Daud Beureu'eh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Setelah kemerdekaan: Tambahkan referensi oleh Tempo. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(11 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|image= Teuku Daud Beureueh.jpg
|imagesize=
|caption=
|office= [[Daftar Gubernur Aceh|
|order =
|term_start = 1947
|term_end = 1949
|predecessor =Teuku Daud Syah
|successor =B. M. Danubroto
|office2 = Daftar Gubernur Aceh{{!}}Gubernur Aceh Darussalam
|order2 = ke-3
|term_start2 = 1950
|term_end2 = 1951
|predecessor2 =
|successor2 =
|birth_date= {{birth date|1896|9|23|df=yes}}
|birth_place= Beureu
|death_date= {{death date and age|1987|6|10|1896|9|23|df=yes}}
|death_place= [[Banda Aceh]], [[Aceh]]
|party=
|spouse=1. Cut Halimah <br> 2. Teungku Asma <br>3. Hj. Asiah
|religion= [[Islam]]
|footnotes=
|children=dari Cut Halimah <br>1. Hj. Siti Maryam<br>2.Tgk H M. Hasballah<br>3. Hj Saidah<br>4. Hj Raihana <br> 5. Tgk H Musthafa<br>6. Tgk Saifullah, dan<br>7. Tgk H Ma’mun.{{br}}
<ref>https://beulangeungtanoh.blogspot.com/2019/08/menilik-biografi-singkat-tgk-muhammad.html?m=0</ref>|honorific prefix=[[Mayor Jenderal]] ([[Tituler]]) [[Teungku]]|relatives=[[Sanusi Juned|Tan Sri Dato' Seri Haji
Sanusi Junid]] (Cucu)|battles=1. [[Perang Cumbok]]{{br}}2.[[Pemberontakan DI/TII di Aceh]]|relations=[[M Nur El Ibrahimy]] (Menantu)}}
== Biografi ==
Muhammad Daud lahir di Desa Beureueh, bagian dari ''uleebalangschap'' Keumangan, sehingga ia bergelar Teungku Muhammad Daud Beureueh yang maksudnya adalah Kiai Muhammad Daud dari Beureueh.<ref name="Ensiklopedi"/> Ayahnya bernama Tjoet Ahmad atau dikenal juga dengan Keuchik Ahmad yang merupakan keturunan [[Provinsi Pattani|Pattani]] dan ibunya bernama Tjut Manyak. Dia tak pernah mengecap sekolah formal, hanya belajar di beberapa dayah Sigli. Pada tahun 1914 menikah dengan seorang perempuan janda anak saudara kandung ayahnya sendiri bernama Halimah di Usi Meunasah Dayah Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie.<ref>Hasanuddin Yusuf Adan, Teungku Muhammad Daud Beureueh dan Perjuangan Pemberontakan di Aceh, Banda Aceh: Adnan Foundation bekerja sama dengan Ar-Raniry Press, 2007, hal. 2.</ref>
Hasil pernikahan tersebut dia memperoleh tujuah orang anak:
# Tgk. Hajjah Siti Maryam,
# Tgk. Haji M. Hasballah,
# Tgk. Hajjah Sa’idah,
# Tgk. Hajjah Raihanah,
# Tgk. Haji Musthafa,
# Tgk. Saifullah,
# Tgk. Haji Ma’mun.
Sebagai istri keduanya, Abu Beureueh menikahi Hajjah Asma, seorang janda dari kampung Paleue Kabupaten Pidie pada tahun 1928. Dari sini dia dianugerahkan lima orang anak:
# Tgk. M. Jamil,
# Tgk. S. Sakinah,
# Tgk. Ahmad Muzakkir,
# Tgk. Hajjah Ruhana,
# Tgk Haji Ashim (Asim).
Baris 56:
=== Dakwah dan perjuangan ===
Setelah menyelesaikan pendidikan, beliau di beberapa madrasah di [[Pidie]], [[Aceh Utara]] dan [[Aceh Selatan]] pada akhir 1920-an. Dengan tubuh kekar, dengan berkepribadian keras dan terus terang, beliau merupaka seorang orator yang hebat. Beliau tak sungkan-sungkan menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. Contohnya, beliau pernah menasehati [[Teuku Muhammad Hasan]], anak Uleebalang Bentara Pineung untuk melarang permainan geudeu-geudeu (gulat) dan adu kerbau serta sapi untuk meramaikan pasar Lampoh Saka.<ref>{{Cite book|title=Gubernur Sumatera, dari Aceh ke Pemersatu Bangsa|last=Muhammad Hasan|first=Teuku|publisher=Papas Sinar Sinanti|year=1999|isbn=9799314003|location=Jakarta|pages=123|url-status=live}}</ref> Pada
Organisasi masa ini awalnya bergerak di bidang pendidikan agama yang dipengaruhi oleh paham islam reformis sebagai jawaban dari penyebaran organisasi [[Muhammadiyah]] yang disokong oleh para Uleebalang. Saat [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]], beliau bekerjasama dengan Jepang melalui partisipasinya dalam Maibkatra. Beliau adalah seorang republiken sejati, menolak kemerdekaan yang ditawarkan [[Hubertus Johannes van Mook|Van Mook]] saat berkunjung ke Aceh dengan tetap memilih berada di pangkuan Indonesia.
