Dinasti Seljuk: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JAnDbot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: cs Membuang: ar, az, bg, bs, ca, eo, fa, fr, he, hr, hu, it, ja, ka, ko, ku, lt, lv, mk, ms, nl, nn, no, pt, ru, sv, ur, zh Mengubah: de, en, fi, pl
k Suntingan 180.252.82.109 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 171.101.93.158
Tag: Pengembalian
 
(83 revisi perantara oleh 41 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Seljuk Empire locator map.svg|jmpl|ka|400px|Wilayah Seljuk pada zaman kemasannya.]]
{{rapikan}}
'''Seljuk''' (juga disebut '''Seljuq''') atau '''Turki Seljuk''' (dalam [[Bahasa Turki]]:''Selçuklular''; dalam {{PerB|سلجوقيان}} ''{{unicode|Ṣ}}aljūqīyān''; dalam [[Bahasa Arab]] '''سلجوق''', ''Saljūq'', atau '''السلاجقة''' ''al-Salājiqa'') adalah sebuah dinasti [[Sejarah Islam|Islam]] yang pernah menguasai [[Asia Tengah]] dan [[Timur Tengah]] dari [[abad ke 11]] hingga [[abad ke 14]]. Mereka mendirikan kekaisaran Islam yang dikenali sebagai '''Kekaisaran Seljuk Agung'''. Kekaisaran ini terbentang dari [[Anatolia]] hingga ke Rantau [[Punjab]] di [[Asia Selatan]]. Kekaisaran ini juga adalah sasaran utama [[Tentara Salib]] Pertama. Dinasti ini didirikan oleh suku [[Oghuz]] [[Turki]] yang berasal dari [[Asia Tengah]]. Dinasti Seljuk juga menandakan penguasaan [[Bangsa Turki]] di [[Timur Tengah]]. Pada hari ini, mereka dianggap sebagai pengasas kebudayaan [[Turki]] Barat yang ketara di [[Azerbaijan]], [[Turki]] dan [[Turkmenistan]] dan Seljuk juga dianggap sebagai penaung Kebudayaan [[Persia]].
[[Berkas:Seljuk Empire locator map.svg|thumb|right|400px|Wilah Seljuk pada zaman keemasannya.]]
 
Dinasti Seljuk berasal dari daerah pegunungan dan [[stepa]] [[Turkistan]]. Menjelang akhir abad ke-2 H atau abad ke-8 M. orang-orang Oghuz pindah ke arah barat melalui dataran tinggi [[Siberia]] ke [[Laut Arab]] dan sebagian ke wilayah [[Rusia]].
'''Seljuk''' (juga disebut '''Seljuq''') atau '''Turki Seljuk''' (dalam [[Bahasa Turki]]:''Selçuklular''; dalam {{PerB|سلجوقيان}} ''{{unicode|Ṣ}}aljūqīyān''; dalam [[Bahasa Arab]] '''سلجوق''', ''Saljūq'', atau '''السلاجقة''' ''al-Salājiqa'') adalah sebuah dinasti [[Sejarah Islam|Islam]] yang pernah menguasai [[Asia Tengah]] dan [[Timur Tengah]] dari [[abad ke 11]] hingga [[abad ke 14]]. Mereka mendirikan kekaisaran Islam yang dikenali sebagai '''Kekaisaran Seljuk Agung'''. Kekaisaran ini terbentang dari [[Anatolia]] hingga ke [[Rantau Punjab]] di [[Asia Selatan]]. Kekaisaran ini juga adalah sasaran utama [[Tentara Salib]] Pertama. Dinasti ini diasaskan oleh suku [[Oghuz]] [[Turki]] yang berasal dari [[Asia Tengah]]. Dinasti Seljuk juga menandakan penguasaan [[Bangsa Turki]] di [[Timur Tengah]]. Pada hari ini, mereka dianggap sebagai pengasas kebudayaan [[Turki]] Barat yang ketara di [[Azerbaijan]], [[Turki]] dan [[Turkmenistan]] dan Seljuk juga dianggap sebagai penaung [[Kebudayaan Persia]].<ref name="iranica">O.Özgündenli, ''"Persian Manuscripts in Ottoman and Modern Turkish Libraries"'', [[Encyclopaedia Iranica]], Edisi dalam talian, ([http://www.iranica.com/newsite/articles/ot_grp7/ot_pers_mss_ott_20050106.html LINK])</ref><ref name="britannica">[[Encyclopaedia Britannica]], ''"Seljuq"'', Edisi dalam talian, ([http://www.britannica.com/eb/article-9066688 LINK]): ''"... Because the Turkish Seljuqs had no Islamic tradition or strong literary heritage of their own, they adopted the cultural language of their Persian instructors in Islam. Literary Persian thus spread to the whole of Iran, and the Arabic language disappeared in that country except in works of religious scholarship ..."''</ref><ref name="Ravandi">M. Ravandi, ''"The Seljuq court at Konya and the Persianisation of Anatolian Cities"'', in Mesogeios (Mediterranean Studies), vol. 25-6 (2005), m/s: 157-69</ref>.
 
