Dick de Hoog
Frederik Hermanus "Dick" de Hoog (16 Juni 1881 – 3 Januari 1939) adalah Presiden Indo (Eurasian) Aliansi Indo-Eropa, anggota Volksraad, dan politisi profesional di Hindia Belanda. Dia juga seorang Grand Master (Masonik) dari Freemasonry Hindia Belanda (Grand Orient of the Netherlands).[1]
Dick de Hoog | |
---|---|
Lahir | Frederik Hermanus de Hoog 16 Juni 1881 Amboina, Hindia Belanda |
Meninggal | 03 Januari 1939 Bandoeng, Hindia Belanda |
Pekerjaan | Aktivis, ketua, Politisi |
Kebangsaan | Belanda |
Dia lahir di Ambon dan meninggal di Bandung, Hindia Belanda. Dia adalah putra dari seorang ayah Belanda bernama Johannes Hermanus Josephus de Hoog, berdinas di Angkatan Laut Hindia Belanda, dan ibu Indo (Eurasia) bernama Susanna Beekman. Dia menikahi Tionghoa Indo, Kiong Nio Oei (1874–1961). Pasangan ini memikiki dua anak angkat.[2]
Setelah karier profesional yang cepat dan sukses, Dick de Hoog terjun ke dunia politik dan menjadi pemimpin Indo Europeesch Verbond (bahasa Inggris:Indo European Alliance) yang tidak diragukan lagi, gerakan emansipasi Indo terpenting saat itu. Sebagai perwakilannya, dia menjadi politisi profesional dan anggota purnawaktu Volksraad Hindia Belanda, sebuah bentuk parlemen yang baru lahir.
Dia berhasil menyatukan semua lapisan masyarakat Indo dan membangun organisasi Indo terbesar di Hindia Belanda. Organisasinya menjadi fraksi politik terbesar yang diwakili dalam Majelis Rakyat yang memperjuangkan persamaan ras dan negara mandiri dan merdeka, meskipun sebagai sebuah dominion dalam persemakmuran Belanda yang lebih besar.
Tokoh yang dicintai dan populer di kalangan orang Indo di Hindia Belanda, dia menjadi wajah dan suara emansipasi orang Indo. Muncul sebagai pemimpin karismatik IEV, dia menrupakan ahli dalam kepentingan Indo di Hindia Belanda sampai kematiannya pada 1939.[3]
Karier sosial
suntingDe Hoog adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Karena kematian ayahnya saat masih balita, keluarga tersebut tidak mampu membayar sekolah yang sesuai untuk anak laki-laki yang cerdas dan memliki rasa ingin tahu ini. Untungnya, beasiswa yang diberikan oleh perkumpulan Freemason memungkinkan De Hoog untuk lulus cum laude di HBS Surabaya pada usia 16 tahun. Dia mulai karier profesionalnya sebagai pegawai di Surabaya dan pada usia 19 bergabung dengan perusahaan Kereta Api Negara. Dalam beberapa tahun dia dipromosikan menjadi kepala stasiun pengiriman kargo utamanya. Pada 1905, dia menjadi kepala stasiun di Jombang, di mana kariernya terhenti karena fakta bahwa posisi pekerjaan tertinggi di Hindia Belanda terbatas pada orang-orang yang berpendidikan di Belanda dan biasanya diduduki oleh ekspatriat orang Belanda.
Referensi
suntingBibliografi
sunting- Van der Veur, P.W.J. ‘Introduction to a socio-political study of the Eurasians of Indonesia’ (Publisher: Ann Arbour, 1955);
- Daruch, Agus ‘De nationalistische beweging onder de Indo- Europeanen’ (Djakarta, 1957)
- Van Neijenhof, G. ‘Het leven en werken van Dick de Hoog, de 'grote' voorman van het IEV’ (Master Thesis, Utrecht University, 1993)
- Postma, Ulbe Karel Zaalberg, journalist en strijder voor de Indo. (Publisher KITLV, Leiden, 1997)
Catatan dan kutipan
sunting- ^ (Belanda) Cite: "Hij was grootmeester van de Bandoengse Loge." Meijer, Hans In Indië geworteld. De 20ste eeuw (Publisher: Bert Bakker, Amsterdam, 2004) P.151 ISBN 90-351-2617-3. Online abstract: [1] Diarsipkan 2012-03-13 di Wayback Machine.
- ^ ING (Institute for Dutch History) - Biography overview. P.1
- ^ Meijer, Hans 'Hoog, Frederik Hermanus de (1881-1939)', in ‘Biografisch Woordenboek van Nederland.’ ING - Institute for Dutch History [2]
Pranala luar
sunting- Online biography at the Institute for Dutch History. Retrieved 6 November 2010