Konsistensinya terhadap penegakan syariat islam dimulai dari sejak dakwah pada masa muda, sampai di awal masa revolusi. Dalam suatu kesempatan bersama Teuku Nyak Arief, beliau memberi pandangan bahwa Indonesia sepatutnya berasaskan Islam. Namun [[Teuku Nyak Arief]] menolak seraya menjelaskan keragaman yang ada di wilayah cikal bakal Indonesia nantinya. Keteguhan itu tidak surut sampai ketika [[Presiden Soekarno]] bertemu dengan Teungku Daud Beureueh dalam muhibahnya Juni 1948. Beliau berpesan agar selepas perang kemerdekaan Aceh diberi kebebasan menjalankan syariat Islam, dan Soekarno mengiyakannya. Namun pada tahun 1953 Soekarno melanggar perjanjian itu dan mengatakan "Indonesia adalah negara nasional yang berideologi Pancasila, dan bukan sebuah negara teokrasi dengan haluan agama tertentu."<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/politik/articles/air-mata-bung-karno-meleleh-di-aceh-vqrx1|title=Air Mata Bung Karno Meleleh di Aceh|last=Jo|first=Hendi|date=|website=Historia.id|access-date=}}</ref><ref>{{Cite web|date=2019-08-28|title=Airmata Penunduk Abu Daud|url=https://www.alathiyah.com/airmata-penunduk-abu-daud/|website=Dayah Al Athiyah Tahfizh Al Quran|language=id-ID|access-date=2022-06-18|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920171814/https://www.alathiyah.com/airmata-penunduk-abu-daud/|dead-url=yes}}</ref>
=== Setelah kemerdekaan ===
[[File:Jrat Tgk Muhammad Dauh Beureuéh.jpg|jmpl|300px|Makam Daud Beureueh di [[Masjid Raya Beureunuen]]]]
Di Masa revolusi Teungku Muhammad Daud Beureueh muncul sebagai tokoh utama yang mendirikan Masyumi di Aceh pada tahun 1946. Memulai kariernya sebagai Kepala Kantor Urusan Agama pada akhir 1945, dia diangkat oleh Pemerintah Pusat menjadi Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo pada tahun 1947 dengan pangkat Jenderal Mayor. Jabatan Gubernur Militer ini dipegangnya sampai akhir 1949; ketika jabatan ini dihapus kemudian dia menjadi Gubenur Aceh. Beliau dimutasikan ke [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Kementerian Dalam Negeri]] di Jakarta dan diangkat menjadi anggota DPR pada awal 1950 seiring dengan penciutan status Aceh dari provinsi menjadi keresidenan dalam provinsi [[Sumatra Utara|Sumatera Utara.]]<ref>{{Cite journal|last=Apipudin|first=Apipudin|date=2016-01-31|title=Daud Beureu’eh and The Darul Islam Rebellion in Aceh|url=https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/7221|journal=Buletin Al-Turas|language=en|volume=22|issue=1|pages=145–167|issn=2579-5848}}</ref>▼
▲Di Masa revolusi Teungku Muhammad Daud Beureueh muncul sebagai tokoh utama yang mendirikan Masyumi di Aceh pada tahun 1946. Memulai kariernya sebagai Kepala Kantor Urusan Agama pada akhir 1945, dia diangkat oleh Pemerintah Pusat menjadi Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo pada tahun 1947 dengan pangkat Jenderal Mayor. Dengan pangkatnya tersebut, dari tanggal 1 Juni 1948 hingga Oktober 1948 ia juga menjadi Komandan Divisi X di Komandemen Sumatera. Jabatan Gubernur Militer ini dipegangnya sampai
Pada 8 Oktober 1951, Tgk Muhammad Daod Beureueh, mengirim sepucuk surat kecaman kepada Presiden Sukarno, karena beredar kabar bahwa dia bersama orang-orang dari [[Persatuan Ulama Seluruh Aceh]] (PUSA) akan ditangkap dengan tuduhan menyimpan senjata gelap.
Baris 81 ⟶ 83:
“Kalau di daerah lain razia dilakukan terhadap kaum komunis, maka di Aceh ditujukan terhadap pejuang-pejuang Islam. Sangatlah menyolok sekali bahwa semua rumah yang digeledah adalah rumah para pejuang yang mati-matian membela proklamasi dan mempertahankan kemerdekaan. Tidak ada satu pun rumah pemimpin Islam yang luput dari penggeledahan. Banyak pemimpin Islam dan pamong praja yang dijebloskan ke dalam penjara tanpa diketahui alasannya,” lanjut [[M Nur El Ibrahimy]].<ref>{{Cite web|date=2021-10-07|title=Aceh Hari Ini: Abu Daod Beureueh Mengecam Soekarno|url=https://portalsatu.com/aceh-hari-ini-abu-daod-beureueh-mengecam-soekarno/|website=PORTALSATU.com|language=id-ID|access-date=2022-06-18}}</ref>
Frustasi akan perkembangan politik setelah kemerdekaan, dia memimpin pemberontakan [[Negara Islam Indonesia|Darul Islam]] di Aceh pada 1953-1962. Atas usaha mediasi dan persuasi dari Gubernur [[Ali Hasyimi|Ali Hasjimi]] (yang merupakan anak didik beliau pada masa revolusi), [[Komando Daerah Militer Iskandar Muda|Pangdam Iskandar Muda]] Kol. [[
== Referensi ==
Baris 94 ⟶ 96:
* {{id}} [http://swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=sabili6-harga_mahal.htm#03_daud_beureueh Daud Beureueh: Membangun Negara di Atas Gunung]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Beureu'eh, Teungku Muhammad Daud}}▼
▲{{DEFAULTSORT:Beureu'eh, Teungku Muhammad Daud}}
[[Kategori:Sejarah Aceh]]
[[Kategori:Perang Aceh]]
|