== ReferensiPara Sultan ==
[[Berkas:Samanid dynasty (819–999).GIF|jmpl|405x405px|Wilayah kekuasaan Dinasti [[Samaniyah]] (Samanid) ([[819]] - [[999]])]]
{{reflist}}
 
=== 1. Seljuq bin Duqaq (... - [[1038]]) ===
== '''Masa Berkuasanya Daulah Bani Seljuk''' ==
Suku Seljuk dipersatukan oleh Seljuq bin Duqaq, seorang pemimpin konfederasi suku-suku Turki yang mengabdi kepada salah seorang [[Khan]] di Turkistan. Seljuk pindah dari dataran tinggi [[Kirghiz]] ([[Kazakhstan]]) bersama seluruh anggota sukunya ke Jand di provinsi [[Bukhara]], dan mendiami daerah tersebut atas izin penguasa Samaniah. Ketika Dinasti [[Samaniah]] ([[Samanid]]) dikalahkan oleh Dinasti Gaznawiyah, Seljuk memerdekakan diri dan menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai Dinasti Samaniah tersebut.
 
=== 2. Tugril Beq ([[1038]] - [[1063]]) ===
Jatuhnya kekuasaan [[Bani Buwaih]] ke tangan [[Seljuk Ibn Tuqaq]] bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika [[al-Malik al- Rahim]] memegang jabatan Amir al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, [[Arselan al-Basasiri]]. Dengan kekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiri berbuat sewenang-wenang terhadapap [[Al-Malik al-Rahim]] dan Khalifah [[al-Qaimdari]] [[Bani Abbas]]; bahkan dia mengundang Khalifah [[Fathimiyah]], ([[al-Mustanshir]], untuk menguasai [[Baghdad]]. Hal ini mendorong khalifah meminta bantuan kepada [[Tughril Bek]] ''Rahimahullah'' dari daulah [[Bani Seljuk]] yang berpangkalan di negeri [[Jabal]]. Pada tanggal '''18 Desember 1055 M/447 H''' pimpinan Seljuk itu memasuki [[Baghdad]]. [[Al-Malik al-Rahim]], Amir al-Umara [[Bani Buwaih]] yang terakhir, dipenjarakan. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan [[Bani Buwaih]] dan bermulalah kekuasaan Daulah Seljuk. Pergantian kekuasaan ini juga menandakan awal periode keempat khilafah [[Abbasiyah]]. Bani Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku [[Ghuz]] di wilayah [[Turkistan]]. Pada abad kedua, ketiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arah barat menuju [[Transoxiana]] dan [[Khurasan]]. Ketika itu mereka belum bersatu. Mereka dipersatukan oleh [[Seljuk ibn Tuqaq]]. Karena itu, mereka disebut orang-orang Seljuk. Pada mulanya [[Seljuk ibn Tuqaq]] ''Rahimahullah'' mengabdi kepada [[Bequ]], raja daerah [[Turkoman]] yang meliputi wilayah sekitar [[laut Arab]] dan [[laut Kaspia]]. Seljuk ''Rahimahullah'' diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Seljuk ''Rahimahullah'' sangat besar sehingga [[Raja Bequ]] khawatir kedudukannya terancam. [[Raja Bequ]] bermaksud menyingkirkan Seljuk.
Kemudian di bawah kepimpinan Tugril Beq (1038 - [[1063]]), Dinasti Seljuk berhasil mengalahkan Dinasti Gaznawiyah dan menguasai wilayah tersebut. Tugril Beq menduduki jabatan sultan dan secara resmi mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasiyah saat itu. Daerah kekuasaan Tugril Beq meliputi Iran dan Transoksania. Ia lalu memperluas kekuasaanya hingga hampir ke seluruh Iran. Pada masa kejayaannya, Tugril Beq mengontrol [[kekhalifahan]] [[Abbasiah]] pada tahun [[447 H]]/[[1055]] M.
Namun sebelum rencana itu terlaksana, Seljuk ''Rahimahullah'' mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi ke daerah [[land]], atau disebut juga Wama Wara'a al-Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah [[Transoxiana]] (antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa [[daulah Samaniyah]] yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan manhaj [[Sunni Salafy]]. Ketika [[daulah Samaniyah]] dikalahkan oleh [[daulah Ghaznawiyah]], Seljuk ''Rahimahullah'' menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh daulah Samaniyah. Setelah Seljuk ''Rahimahullah'' meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, [[Israil Ibn Seljuk]] dan kemudian penggantinya [[Mikail Ibn Israil Ibn Seljuk]], namun sayang saudaranya dapat ditangkap oleh penguasa [[Ghaznawiyah]]. Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh [[Thugril Bek]] ''Rahimahullah''. Pemimpin Seljuk terakhir ini berhasil mengalahkan [[Mas'ud al-Ghaznawi]], penguasa [[dinasti Ghaznawiyah]], pada tahun '''429 H/1036 M''', dan memaksanya meninggalkan daerah [[Khurasan]]. Setelah keberhasilan tersebut, Thugril memproklamasikan berdirinya daulah Seljuk. Pada tahun '''432 H/1040 M''' daulah ini mendapat pengakuan dari [[khalifah Abbasiyah]] di [[Baghdad]]. Di saat kepemimpinan [[Thugril Bek]] inilah, dinasti Seljuk memasuki [[Baghdad]] menggantikan posisi [[Bani Buwaih]]. Sebelumnya, Thugril ''Rahimahullah'' berhasil merebut daerah-daerah [[Marwadan Naisabur]] dari kekuasaan [[Ghaznawiyah]], [[Balkh]], [[urjan]], [[Tabaristan]], [[Khawarizm]], [[Rayy]], dan [[Isfahan]].
 
