Dipol Samudra Hindia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.2
 
Baris 8:
 
== Dampak di Asia Tenggara dan Australia ==
Fase positif dari fenomena IOD ini berdampak pada [[kekeringan]] berkepanjangan di wilayah [[Asia Tenggara]] dan [[Australia]]. Hal tersebut diakibatkan oleh rendahnya curah hujan yang disebabkan oleh rendahnya tingkat evaporasi di wilayah perairan Samudra Hindia bagian timur yang suhu air permukaan lautnya menurun.<ref>{{Cite web|url=https://www.tnp.sg/news/singapore/dry-spell-likely-caused-climate-phenomenon|title=Dry spell likely caused by climate phenomenon|last=Tan|first=Audrey|date=2019-08-22|website=The New Paper|language=en|url-status=live|archive-url=|archive-date=|access-date=2019-09-12}}</ref><sup>,</sup><ref>{{Cite web|url=https://www.straitstimes.com/singapore/environment/dry-spell-here-likely-to-last-several-months|title=Dry spell in Singapore likely to last several months|last=Tan|first=Audrey|date=2019-08-22|website=The Straits Times|language=en|url-status=live|archive-url=|archive-date=|access-date=2019-09-12}}</ref> Berdasarkan beberapa penelitian klimatologi, fase ekstrem IOD positif diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang.<ref>{{Cite journal|title=Increased frequency of extreme Indian Ocean Dipole events due to greenhouse warming|journal = Nature|volume = 510|issue = 7504|pages = 254–8|bibcode = 2014Natur.510..254C|last1 = Cai|first1 = Wenju|last2 = Santoso|first2 = Agus|last3 = Wang|first3 = Guojian|last4 = Weller|first4 = Evan|last5 = Wu|first5 = Lixin|last6 = Ashok|first6 = Karumuri|last7 = Masumoto|first7 = Yukio|last8 = Yamagata|first8 = Toshio|year = 2014|doi = 10.1038/nature13327|pmid = 24919920|s2cid = 4458688}}</ref> Di Indonesia sendiri, fase positif IOD sendiri berdampak pada musim kemarau yang lebih kering dan lebih panjang serta terlambatnya awal kedatangan musim penghujan seperti yang terjadi pada tahun 1997, 2005, dan 2019.
 
Penelitian di Universitas New South Wales menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara fase positif IOD dan kekeringan parah di wilayah Australia, terutama wilayah selatan. Hal tersebut dibuktikan dengan selalu bertepatannya kekeringan parah di Australia dengan berlangsungnya fenomena IOD positif di Samudra Hindia.<ref>{{cite journal |last=Ummenhofer |first=Caroline C. |date=February 2009 |title=What causes southeast Australia's worst droughts? |journal=Geophysical Research Letters |volume=36 |issue=4 |pages=L04706 |doi=10.1029/2008GL036801 |bibcode=2009GeoRL..36.4706U}}</ref>
 
Sementara itu, fase negatif fenomena IOD ini berdampak pada curah hujan yang tinggi di sekitar wilayah timur Samudra Hindia seperti Indonesia dan Australia. Hal itu disebabkan oleh meningkatnya suhu air di permukaan laut di wilayah perairan selatan Indonesia dan perairan barat laut Australia, sehingga menyebabkan evaporasi yang tinggi di wilayah perairan tersebut dan berakibat tingginya tingkat curah hujan di wilayah Indonesia dan Australia.<ref>{{citeweb|url=https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/download/6352/5319|title=STUDI DAMPAK EL NINO DAN INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD)
|accessdate=15 Oktober 2020|publisher=UNDIP}}</ref> Selain itu, fase negatif IOD ini berdampak pada periode musim hujan yang berkepanjangan serta curah hujan yang lebih tinggi dari normalnya pada saat musim kemarau, sehingga mengakibatkan terjadinya kemarau basah, terutama bila IOD ini didahului atau diikuti oleh fenomena La Niña seperti yang terjadi pada tahun 2010, 2021, dan 2022 ini.<ref>{{cite web | url = https://media.neliti.com/media/publications/134024-ID-pengaruh-enso-dan-iod-pada-variabilitas.pdf| title = Pengaruh ENSO dan IOD pada Variabilitas Curah Hujan di DAS Cerucuk, Pulau Belitung | publisher = LIPI | author = Narulita, Ida | date = Mei 2017 | accessdate = 23 Juni 2022}}</ref>
|accessdate=15 Oktober 2020|publisher=UNDIP}}</ref>
 
== Dampak di Pantai Timur Afrika ==