Daud Beureu'eh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Hddty (bicara | kontrib)
Merapikan/copyedit
Baris 17:
|successor2 =
|birth_date= {{birth date|1899|9|17|df=yes}}
|birth_place= {{negara|Kesultanan Aceh}} Beureu'eh, [[Mutiara, Pidie]], [[Kesultanan Aceh|Aceh]]
|death_date= {{death date and age|1987|6|10|1899|9|17|df=yes}}
|death_place= {{negara|Indonesia}} [[Banda Aceh]], [[Aceh]]
|party=
|spouse=1. Cut Halimah <br> 2. Teungku Asma <br>3. Hj. Asiah
Baris 31:
 
== Biografi ==
Muhammad Daud lahir di Desa Beureueh, bagian dari ''uleebalangschap'' Keumangan , sehingga ia bergelar Teungku Muhammad Daud Beureueh yang maksudnya adalah Kiai Muhammad Daud dari Beureueh.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
=== Dakwah dan Perjuanganperjuangan ===
Setelah menyelesaikan pendidikan, beliau di beberapa madrasah di [[Pidie]], [[Aceh Utara]] dan [[Aceh Selatan]] pada akhir 1920-an. Dengan tubuh kekar, dengan berkepribadian keras dan terus terang, beliau merupaka seorang orator yang hebat. Beliau tak sungkan-sungkan menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. Contohnya, beliau pernah menasehati [[Teuku Muhammad Hasan]], anak Uleebalang Bentara Pineung untuk melarang permainan geudeu-geudeu (gulat) dan adu kerbau serta sapi untuk meramaikan pasar [[Lampoh Saka]].<ref>{{Cite book|title=Gubernur Sumatera, dari Aceh ke Pemersatu Bangsa|last=Muhammad Hasan|first=Teuku|publisher=Papas Sinar Sinanti|year=1999|isbn=9799314003|location=Jakarta|pages=123|url-status=live}}</ref> Pada tahun 1939 bersama Teungku Abdul Rahman Geulumpang Dua mendirikan [[Persatuan Ulama Seluruh Aceh]] (PUSA).
 
Baris 40:
Konsistensinya terhadap penegakan syariat islam dimulai dari sejak dakwah di masa muda, sampai di awal masa revolusi. Dalam suatu kesempatan bersama Teuku Nyak Arief, beliau memberi pandangan bahwa Indonesia sepatutnya berasaskan Islam. Namun Teuku Nyak Arief menolak seraya menjelaskan keragaman yang ada di wilayah cikal bakal Indonesia nantinya. Keteguhan itu tidak surut sampai ketika Presiden Soekarno bertemu dengan Teungku Daud Beureueh dalam muhibahnya Juni 1948. Beliau berpesan agar selepas perang kemerdekaan Aceh diberi kebebasan menjalankan syariat Islam, dan Soekarno mengiyakannya Namun pada tahun 1953 Soekarno melanggar perjanjian itu dan mengatakan "Indonesia adalah negara nasional yang berideologi Pancasila,dan bukan sebuah negara teokrasi dengan haluan agama tertentu." .<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/politik/articles/air-mata-bung-karno-meleleh-di-aceh-vqrx1|title=Air Mata Bung Karno Meleleh di Aceh|last=Jo|first=Hendi|date=|website=Historia.id|access-date=}}</ref>
 
=== Setelah Kemerdekaankemerdekaan ===
Di Masa revolusi Teungku Muhammad Daud Beureueh muncul sebagai tokoh utama yang mendirikan Masyumi di Aceh pada tahun 1946. Memulai kariernya sebagai Kepala Kantor Urusan Agama pada akhir 1945, dia diangkat oleh Pemerintah Pusat menjadi Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo pada tahun 1947 dengan pangkat Jenderal Mayor. Jabatan Gubernur Militer ini dipegangnya sampai akhir 1949; ketika jabatan ini dihapus kemudian dia menjadi Gubenur Aceh. Beliau dimutasikan ke Kementerian Dalam Negeri di Jakarta dan diangkat menjadi anggota DPR pada awal 1950 seiring dengan penciutan status Aceh dari provinsi menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatera Utara.