=== 3. Sultan Alp Arslan ([[1063]] - [[1072]]) ===
Posisi dan kedudukan [[khalifah]] lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa; paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama "dirampas" orang-orang [[Syi'ah]]. Meskipun [[Baghdad]] dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. [[Thugril Bek]] ''Rahimahullah'' memilih kota [[Naisabur]] dan kemudian kota [[Rayy]] sebagai pusat pemerintahannya. Daulah-daulah kecil yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan daulah Seljuk ini, kembali mengakui kedudukan [[Baghdad]], bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan [[Abbasiyah]] untuk membendung faham [[Syi'ah]] dan mengembangkan manhaj [[Sunni Salafy]] yang dianut mereka.
Pada tahun 1063, Tugril Beq wafat dan tidak memiliki keturunan laki-laki. Sehingga keponakan tertuanya, Alp Arslan ([[1029]] - [[1072]]) dinobatkan sebagai Sultan. Selama masa pemerintahannya, Alp Arslan berhasil mengatasi perlawanan dari saudara-saudaranya dan menyelesaikan konflik internal yang ada. Dalam pemerintahannya, ia didampingi seorang perdana menteri bernama [[Nizham al-Mulk|Nizham Al-Mulk]]. Nizham juga mendampingi putra Alp Arslan, Maliksyah, yang kemudian naik tahta sepeninggal Alp Arslan pada tahun 1072 dan memerintah 20 tahun berikutnya.
 
