisata yang sangat menarik. Pada hari perayaan Festival Danau Tempe ini, semua peserta upacara Maccera Tappareng memakai baju bodo (pakaian adat orang Bugis). Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi seperti lomba perahu tradisional, lomba perahu hias, lomba permainan rakyat (lomba layang-layang tradisional, pemilihan anak dara dan kallolona Tanah Wajo), lomba menabuh lesung (padendang), pergelaran musik tradisional dan tari bissu yang dibawakan oleh waria, dan berbagai pergelaran tradisional lainnya. Namun sekarang terjadi kepunahan beberapa spesies, hal ini disebabkan relung relung yang berada di danau tempe sudah di isi oleh spesies lain akibat restoling ikan mas yang berlebihan[3]

Referensi

  1. ^ a b c "Danau Tempe, Danau Purba yang Mengalami Banyak Masalah. Apa Saja?". Mongabay Environmental News (dalam bahasa Inggris). 2016-03-26. Diakses tanggal 2020-06-20. 
  2. ^ a b c d e Ramadhan, Andrian; Triyanti, Riesti; Koeshendrajana, Sonny (2017-07-21). "KARAKTERISTIK DAN NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN KOMPLEK DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN". Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 3 (1): 89. doi:10.15578/jsekp.v3i1.5845. ISSN 2527-4805. 
  3. ^ "Danau Tempe, Sulawesi"

Pranala luar

  Media terkait Lake Tempe di Wikimedia Commons