=== 4. Sultan Maliksyah ([[1072]] - [[1092]]) ===
Sepeninggal [[Thugril Bek]] ''Rahimahullah'' '''(455 H/1063 M)''', [[daulah Seljuk]] berturut-turut diperintah oleh [[Alp Arselan]] Rahimahullah '''(455-465 H/1063-1072)''', [[Maliksyah]] '''(465-485 H/1072-1092)''', [[Mahmud Al-Ghazi]] (485-487 H/1092-1094 M), [[Barkiyaruq]] '''(487 -498 H/1 094-1103)''',[[ Maliksyah II]] '''(498 H/ 1103 M)''', [[Abu Syuja' Muhammad]] '''(498-511 H/11 03-1117 M)''',dan [[Abu Harits Sanjar]] '''(511-522H/1117-1128 M)'''. Pemerintahan Seljuk ini dikenal dengan nama al-Salajiqah al-Kubra (Seljuk Besar atau Seljuk Agung). Disamping itu, ada beberapa pemerintahan Seljuk lainnya di beberapa daerah sebagaimana disebutkan terdahulu. Pada masa [[Alp Arselan]] Rahimahullah perluasan daerah yang sudah dimulai oleh [[Thugril Bek]] Rahimahullah dilanjutkan ke arah barat sampai pusat kebudayaan [[Romawi]] di [[Asia Kecil]], yaitu [[Bizantium]]. Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan ''[[peristiwa Manzikert]]''. Tentara [[Alp Arselan]] Rahimahullah berhasil mengalahkan tentara [[Romawi]] yang besar yang terdiri dari tentara [[Romawi]], [[Ghuz]], [[al-Akraj]], [[al-Hajr]], [[Perancis]], dan [[Armenia]]. Dengan dikuasainya [[Manzikert]] tahun '''1071 M''' itu, terbukalah peluang baginya untuk melakukan gerakan penturkian (turkification) di [[Asia Kecil]]. Gerakan ini dimulai dengan mengangkat [[Sulaiman ibn Qutlumish]], keponakan [[Alp Arselan]], sebagai gubernur di daerah ini. Pada tahun '''1077 M (470 H)''', didirikanlah kesultanan [[Seljuk Ruum]] dengan ibu kotanya [[Iconim]]. Sementara itu putera Arselan, [[Tutush]] ''Rahimahullah'', berhasil mendirikan dinasti Seljuk di [[Syria]] pada tahun '''1094 M/487 H'''.
Dia adalah penguasa ke-4 Dinasti Seljuk. Pada masa pemerintahannya, Maliksyah mendapat perlawanan keras dari pamannya, Qaurad bin Jufri (Kavurt) yang menguasai Seljuk Kirman. Dia menuntut agar kesultanan diserahkan padanya. Maka terjadilah pertarungan antara paman - keponakan di sebuah tempat dekat Hamadzan. Qaurad kalah dalam pertarungan itu dan terbunuh. Dengan demikian maka Maliksyah mampu menguasai kerajaan Seljuk yang berada di Kirman. Kemudian dia mengangkat Syah bin Alp Arslan sebagai sultan di tempat itu. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 465 H/[[1073]] M.
 
Kekuasaan Maliksyah semakin meluas dari [[Afghanistan]] sampai ke Asia Kecil. Maliksyah menyerahkan wilayah-wilayah yang dikuasai di negeri [[Syam]] pada saudaranya yang bernama Tajud Daulah Tatmasy pada tahun 470 H/[[1077]] M. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengawasi jalannya penaklukan-penaklukan di daerah lainnya. Tajud Daulah Tatmasy inilah yang mendirikan pemerintahan Seljuk di Syam. Sultan juga mengangkat seorang kerabatnya, Sulaiman bin Qatalmasy bin Israil untuk memerintah di wilayah Asia Kecil, yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan [[Romawi]] pada tahun 470 H/[[1077]] M. Hal ini juga dilakukan sebagai usaha mengawasi wilayah-wilayah yang ditaklukkan. Sulaiman bin Qatalmasy inilah yang kemudian mendirikan pemerintahan Seljuk Ruum (Romawi).
Pada masa Sulthan [[Maliksyah]] wilayah kekuasaan Daulah Seljuk ini sangat luas, membentang dari [[Kashgor]], sebuah daerah di ujung daerah Turki, sampai ke [[Yerussalem]]. Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian:
<u>1.Seljuk Besar</u> yang menguasai [[Khurasan]], [[Rayy]], [[Jabal]], [[Irak]], [[Persia]], dan [[Ahwaz]]. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang.
<u>2.Seljuk Kirman</u> berada di bawah kekuasaan keluarga [[Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk]]. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang.
<u>3.Seljuk Iraq</u> dan [[Kurdistan]], pemimpin pertamanya adalah [[Mughirs al-Din Mahmud]]. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh.
 
=== 5. Sultan Mahmud Maliksyah ([[1092]] - [[1094]]) ===
<u>4.Seljuk Syria</u>, diperintah oleh keluarga [[Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn Seljuk]], jumlah syekh yang memerintah lima orang.
Sultan ke-5 Dinasti Seljuk, yang sebenarnya berhasil menjadikan Maliksyah sebagai sultan, tetapi tidak mendapat kekuasaan dari Maliksyah dan Alp Arslan.
 
=== 6. Sultan Bakiyaruq Bin Maliksyah ([[1094]] - [[1105]]) ===
<u>5.Seljuk Rum</u>, diperintah oleh keluarga [[Qutlumish ibn Israil ibn Seljuk]] dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang.
Putra Sultan Maliksyah ini naik tahta di usia sebelas tahun dan musuhnya menganggapnya belum berpengalaman. Dia berperang untuk mendapatkan kembali kontrol dari tanah Seljuk yang strategis, tanah yang saat ini bagian dari Irak dan Iran. Wilayahnya berbatasan dengan Suriah ketika pasukan [[Eropa]] tiba untuk [[Perang Salib pertama|Perang Salib Pertama]], tetapi perhatian utamanya terletak di [[Damaskus]], [[Aleppo]], dan [[Mosul]] yang dikuasai oleh musuh. Pada tahun [[1105]] Bakiyaruq meninggal di [[Borujerd]] dan dikebumikan di [[Isfahan]].
Disamping membagi wilayah menjadi lima, dipimpin oleh gubernur yang bergelar Syeikh atau Malik itu, penguasa [[Bani Seljuk]] juga mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa [[Bani Buwaih]]. Jabatan ini membawahi beberapa departemen.Pada masa [[Alp Arselan]] [[Rahimahullah]], ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan [[Maliksyah]] yang dibantu oleh perdana menterinya [[Nizham al-Mulk]]. Perdana menteri ini memprakarsai berdirinya Universitas [[Nizhamiyah]] '''(1065 M)''' dan Madrasah [[Hanafiyah]] di [[Baghdad]]. Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang [[Nizhamiyah]]. Menurut Philip K. Hitti, Universitas [[Nizhamiyah]] inilah yang menjadi model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari.
 
=== 7. Sultan Maliksyah II (1105) ===
Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak ilmuwan muslim pada masanya. Diantara mereka adalah [[az-Zamakhsyari]] dalam bidang tafsir, bahasa, dan teologi; [[al-Qusyairy]] dalam bidang tafsir; [[Abu Hamid al-Ghazali]] ''Rahimahullah'' dalam bidang teologi; dan [[Farid al-Din al-'Aththar]] dan [[Umar Khayam]] dalam bidang sastra.Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak meninggalkan jasa. [[Maliksyah]] terkenal dengan usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Banyak masjid, jembatan, irigasi dan jalan raya dibangunnya.
Cucu dari Sultan Maliksyah, secara teoretis dia adalah kepala negara, meskipun pada praktiknya, saudaranya Ahmad Sanjar di [[Khurasan]] memegang kekuasaan secara lebih efektif.
 
=== 8. Sultan Muhammad Tapar alias Mehmed I ([[1105]] - [[1118]]) ===
Setelah Sultan [[Maliksyah]] dan perdana menteri [[Nizham al-Mulk]] wafat Seljuk Besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan diantara anggota keluarga timbul. Setiap propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat. Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga melemahkan mereka sendiri. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti [[Syahat Khawarizm]], [[Ghuz]], dan [[al-Ghuriyah]]. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik khalifah juga kembali, terutama untuk negeri [[Irak]]. Kekuasaan dinasti Seljuk di [[Irak]] berakhir di tangan [[Khawarizm Syah]] pada tahun '''590 H/l199 M'''. ( ''Wallahul Musta’an'' ).
Putra dari sultan Maliksyah dan saudara tiri dari Bakiyaruq, Muhammad Tapar atau Mehmed I bersekutu dengan Radwan dari [[Aleppo]] dalam pertarungan sungai Khabur melawan Killij Arslan I, yang merupakan Sultan Rum pada tahun 1107. Ia kemudian berhasil mengalahkan Killij. Menyusul konflik intern dengan saudari tirinya, Barkiyaruq, dia diberi gelar Malik dari provinsi [[Armenia]] dan [[Azerbaijan]]. Tidak puas dengan jabatan ini, dia memberontak tetapi akhirnya harus melarikan diri ke Armenia. Tahun [[1104]] Barkiyaruq jatuh sakit akibat kelelahan berperang dan setuju untuk membagi wilayah kesultanan dengan Mehmed I. Mehmed I menjadi Sultan setelah Barkiyaruq wafat pada tahun [[1105]].
 
=== 9. Ahmad Sanjar ([[1118]] - [[1157]]) ===
Referensi :
Putra dari Sultan Maliksyah dan adik dari Mehmed I. Awalnya menjabat Sultan [[Khorasan]] sampai ia mendapatkan sisa wilayah itu setelah kematian Muhammad I (Mehmed I). Ia diberi wilayah khurasan dan memerintah di bawah kekuasaan kakaknya, Mehmed I. Selama beberapa tahun berikutnya Ahmed Sanjar menjadi penguasa sebagian besar [[Persia]] dengan ibu kota di [[Nishapur]]. Sejumlah penguasa memberontak terhadap kepemimpinannya sehingga terus menimbulkan perpecahan di kekaisaran Seljuk Agung.
 
Sanjar melakukan kampanye untuk menghilangkan [[Assasin]] Alamut, dan berhasil mengusir mereka dari sejumlah benteng-benteng mereka. Namun, skenario menunjukkan bahwa dalam perjalanan ke benteng mereka di Alamut, Sanjar terbangun dan menemukan belati di sampingnya yang merupakan pesan dari Hasan Bin Sabah, yang merupakan pemimpin kelompok Assassin Alamut dan dalam pesannya Hasan meminta untuk berdamai. Sanjar terkejut dan langsung mengirim utusan untuk membicarakan hal ini dan kemudian keduanya menyetujui perdamaian tersebut. Tahun [[1141]], Sanjar bersiap untuk menghadapi pasukan Khara Khitai yang melibatkan pertempuran di [[Samarkand]]. Perang ini dinamakan perang Qutwan, Sanjar mengalami kekalahan dan harus kehilangan wilayahnya di timur. Sanjar wafat pada tahun 1157 dan dimakamkan di Merv. Makamnya dihancurkan oleh pasukan [[Mongol]] pada tahun [[1221]] ketika Mongol menyerang Samarkand dan membumihanguskannya.
1.Al-Bidaayah Wan Nihaayah, [[Ibn Katsir]].
 
== Pembagian Wilayah ==
2.Tarikh Khulafa', [[As-Suyuthi]].
Wilayah Imperium Turki Seljuk dibagi menjadi lima bagian:
# Seljuk Besar ([[Iran]]); wilayahnya meliputi Khurasan, Rayy, Jabal, [[Irak]], [[Persia]], dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang. Pada masa Maliksyah, wilayah dinasti Seljuk sangat luas, sehingga kemudian wilayahnya tersebut dibagi-bagikan kepada saudara-saudaranya. Ia sendiri tetap menduduki wilayah kekuasaannya di Seljuk Iran yang disebut Seljuk Besar. Seljuk Iran merupakan induk bagi cabang cabang Seljuk lainnya. Sepeninggal Maliksyah, anaknya, Barkiyaruk naik tahta atas dukungan dari kaum Madrasah Nizam Al Mulk.
# Seljuk Al-Qawurdiyun ([[Kirman]]); wilayah kekuasaannya berada di bawah keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang. Disebut al - Qawurdiyun, nama yang dinisbahkan pada pendirinya, Qawur Qara Arslan Beq, saudara seayah Alp Arslan yang pergi ke Kirman dengan kelompok Guzz dan berhasil mendirikan pemerintahan di daerah Persia itu. Saat Maliksyah berkuasa, Qawurd berusaha menggulingkannya, tetapi ia kemudian dibunuh, lalu Maliksyah memberikan wilayah itu kepada Syah Bin Qawurd yang mewariskan daerah itu untuk keturunannya.
# Seljuk Al-Iraq ([[Irak]] dan [[Kurdistan]]); pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh, dimulai dari kekuasaan Sultan Muhammad Bin Maliksyah, setelah ia mendapat bagian utara dari wilayah kekuasaan Seljuk. Sultan berikutnya adalah Mahmud, anak sulung Sultan Muhammad yang secara ''[[de facto]] ''hanya berkuasa di Irak. Namun semakin lama semakin banyak terjadi kekacauan menyangkut pengangkatan sultan sultan baru. Situasi ini sering kali dimanfaatkan oleh Khalifah Abbasiyah untuk mengurangi pengaruh mereka.
# Seljuk As-Syam ([[Suriah]]); diperintah oleh keluarga Tutush ibnu Alp Arselan ibnu Daud ibnu Mikail ibnu Seljuk, yang memerintah Suriah atas perintah Sultan Maliksyah. Jumlah syekh yang memerintah lima orang. Namun sepeninggal Tutusy, Seljuk Suriah tidak berumur panjang. Anaknya, Ridwan, yang memeintah Allepo meninggal dunia dan tidak memiliki penerus yang kuat. Syams- al Muluk, anak Tutusy yang memerintah Damaskus juga wafat. Kemudian Seljuk Suriah jatuh ke tangan wali dan penguasa daerah.
# Seljuk Ar-Ruum (Romawi/[[Asia Kecil]]); diperintah oleh keluarga Qutlumish ibnu Israil ibnu Seljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang. Kejayaan kesultanan ini berlangsung pada masa Sulaiman bin Qutulmisy, sepupu Alp Arslan atas perintah Sultan Maliksyah. Ketika sulaiman tewas saat berperang dengan Tutusy, Maliksyah mengangkat anaknya yaitu Killij Arslan I untuk menggantikan ayahnya. Dinasti ini dapat bertahan lama dibanding dinasti lainnya meskipun banyak permasalahan intern.
 
== Kemajuan Ilmu Pengetahuan ==
3.Tarikh Islamiyyah, [[Ibn Khaldun]].
Pada era kekuasaan Seljuk terdapat sejumlah penelitian mengenai kemajuan ilmu pengetahuan. Ada sejumlah peneliti yang menyebutkan bahwa pada masa ini terjadi stagnasi di bidang ilmu pengetahuan, sastra, seni, juga ilmu filsafat di Dunia Islam.
 
Ada dua institusi penting yang berkembang pesat pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, yakni [[madrasah]] dan [[rumah sakit]]. Pada masa itu, madrasah dan rumah sakit dibangun di mana-mana. Madrasah, [[perpustakaan]], dan rumah sakit bermunculan di wilayah-wilayah yang dikuasai Dinasti Seljuk, seperti kota [[Baghdad]], [[Merv]], [[Isfahan]], [[Nishapur]], [[Mosul]], [[Damaskus]], [[Kairo]], [[Aleppo]], [[Amid]] ([[Diyarbakir]]), [[Konya]], [[Kayseri]], dan [[Malatya]].
== Pranala luar ==
*[http://www.allempires.com/article/index.php?q=Seljuk_empire Komuniti Sejarah ''All Empires'': Empayar Seljuk]
 
Insititusi itu berkembang menjadi pusat-pusat kebudayaan Seljuk Islam. Pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, arsitektur bangunan banyak yang terbuat dari batu-batuan yang tahan lama. Sehingga berbagai macam bangunan yang dibangun bangsa Seljuk kebanyakan masih bertahan selama beberapa abad. Salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan dan sastra tidak padam pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk adalah banyaknya para ilmuwan dan intelektual Muslim yang terus mengembangkan ilmunya.
{{sejarah-stub}}
 
Beberapa ilmuwan dan budayawan terkemuka yang lahir pada masa itu antara lain: [[Al-Juwayni]], [[Abu Ishaq asy-Syirazi]], [[Umar al-Khayyam]], [[Al-Badi' al-Usthurlabi]], [[Abul-Barakat Hibatullah bin Malka al-Baghdadi]], [[Samuel al-Maghribi]], [[Syarafuddin ath-Thusi]], [[Kamaluddin bin Yunus]], [[Shihabuddin Yahya bin Habsy as-Suhrawardi]], [[Fakhruddin ar-Razi]], [[Ibnu ar-Razzaz al-Jazari]], [[Ibnu al-Atsir]], serta [[Sayfuddin al-Amidi]].
 
Pada era kepemimpinan Sultan Meliksah I ([[1072]] - [[1092]]) pernah berdiri [[observatorium]] besar di kota [[Isfahan]]. Ilmuwan, seperti Omer el-Hayyam dan teman-temannya, memanfaatkan observatorium tersebut untuk melakukan penelitian hingga akhirnya menghasilkan karya berjudul Zic-i Melikshahi atau (Buku Tabel [[Astronomi]]) dan Takvim-i Jalali (Kalender Jalalaean).
 
Pada masa itu, seorang ilmuwan bernama El-Bed' al-Usturlabi menuliskan bukunya yang berjudul al-Zij al-Mahmudi (Buku Tabel Astronomi Mahmudi). Sedangkan seorang ilmuwan yang bernama Ebu Mansur membuat karya berjudul el-Zij al-Senceri (Buku Tabel Astronomi Senceri). Istana para Sultan Seljuk di Baghdad, Isfahan, dan Merv selalu dipenuhi para pelajar, ilmuwan, juga para penulis. Mereka menuliskan karya-karyanya baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia. Bahkan literatur Islam Persia mulai mendunia di bawah Dinasti Seljuk.
 
Beberapa penulis besar yang karyanya masih bisa dinikmati pada saat ini antara lain karya Jalaladdin-i Rumi Hakani, Senayi, Nizami, Attar, Mevlan, dan Sa'di. Para penulis besar tersebut hidup dan mempersembahkan karya-karyanya kepada para sultan Dinasti Seljuk. Kondisi ekonomi dan kesehatan masyarakat yang membaik di bawah kekuasaaan Dinasti Seljuk berhasil meningkatkan aktivitas dan prestasi masyarakatnya dalam bidang literatur, seni dan ilmu pengetahuan. Peningkatan aktivitas masyarakat dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan ini mendapat dorongan yang signifikan dari pemerintah Dinasti Seljuk.
 
Sejak abad-ke 14 M, ratusan madrasah ditemukan tersebar luas di Anatolia. Hampir setiap wilayah Anatolia terdapat madrasah. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Dinasti Seljuk sangat memperhatikan dunia pendidikan bagi rakyatnya. Gambaran berbeda terlihat di pusat Kekuasaan Islam di wilayah yang dikuasai bangsa lain, seperti [[Mesir]], [[Suriah]], dan [[Palestina]], di mana madrasah hanya ditemukan di kota-kota besar saja, tidak seperti di Anatolia, baik di desa maupun di kota, pemerintah membangun madrasah. Madrasah-madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk tersebut masih banyak yang berdiri dengan tegak hingga saat ini dan dapat ditemukan di berbagai kota besar, kota kecil, bahkan di pedesaan yang ada di [[Anatolia]].
 
=== Peninggalan Bersejarah ===
[[Berkas:Husameddin Gazi Bey Seljuk tomb Baklan Denizli Turkey.JPG|jmpl|298x298px|Mausoleum Turki Seljuk]]
Berbagai macam peninggalan yang diwariskan Dinasti Seljuk telah menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan berkembang dengan baik, seperti ilmu [[fisika]] dan [[geometri]]. Hal itu tampak dari bangunan-bangunan peninggalan Dinasti Seljuk yang hingga kini masih berdiri kokoh dan megah.
 
1. [[Masjid]]
[[Berkas:Karavanserei Brokhaus 1838.jpg|jmpl|301x301px|Karavanserai]]
Kehebatan para arsitek Dinasti Seljuk terlihat pada arsitektur dan teknik bangunan masjid-masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut [[Masjid Kiosque]]. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini sering kali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperti karavanserai serta madrasah.
 
2. [[Karavanserai]]
 
Para sultan Dinasti Seljuk banyak membangun karavanserai sebagi tempat singgah bagi para musafir. Selain itu, karavanserai juga dibangun untuk kepentingan perdagangan dan bisnis. Para musafir maupun pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di karavanserai selama beberapa hari secara gratis. Bangunan karavanserai sendiri terdiri dari halaman dan ruang utama yang memiliki banyak kamar untuk menginap. Karavanserai pertama kali dibangun pada [[1078]] M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara hingga Samarkand. Struktur bangunan karavanserai Seljuk meniru istana padang pasir Dinasti Abbasiyah yang berbentuk segi empat.
 
3. [[Madrasah]]
 
Bangunan madrasah Dinasti Seljuk pertama kali muncul di [[Khurasan]] pada awal abad ke-10 M, sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid. Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi bangunan publik. Emir Nizham Al-Mulk sendiri terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di [[Baghdad]] pada [[1067]] M. Madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk terdiri dari halaman gedung yang dikelilingi tembok dan dilengkapi dengan asrama untuk menginap para pelajar. Selain itu, di dalam madrasah juga terdapat banyak ruang belajar. Bangunan madrasah Seljuk sesuai dengan arsitektur Iran.
 
4. [[Menara]]
 
Bentuk menara masjid yang dibangun oleh Dinasti Seljuk cenderung mengadopsi menara silinder sebagai ganti menara berbentuk segi empat.
 
5. [[Mausoleum]]
 
Bangunan mausoleum (makam yang indah dan megah) warisan Dinasti Seljuk menampilkan beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi delapan), berbentuk silinder, dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah (terutama di Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut terutama yang berada di Anatolia. Bangunan mausoleum biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah. Dinasti Seljuk membangun mausoleum untuk memakamkan dan menghormati kebesaran para penguasa dinasti tersebut.
 
== Keruntuhan ==
Imperium ini berakhir pada tahun 656 H/[[1258]] M saat balatentara [[Mongol]] menyerang dan menaklukkan [[Baghdad]].
== Pranala luar ==
* [http://www.allempires.com/article/index.php?q=Seljuk_empire Komuniti Sejarah ''All Empires'': Empayar Seljuk]
* [http://ilalang-pagi.blogspot.com/2010/02/dinasti-turki-seljuk.html Dinasti Turki Seljuk, Ilalang Pagi] diakses 5/11/2014
* [http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000015672730/ensiklopedia--dinasti-seljuk/ Ensiklopedia Dinasti Seljuk, Kaskus] diakses 5/11/2014
 
[[Kategori:Dinasti Seljuk| ]]
[[Kategori:Wangsa]]
[[Kategori:Sejarah Turki]]
[[Kategori:Sejarah Iran]]
[[Kategori:Sejarah PakistanTurkmenistan]]
[[Kategori:Sejarah Afghanistan]]
 
[[cs:Seldžucká dynastie]]
[[de:Seldschuken-Fürsten]]
[[en:Seljuq dynasty]]
[[es:Dinastía Selyúcida]]
[[fi:Seldžukit]]
[[pl:Seldżukidzi]]
[[tr:Selçuklular]]